Home Gaya Hidup Peserta Milir Berakit Protes Honor, Ini Kata Ketua Panitia

Peserta Milir Berakit Protes Honor, Ini Kata Ketua Panitia

Sarolangun, Gatra.com- Ekspedisi milir (hilir) berakit oleh yayasan sahabat sungai Batanghari (YSSB) telah selesai dilaksanakan, yang dimulai dari Sarolangun pada tanggal 30 Desember 2022 yang lalu dan finish serta diadakan seremonial penyambutannya di tanggo rajo depan rumah dinas gubernur jambi, Kota Jambi pada Sabtu 7 Januari 2023 kemarin.
 
Polemik persoalan honor atau uang transport peserta milir berakit muncul setelah pelaksanaannya selesai, dan bahkan informasi ini sudah beredar melalui postingan di berbagai media sosial seperti facebook dan group whattshap, sejak minggu, 8 Januari 2023.
 
Salah satunya dari Kornelius Sitindaon, yang memposting melalui akun media sosial facebooknya bernama Kancil Rimba Sumatera. Yang semua huruf dalam postingannya menggunakan hurup besar atau huruf kapital, dengan bahasa daerah Jambi.
 
GILO NIAN KETUA PANPEL EKSPEDISI MILIR BERAKIT I MBAH SIGIT DARI YAYASAN SAHABAT SUNGAI BATANGHARI, MAKAN DUIT TUH BOLEH CUMA JGN RAKUS NIAN KAGEK BOPONG. PERIUK DAPUR, ANAK ISTRI, DAN NYAWA YG DIPERTARUHKAN TUH, JGN HAK ORG JG DI MAKAN. KALAU BERITA NEH BAGUS DI MEDIA ITU CUMA BUALAN SAJA, ASLINYA TIDAK SEPERTI ITU.
 
Demikian tulisan dalam postingan tersebut yang diposting bersamaan dengan uang berjumlah Rp400 ribu pecahan Rp100 ribu sebanyak empat lembar dan amplop putih dengan kode R8 disudut kanan atas amplop.
 
Kornelius Sitindaon mengaku sebagai peserta dari Badan Kesehatan dan Penanggulangan Bencana Pemuda Pancasila (PP) Provinsi Jambi.
 
Ia ketika dikonfirmasi terkait postingan tersebut apakah bisa dipertanggungjawabkan atau tidak, mengatakan bahwa memang ia ikut langsung dalam pelaksanaan milir berakit tersebut dan tidak mungkin mau sembarangan posting saja.
 
"Saya ini memang ikut terjun langsung, dak berani juga kita basing (sembarangan) posting kalau tidak sesuai fakta yang terjadi," katanya kepada Gatra.com Minggu (8/1).
 
Kornelius menyebut, kalau ada pihak-pihak yang tidak percaya atas fakta yang ia umbar melalui media sosialnya tersebut bisa juga ditanyakan kepada anggota LAM Jambi dan hal ini juga akan dilaporkan kepada ketua umum LAM Jambi Hasan Basri Agus (HBA) serta ketua YSSB Antoni Zeidra Abidin.
 
Kalau tidak percaya boleh juga ditanyakan dengan anggota Lembaga Adat Melayu (LAM) Provinsi Jambi yang juga banyak merasakan kekecewaan ada 4 orang juga di rakit tuh ada Datuk Asmadi, Wak Muslimin, Bg Wil dan 1 lagi saya tidak tahu namanya. Silakan dikonfirmasi saja karena mereka langsung melapor ke Ketua Umum LAM Provinsi Jambi Pak HBA dan Pak Antoni, sebut Kornelius.
 
Ia menjelaskan, sebenarnya Ini masalah bentuk kekecewaan dan memperjuangkan hak kawan-kawan saja, walaupun dari awal katanya tidak ada kesepakatan terhadap besaran transport/honor yang akan diterima peserta milir berakit.
 
Tidak ada dibicarakan diawalnya berapa, cuma di bilang nanti diberikan untuk modal di jalan. Itu lah kita tahu diberikan pada saat mau berangkat pelepasan Rp300 ribu selama di perjalanan itupun kita kurang, karena perjalanan di target 6 hari kenyataannya 9 hari di rakit, nanti sisanya diberikan pas sudah waktu sampai finish, kata Kornelius Sitindaon.
 
Menanggapi hal tersebut, ketua panitia milir berakit dari Yayasan Sahabat Sungai Batanghari (YSSB), Sigit Eko Yuwono mengatakan bahwa terkait persoalan tersebut pihaknya dari awal sudah jauh-jauh hari menjelaskan hal tersebut.
 
Sebenarnya bukan honor tapi uang transport. Kalau honor kesannya semacam upah. Sementara ini hanya sekedar uang transport ke lokasi start Ekspedisi Milir Berakit dan dari lokasi finish ke tempat tinggal masing-masing. Semua kebutuhan peralatan dan logistik selama kegiatan berlangsung ditanggung panitia, kata Sigit Eko Yuwono ketika dikonfirmasi Gatra.com, Minggu (8/1).
 
Dan terkait peserta milir berakit tidak ada paksaan bagi peserta yang ingin ikut menjadi peserta, karena lebih kepada secara sukarela dan inisiatif bagi pecinta alam dan lingkungan.
 
"Dari awal sejak mulai berangkat dari Sarolangun kita kasih sebesar Rp300 ribu per orang, setiap rakit waktu itu disepakati 3 orang, berikutnya pas sampai di kota Jambi sebesar Rp400 ribu dan besaran ini tidak ada dalam perjanjian serta tidak ada kesepakatannya," kata pria yang sering di panggil mbah ini.
 
Mbah Sigit menjelaskan, terkait hal tersebut sebenarnya tidak perlu lagi dipersoalkan karena memang tidak ada perjanjian atau kesepakatan besaran yang akan diterima bagi peserta milir berakit.
 
"Kecuali soal anggaran pembuatan rakit waktu itu, yang kita serahkan jobnya kepada saudara Herman di Sarolangun waktu itu," ujar Sigit.
 
"Dan soal anggaran maupun keuangan, mbah tidak mengurus itu. Karena kita ada bendahara di Yayasan Sahabat Sungai Batanghari, artinya semua soal keuangan bukan kuasa mbah," katanya lagi.
 
Selanjutnya terkait persoalan tersebut yang terus melebar di media sosial dan terkesan mencemarkan nama baik. Ia mengingatkan kepada pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab terhadap informasi itu. Karena jika tidak ada itikad baik untuk melakukan klarifikasi atau meminta maaf ia akan menempuh jalur hukum.
 
"Termasuk kepada saudara Kornelius Sitindaon, serta orang-orang yang telah menyebarkan informasi tersebut di group-group whattshap," kata Sigit Eko Yuwono.
23