Home Hukum Kilas Balik Pembunuhan Brigadir J: 5 Pengakuan Kuat Ma'ruf dalam Pemeriksaan Terdakwa

Kilas Balik Pembunuhan Brigadir J: 5 Pengakuan Kuat Ma'ruf dalam Pemeriksaan Terdakwa

Jakarta, Gatra.com-Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J, Kuat Ma'ruf akan menjalani persidangan dengan agenda pembacaan tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) pada hari ini, Senin (16/1). Sebelumnya, Kuat Ma'ruf telah menjalani serangkaian proses persidangan, sejak sidang pembacaan surat dakwaan dari JPU, pada Senin (17/10) silam. Kuat juga diketahui telah menjalani sidang pemeriksaan terdakwa, pada Senin (9/1) lalu.

Dalam sidang pemeriksaan terdakwa tersebut, Kuat mengungkapkan sejumlah keterangan terkait kasus pembunuhan tersebut. Beberapa di antaranya telah Gatra.com rangkum sebagai berikut:

1. Akui Dengar Perintah "Hajar Chad!"

Kuat Ma'ruf mengaku mendengar Ferdy Sambo memerintahkan dengan kalimat "Hajar Chad!" kepada Bharada E. Menurut Kuat, hal itu disampaikan Sambo setelah Mantan Kadiv Propam itu memarahi Brigadir J dan menyebut ajudannya itu telah berlaku kurang ajar dan tega kepadanya.

"Terus [setelah memarahi], Bapak langsung nengok ke Richard, [bilang], 'Hajar Chad!'. Ngomong begitu. Ya. Ada dua kali apa tiga kali ngomong begitu," ungkap Kuat Ma'ruf dalam persidangan, Senin (9/1) silam.

2. Sebut Bharada E Tembak Brigadir J Lebih Dari Tiga Kali

Sama halnya dengan Ricky Rizal, Kuat Ma'ruf juga mengaku melihat Bharada E melontarkan peluru panasnya kepada Brigadir J sebanyak lebih dari tiga kali, selama peristiwa penembakan itu berlangsung. Meski begitu, Kuat mengaku tak dapat menyebutkan jumlah pasti dari tembakan tersebut, karena ia tak menghitung pada saat perkara itu terjadi.

"Yang jelas lebih dari tiga kali lah. Saya enggak hitung," singkat Kuat Ma'ruf.

3. Diminta Sambo Jelaskan Skenario "Tembak-menembak" 

Kuat Ma'ruf mengatakan Sambo sempat menemuinya, Bharada E dan Ricky Rizal saat mereka dibawa ke Divisi Profesi dan Pengamanan (Divpropam) Polri, untuk dimintai keterangan terkait peristiwa yang menewaskan Brigadir J. Saat itu Sambo meminta Kuat menjelaskan aktivitasnya sebelum Sambo tiba di rumah dinas. Kuat pun menjawab bahwa saat itu, ia sedang menutupi pintu-pintu rumah.

"[Sambo bilang], "Kamu nanti ngomongnya begini saja. Kamu lagi nutup pintu balkon, ada suara tembakan, kamu tiarap. Jadi, kamu mendengar tembakan, tapi enggak tahu yang tembak-tembakan siapa'," ujar Kuat dalam persidangan Senin (9/1) lalu.

Kuat menyebut saat itu dirinya hendak melayangkan protes atas perintah Sambo. Namun, atasannya itu lantas menyela protes Kuat dan memintanya mengikuti skenario tersebut untuk menyelamatkan Bharada E.

"Kata Bapak, 'Sudah lah, At! Ikutin saja, ini untuk bela Richard! Jelas ya?'," tutur Kuat.

