Home Hukum Ayunan Celurit di Jantung Jogja: Pemda Cemaskan Pariwisata, Hukum Tak Bikin Jera

Ayunan Celurit di Jantung Jogja: Pemda Cemaskan Pariwisata, Hukum Tak Bikin Jera

Yogyakarta, Gatra.com - Para pelaku aksi klitih di pusat Kota Yogyakarta yang sempat viral telah ditangkap. Klitih tak hanya mengancam nyawa juga citra pariwisata dan kota pelajar Yogya yang selama ini jadi andalan. Namun penindakannya tak kunjung bikin para pelaku jera.

Seperti tertangkap kamera dari video yang viral, para pelaku yang berboncengan sepeda motor tampak mengayunkan celurit ke korban. Kejadian berlangsung di Titik Nol Yogyakarta di ujung Jalan Malioboro, pusat pariwisata, ekonomi, dan kantor pemerintahan Pemda DIY.

TKP juga tak jauh dari Istana Kepresidenan Gedung Agung dan Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Selang dua dari kejadian itu, Kamis (9/2), para pelaku ditangkap di Banyumas, Jawa Tengah, saat hendak kabur. 

Kapolresta Yogyakarta Kombes Pol Saiful Anwar menjelaslan, kejadian itu bermula dari perselisihan antara korban dengan tersangka GN. Pelapor memainkan gas motor dan menaikan ban depan hingga terjadi saling ejek di sepanjang Malioboro.

"Korban mbleyer motornya lalu standing. Tersangka GN yang sendirian naik motor tidak terima dan meneriaki korban. Lalu terjadilah peristiwa (perkelahian) pertama," jelas dia di Markas Polresta Yogyakarta yang berjarak setengah kilometer dari TKP, Jumat (10/2).

GN yang merasa dikeroyok rombongan korban, pulang ke rumah mengambil besi dan memberi tahu tujuh temannya. Karena solidaritas, teman-teman GN turut mendatangi rombongan pelapor di Titik Nol. Perkelahian seperti terekam di video pun pecah.

Salah satu teman GN sempat mengayunkan celurit yang mengenai bahu korban. Mereka juga sempat memukul korban. Setelah kejadian itu viral, mereka pun kabur hingga akhirnya bisa ditangkap polisi di Banyumas.

Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji menyambut gembira penangkapan para pelaku. Ia menyerahkan sepenuhnya proses hukum ke polisi. “Itu sebetulnya ada pemberatnya, melakukan kekerasan, usia masih muda, dan tempatnya juga di pusat destinasi wisata Yogyakarta. Banyak merugikan masyarakat,” papar Aji.

Menurutnya, kejadian ini menjadi kekhawatiran masyarakat dan menjadi ancaman pariwisata di DIY. "Ini kan menyangkut ekonomi masyarakat, nama baik Yogyakarta, dan saya kira monggo kita serahkan ke aparat hukum agar bisa kita berikan hukuman yang setimpal,” tutur Aji. 

Polda dan Pemda DIY sempat bersepakat untuk memupus istilah klitih dan menggantinya dengan kejahatan jalanan supaya tak ada lagi klitih di DIY. Toh, peneliti Jogja Police Watch (JPW) Baharuddin Kamba menyebut aksi klitih tetap marak.

Awal 2023 ini, sedikitnya terjadi tiga kali aksi klitih. Pada 12 Januari 2023, aksi klitih pecah di Jalan Baron, Padukuhan Sumuran, Kalurahan Kemadang, Kapanewon Tanjunsari, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Polres Gunungkidul berhasil menangkap tujuh orang dari kejahatan ini.

Selang tiga hari, 15 Januari 2023, dini hari aksi bar-bar oleh sejumlah orang tidak dikenal mengakibatkan seorang perempuan berusia 54 tahun warga Dusun Putat 2, Kapanewon Patuk, Kabupaten Gunungkidul mengalami patah hidung.

"Mirisnya, korban klitih yang berprofesi sebagai pedagang pasar ini harus pulang secara paksa dari rumah sakit karena tidak memiliki biaya untuk operasi," tutur dia, Minggu (12/2).

Nah, pada 7 Februari 2023, warga Kota Yogyakarta dihebohkan dengan video viral klitih di Titik Nol itu. "Aksi klitih ini terbilang nekat karena lokasi kejadian tidak jauh dari kantor Polresta Yogyakarta, tak jauh pula dari Keraton Yogyakarta," tandasnya.

Menurut dia, aksi kekerasan yang selama ini terjadi jelas mencoreng citra Yogyakarta sebagai tujuan wisata, kota pendidikan, kota budaya. "Berbagai motif klitih yang terjadi di Yogyakarta ini kebanyakan hanya sepele yakni ketersinggungan para pelaku," katanya.

JPW mengapresiasi atas kinerja pihak kepolisian yang berhasil menangkap enam dalam waktu yang relatif tidak lama. Hanya saja, meskipun para pelaku klitih telah dijatuhi vonis bersalah, Kamba menyebut sanksi itu terbukti tidak memberikan efek jera.

"JPW berharap keenam pelaku klitih di Titik Nol Kilometer ini divonis berat karena sudah merusak citra Yogyakarta sebagai kota pendidikan dan wisata. Melarikan diri dan kekerasan dilakukan di muka umum nantinya dapat dijadikan hal yang memberatkan dari Jaksa Penuntut Umum maupun majelis hakim," kata dia.

Selain patroli malam, Kamba meminta polisi dan aparat berwenang gencar merazia minuman beralkohol dan narkoba. "Karena bisa jadi aksi klitih muncul karena terpengaruh oleh minuman keras dan narkoba," ujarnya.

64