Home Internasional PBB Kesulitan Salurkan Bantuan ke Suriah, Korban Tewas Gempa Turki-Suriah 33.000 Orang

PBB Kesulitan Salurkan Bantuan ke Suriah, Korban Tewas Gempa Turki-Suriah 33.000 Orang

Kahramanmaras, Gatra.com - Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengecam kegagalan pengiriman bantuan yang sangat dibutuhkan ke wilayah yang dilanda perang di Suriah, di tengah peringatan jumlah korban tewas yang sudah lebih dari 33.000 orang, akibat gempa yang juga melanda Turki, dan dapat meningkat jauh lebih tinggi.

Sebuah konvoi PBB dengan perbekalan bantuan untuk Suriah barat laut tiba melalui Turki, namun kepala bantuan badan itu Martin Griffiths mengatakan dibutuhkan lebih banyak lagi perbekalan karena jutaan orang masih membutuhkan, akibat rumahnya hancur.

"Sejauh ini kami telah mengecewakan orang-orang di Suriah barat laut. Mereka merasa ditinggalkan. Mencari bantuan internasional yang belum tiba," kata Griffiths di Twitter, dikutip AFP, Senin (13/2).

Griffiths mengingatkan bahwa jumlah korban yang mencapai 28.000 orang bakal meningkat, jika membandingkan banyaknya kerusakan bangunan. Bahkan angkanya bisa dua kali lipat atau lebih karena peluang menemukan korban yang selamat menipis setiap hari.

Selain itu, terjadinya keterlambatan bantuan pasokan bahan makanan di Suriah, di mana konflik bertahun-tahun telah merusak sistem perawatan kesehatan. Apalagi sebagian wilayah masih berada di bawah kendali pemberontak yang memerangi pemerintah Presiden Bashar al-Assad, yang berada di bawah sanksi Barat.

Pejabat dan petugas medis setempat mengatakan 29.605 orang tewas di Turki dan 3.581 di Suriah dari gempa berkekuatan 7,8, sehingga total yang dikonfirmasi menjadi 33.186, hingga hari Senin.

Baca Juga: Bayi 2 Bulan Selamat Bertahan 128 Jam pasca Gempa Turki-Suriah yang Menewaskan Lebih 25.000 Orang

Dilaporkan, konvoi 10 truk PBB menyeberang ke barat laut Suriah melalui perbatasan Bab al-Hawa, yang membawa perlengkapan perlindungan, terpal plastik, tali, selimut, kasur dan karpet.

Bab al-Hawa adalah satu-satunya titik bantuan internasional untuk menjangkau orang-orang di daerah yang dikuasai pemberontak di Suriah setelah hampir 12 tahun perang saudara, karena penyeberangan lainnya ditutup di bawah tekanan dari China dan Rusia.

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia bertemu Assad di Damaskus pada hari Minggu dan mengatakan pemimpin Suriah telah menyuarakan kesiapan untuk lebih banyak penyeberangan perbatasan, membantu membawa bantuan ke barat laut yang dikuasai pemberontak.

"Dia terbuka untuk mempertimbangkan titik akses lintas batas tambahan untuk keadaan darurat ini," kata kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus kepada wartawan.

Jumlah korban meninggal gempa Turki-Suriah sudah melebihi angka 28.000, dan PBB memperkirakan jumlah korban akan berlipat ganda. 

Korban yang selamat dari puing-puing gempa di Türkiye dan Suriah semakin sedikit

Tantangan Konflik, Covid, Kolera, dan Gempa

"Krisis konflik yang semakin parah, COVID-19, kolera, penurunan ekonomi, dan sekarang gempa telah memakan korban yang tak tertahankan," kata Tedros, sehari setelah mengunjungi Aleppo.

Dia menyebut jika dia masih menunggu untuk bergerak melintasi garis ke barat laut, di mana diberitahu bahwa dampak gempa bahkan lebih buruk.

Tedros mengatakan WHO, Damaskus telah mengizinkan konvoi bantuan lintas garis untuk melanjutkan dari sejumlah daerah-daerah di pemerintahan. WHO masih menunggu lampu hijau dari daerah-daerah yang dikuasai pemberontak sebelum masuk.

Baca Juga: Mengapa Gempa di Turki dan Suriah Mematikan?

Sebelumnya, Assad masih menantikan kerja sama yang efisien lebih lanjut dengan badan PBB, untuk memperbaiki kelangkaan pasokan, peralatan dan obat-obatan.

Dia juga berterima kasih kepada Uni Emirat Arab karena telah memberikan bantuan besar dan bantuan kemanusiaan, dengan janji dana puluhan juta dolar.

Di Turki, masalah keamanan menyebabkan penangguhan beberapa operasi penyelamatan, dan puluhan orang telah ditangkap karena menjarah atau mencoba menipu korban pasca gempa.

Keajaiban selamat dari reruntuhan

Kisah-kisah ajaib tentang kesabaran bertahan hidup terus terdengar, setelah beberapa warga terselamatkan di reruntuhan, kendati para ahli memperingatkan bahwa harapan untuk menemukan orang hidup dalam kehancuran, semakin menipis setiap hari.

Hampir 160 jam setelah gempa, beberapa orang lagi kembali ditemukan terselamatkan dari bahwa puing bangunan hancur. Seorang anak laki-laki berusia delapan tahun di Gaziantep dan seorang wanita berusia 63 tahun di Hatay, kembali diselamatkan.

Badan bencana Turki mengatakan lebih dari 32.000 orang dari organisasi Turki diterjunkan bekerja dalam upaya pencarian dan penyelamatan, bersama dengan 8.294 penyelamat internasional.

Baca Juga: WHO: Hampir 26 Juta Orang Terdampak Gempa Turki-Suriah

Namun di banyak daerah, tim penyelamat mengatakan mereka kewalahan karena tidak memiliki sensor dan peralatan pencarian canggih, Mereka terpaksa harus menggali puing-puing secara hati-hati dengan sekop atau hanya tangan mereka.

"Jika kami memiliki peralatan semacam ini, kami akan menyelamatkan ratusan nyawa, bahkan lebih," kata Alaa Moubarak, kepala pertahanan sipil di Jableh, barat laut Suriah.

Timbul kemarahan

Kementerian transportasi Suriah mengatakan ada 62 pesawat bantuan telah mendarat di Suriah minggu ini dengan lebih banyak dalam perjalanan dari Arab Saudi.

Kementerian luar negeri Yordania mengumumkan angkatan udara negaranya telah menerbangkan dua pesawat pertama yang memuat 480 tenda PBB ke Suriah dan Türkiye "ari 10.000 tenda yang akan diangkut, ke kedua negara.

Setelah berhari-hari berduka dan menderita, kemarahan warga di Turki meningkat karena kualitas bangunan yang buruk serta tanggapan pemerintah terhadap bencana terburuk di negara, itu dalam hampir satu abad.

Sebanyak 12.141 bangunan secara resmi hancur atau rusak parah di Turki.

Tiga orang dijebloskan ke balik jeruji besi pada hari Minggu dan tujuh lainnya telah ditahan - termasuk dua kontraktor yang mencoba pindah ke bekas republik Soviet Georgia.

150