Home Internasional Penyelidik: Putin Setuju Pasok Rudal Tembak Jatuh MH17 Malaysia Airlines

Penyelidik: Putin Setuju Pasok Rudal Tembak Jatuh MH17 Malaysia Airlines

Den Haag, Gatra.com – Tim penyelidik internasional di Belanda mengungkap adanya indikasi kuat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin secara pribadi menyetujui pasokan rudal yang menembak jatuh penerbangan Malaysia Airlines MH17, di atas Ukraina pada tahun 2014.

Namun tim terpaksa menghentikan penyelidikan atas bencana tersebut karena tidak ada cukup bukti, untuk menuntut lebih banyak tersangka dan Putin karena memiliki kekebalan sebagai kepala negara dalam kasus apa pun.

Dari semua penumpang sebanyak 298 orang di dalam pesawat tersebut tewas, ketika sebuah rudal buatan Rusia menghantam pesawat yang melakukan perjalanan dari Amsterdam ke Kuala Lumpur. Pesawat pun jatuh di Ukraina timur yang dikuasai separatis.

Baca Juga: Belanda Sidang In Absentia Penembak Pesawat Malaysia MH17

"Ada indikasi kuat bahwa keputusan dibuat di tingkat presiden, oleh Presiden Putin, untuk memasok ... sistem rudal Buk TELAR", kata jaksa Belanda Digna van Boetzelaer, dikutip AFP, Kamis (9/2).

"Meskipun kami berbicara tentang indikasi kuat, bukti lengkap dan konklusif yang tinggi tidak tercapai," katanya dalam konferensi pers di Den Haag.

Pengumuman tersebut dikeluarkan kurang dari tiga bulan setelah pengadilan Belanda menghukum dua orang Rusia dan seorang Ukraina yang secara in absentia sebagai tersangka atas jatuhnya MH17.

Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte mengatakan keputusan itu adalah "kekecewaan pahit" namun pihaknya akan terus meminta pertanggungjawaban Federasi Rusia.

Rusia membantah terlibat dalam jatuhnya MH17. Rusia mengecam putusan pengadilan tahun lalu yang menghukum ketiga pria yang disebutkan sebagai "skandal" dan dianggap bermotivasi politik.

Keputusan Presiden

“Tapi rantai komandonya jelas,” kata Tim Investigasi Gabungan atas jatuhnya MH17, yang terdiri dari Belanda, Malaysia, Australia , Belgia, dan Ukraina.

“Pejabat Rusia bahkan menunda keputusan untuk mengirim senjata ke separatis Ukraina karena Putin menghadiri peringatan D-Day di Prancis pada Juni 2014,” kata mereka.

Mereka bahkan menyadap panggilan telepon dari seorang penasihat yang mengatakan adanya “penundaan” itu, karena hanya ada satu yang membuat keputusan, orang yang saat ini sedang menghadiri pertemuan puncak di Prancis.

Putin sendiri juga terdengar berbicara tentang "komponen militer" dalam panggilan lain dengan pemimpin separatis dari wilayah Lugansk, ketika itu.

Baca Juga: Rusia Berang Dituding Jadi Dalang Kecelakaan MH17

“Pejabat lain seperti Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu tidak memiliki kekuatan pengambilan keputusan yang diperlukan dan ini pada akhirnya adalah keputusan presiden", kata mereka.

Namun, dengan kurangnya kerja sama dari Moskow dan kurangnya saksi yang mau dihadirkan, penyelidikan kasus tersebut kini akhirnya terhenti.

"Semua petunjuk sekarang telah habis, oleh karena itu penyelidikan dihentikan," kata van Boetzelaer.

Putin sendiri tidak tersentuh, setidaknya untuk saat ini.

"Presiden Federasi Rusia menikmati, paling tidak, kekebalan hukum internasional mengingat posisinya sebagai kepala negara," tambah jaksa Belanda.
Kekecewaan Para Korban

Para korban insiden - yang memicu kemarahan dan sanksi internasional terhadap Rusia - berasal dari 10 negara, termasuk 196 warga Belanda, 43 warga Malaysia, dan 38 warga Australia.

Keluarga korban mengaku kecewa dengan keputusan penghentian penyidikan.

"Kami berharap lebih - tetapi kami tidak mengandalkannya," kata ketua yayasan MH17 Piet Ploeg, yang kehilangan saudara laki-laki, ipar, dan keponakannya dalam penerbangan di MH17.

Baca Juga: Penerbangan Sipil Dilarang Masuk Wilayah Udara Ukraina

Penyelidik mengatakan mereka merasa telah mencapai lebih dari yang mereka kira, kejadian pada tahun 2014.

"Apakah kami ingin melangkah lebih jauh? Tentu saja, ya," kata Andy Kraag, kepala Departemen Investigasi Kriminal Nasional Belanda. Ia menambahkan bahwa jawabannya tetap ada di Rusia.

Menteri Luar Negeri Australia Penny Wong dan Jaksa Agung Mark Dreyfus pada hari Kamis mengatakan Rusia telah berulang kali mencoba menggagalkan penyelidikan, sehingga tidak mungkin untuk mengumpulkan bukti lebih banyak.

"Invasi ilegal dan tidak bermoral Rusia ke Ukraina dan kurangnya kerjasama dengan penyelidikan telah membuat upaya investigasi yang sedang berlangsung dan pengumpulan bukti, tidak mungkin dilakukan saat ini," kata mereka dalam pernyataan bersama.

Mereka menambahkan bahwa Australia akan meminta pertanggungjawaban Rusia atas perannya dalam jatuhnya pesawat sipil.

“Penyelidikan MH17 memang belum ditutup dan akan tetap membuka secara hotline dan situs webnya,” kata para pejabat.

Bukti yang telah dikumpulkannya juga dapat digunakan oleh pengadilan lain termasuk Pengadilan Kriminal Internasional, atau Pengadilan Hak Asasi Manusia Eropa, yang telah memutuskan bahwa sebagian besar pengaduan yang diajukan oleh Belanda terhadap Rusia dapat diterima.

Ketiga pria yang dihukum tahun lalu - Igor Girkin dari Rusia, Sergei Dubinsky dan Leonid Kharchenko dari Ukraina - tetap bebas dan kemungkinan besar tidak akan pernah menjalani hukuman seumur hidup mereka.

Girkin dikenal sejak itu menjadi pengkritik kebijakan militer Rusia di Ukraina, mengkritik mundurnya pasukan Moskow sebelumnya.

261