Home Kesehatan Hasil Penelitian Klopidogrel dalam Pencegahan Stroke Iskemik Berulang

Hasil Penelitian Klopidogrel dalam Pencegahan Stroke Iskemik Berulang

Jakarta, Gatra.com- Berdasarkan hasil penelitian ahli penyakit Syaraf dari FKUI, dr. Rakhmad Hidayat, Sp.S(K), MARS, pencegahan stroke iskemik berulang dinilai lebih baik daripada menggunakan asam asetilsalisilat (ASA) dengan risiko pendarahan yang lebih kecil.

Penelitian dilakukan di Poliklinik Neurologi RSCM dan RSUI. dari tahun 2020 hingga 2021 dengan mengumpulkan subjek penelitian seiring berjalannya waktu. Terdapat 112 subjek pada penelitian ini.

Variabel yang diperhitungkan dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, IMT, kadar HbA1c, glukosa darah, profil lipid (Kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida), SGOT, SGPT, hemoglobin, ureum, kreatinin, asam urat, riwayat dyspepsia, dan fatty liver. Selain itu, dilakukan analisis polimorfisme dari CYP450, CYP2C19 (alel *2, *3, dan *17), serta P2Y12 (C34T dan G52T).

“Pemeriksaan resistensi klopidogrel (dengan VerifyNow) menunjukkan terdapat 16 (14,3 persen) subjek yang memiliki hasil tidak respons, 51 (45,5 persen) subjek memiliki respons normal, dan 45 (40,2%) subjek dengan risiko perdarahan,” jelas dr. Hidayat pada Sidang Terbuka Program Doktor Ilmu Kedokteran FKUI di Kampus FKUI Salemba, Senin (9/1).

Dr. Hidayat memaparkan penelitian ini menunjukkan bahwa skoring STIB modifikasi perlu memperhatikan variabel Hb dan konsentarsi CYP450 dimana keduanya menunjukkan tingkat sensitivitas 100 persen.

Peningkatan resiko resitensi klopidogrel meningkat 6 kali lipat pada kelompok yang memiliki dua resiko sekaligus dibandingkan hanya salah satunya.

“Pada konsentrasi kadar enzim CYP450 > 458,9 pg/mL didapatkan resistensi klopidogrel meningkat. Kami tidak mendapatkan kepustakaan mengapa kadar enzim CYP450 lebih tinggi pada pasien yang resisten terhadap klopidogrel,” lanjutnya.

Meski demikian, terdapat hubungan bermakna antara kadar enzim CYP450 yang meningkat dengan mutasi CYP2C19 alel *3.

Dr. Hidayat menduga bahwa hal tersebut meningkatkan kadar enzim CYP450 agar dapat memetabolisme klopidogrel dalam kondisi memiliki mutasi alel *3 yang bermakna stop kodon.

“Hasil tersebut dapat menjadi titik fokus baru untuk melakukan eksplorasi hubungan antara metabolisme klopidogrel di hati. Peningkatan kadar CYP450 > 458,9 pg/mL memberikan efek protektif terhadap risiko dispepsia, serta menurunkan kadar GDP dan SGOT,” tuturnya.

Dr. Hidayat mengungkap pemeriksaan genetik P2Y12 (C34T dan G52T) didapatkan mayoritas subjek tidak memiliki mutasi (5,4 persen dan 3,6 persen berturut-turut). Hasil tersebut sesuai dengan pemeriksaan resistensi yang menunjukkan bahwa resistensi sangat rendah.

CYP2C19 merupakan salah satu reseptor trombosit yang berperan utamanya dalam metabolisme aktif klopidogrel. Mutasi CYP2C19 alel *2 cenderung membuat kadar LDL, SGOT, dan SGPT meningkat. Pada penelitian ini didapatkan mutasi CYP2C19 alel *17 terjadi pada 100 persen subjek penelitian.

Hasil tersebut berbeda dengan studi lain yang menunjukkan bahwa CYP2C19*17 dimiliki oleh 21 persen ras Kaukasian, 17 persen Afrika-Amerika, dan 20 persen Asia-Amerika. Perbedaan tersebut sangat bermakna karena menunjukkan populasi Indonesia memiliki gen mutasi yang meningkatkan responsivitas terhadap klopidogrel.

Analisis terhadap risiko perdarahan menemukan bahwa variabel SGPT > 55 IU/L dan kolesterol total > 200 mg/dL adalah faktor risiko terhadap perdarahan sedangkan kadar Hb < 13,9 g/dL, kadar enzim CYP450 > 458,9 pg/mL, asam urat > 5,7 mg/dL, dan LDL > 100 mg/dL cenderung menjadi faktor protektif.

Pengetahuan terkait risiko perdarahan memiliki peranan penting dalam penelitian massif dalam klopidogrel dikarenakan guideline AHA/ASA menunjukkan pasien dengan stroke minor dapat diberikan dual antiplatelet (aspilet dan klopidogrel) selama 21 hari berturut-turut (berdasar CHANCE studi) atau selama 90 hari (berdasar POINT trial).

“Pengetahuan baru terkait risiko perdarahan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pasien Indonesia mungkin hanya membutuhkan monoterapi klopidogrel alih-alih DAPT,” pungkasnya.

336