4. Benarkan Sambo Pernah Tunjukkan Amplop Berisi Ratusan Juta

Kuat Ma'ruf mengonfirmasi benar bahwa Sambo pernah menunjukkan amplop pada dirinya, Bharada E, dan Ricky Rizal, beberapa hari pascapenembakan. Kuat mengatakan, saat itu Sambo juga mengucapkan terima kasih pada ketiga bawahannya itu karena telah mengantar Putri Candrawathi dengan selamat dari Magelang, Jawa Tengah, hingga Jakarta. Menurut Kuat, Sambo sempat mengatakan bahwa ia menganggap pihak-pihak yang membelanya sebagai anaknya sendiri.

Setelah itu, barulah Sambo menunjukkan sejumlah amplop berisi uang pada ketiga anak buahnya itu. Menurut Kuat, Sambo pun sempat menyebut, bahwa ia memberi Bharada E nominal sebesar Rp1 miliar dan masing-masing Rp500 juta kepada dirinya dan Ricky.

Sambo juga sempat menanyakan merk ponsel yang dimiliki oleh masing-masing anak buahnya itu. Setelah itu, Sambo memberikan ponsel baru pada ketiganya. Namun, Kuat mengaku tak sempat menggunakan ponsel tersebut karena bingung dengan cara pemakaiannya.

"Waktu itu saya berpikiran, 'Ini Bapak, saya lagi pusing kayak gini kok, lagi stress kayak gini, malah bercanda?'. Pikir saya waktu itu," ungkap Kuat Ma'ruf.

"Saya enggak ngelihat [uangnya], orang uangnya di dalam amplop, dan bilangnya Rp500 (juta), kok amplopnya segitu?" ungkapnya lagi. Langkah Sambo itu pun diakuinya telah membuat ia kebingungan.

5. Mengaku Ditelepon Sambo Saat Pemeriksaan, Diminta Berhenti Bohong

Kuat mengaku dirinya sempat ditelepon Ferdy Sambo saat menjalani pemeriksaan di Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri. Sebelum Kuat menerima telepon dari Sambo, ia mengaku masih berbohong dengan menceritakan skenario tembak-menembak yang Sambo buat. Namun, di tengah pemeriksaan tersebut, Sambo menghubungi anggota penyidik yang tengah memeriksa Kuat, dan meminta bicara pada Asisten Rumah Tangga (ART)-nya itu.

"Bapak [lalu] ngomong ke saya [via telepon], 'Sudah, At, ceritain saja semuanya. Bohong-bohong itu capek, At. Sudah, ceritain semuanya. Kamu siap ya, At, ya'. Saya bilang, 'Siap apa, Pak?'. 'Siap dipenjara,' kata Bapak gitu," ungkap Kuat dalam sidang pemeriksaan terdakwa, pada Senin (9/1).

Kuat mengaku, kalimat Ferdy Sambo itu membuatnya menangis saat itu. Namun demikian, Sambo justru menyinggung Kuat yang tak menceritakan adanya peristiwa di Magelang, Jawa Tengah, kepada Sambo.

"[Bapak bilang], 'Sudah, lagian kamu juga, apa-apa enggak mau cerita sama saya. Kamu di Magelang, juga enggak cerita sama saya'. Saya enggak jawab, nangis saja waktu itu. 'Lah wong Bapak enggak nanya, gimana saya mau cerita?', dalam hati saya kan begitu," jelas Kuat Ma'ruf, dalam persidangan tersebut.

Seperti diketahui, Kuat Ma'ruf didakwakan atas pembunuhan berencana terhadap Brigadir Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J. Ajudan Ferdy Sambo itu dinyatakan tewas pascapenembakan yang terjadi di rumah dinas Ferdy Sambo, di Kompleks Polri Duren Tiga, Jakarta Selatan, pada Jumat (8/7) sore silam.

Atas keterlibatannya dalam peristiwa itu, Kuat didakwakan Pasal 340 KUHP subsider Pasal 338 KUHP jo Pasal 55 Ayat (1) ke-1 KUHP jo Pasal 56 ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP).

313