Home Pendidikan 59 Bahasa Daerah Akan Direvitalisasi di Tahun 2023

59 Bahasa Daerah Akan Direvitalisasi di Tahun 2023

Jakarta, Gatra.com - Revitalisasi bahasa daerah akan kembali digalakkan di tahun 2023. Dalam catatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) hingga tahun ini sebanyak 59 bahasa daerah telah masuk dalam program revitalisasi.

Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek, E Aminudin Aziz menyebut, 59 bahasa daerah tersebut berasal dari 22 provinsi. Jumlah itu pun telah meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Tahun ini terdapat 20 bahasa daerah baru yang akan direvitalisasi. Penambahan ini kami lihat karena ada potensi besar di masyarakat," kata Aminudin Aziz dalam keterangannya, Selasa (14/2).

Aminudin juga menjelaskan, beberapa bahasa daerah yang direvitalisasi diantaranya meliputi Bahasa Melayu dialek Panai, Bahasa Batak dialek Angkola, Bahasa Melayu dialek Sorkam, Bahasa Dayak Ngaju, Bahasa Melayu dialek Kotawaringin, Bahasa Uud Danum (Ot Danum), Bahasa Maanyan, dan Bahasa Kenyah.

Kemudian Bahasa Kambera, Bahasa Rote, Bahasa Abui, Bahasa Ternate, Bahasa Tobelo, Bahasa Sula, Bahasa Makian Dalam, Bahasa Tobati, Bahasa Sentani, Bahasa Biyekwok, Bahasa Bali, Bahasa Sasak dan Bahasa Samawa Bahasa Mbojo, Bahasa Dawan dan Bahasa Manggarai.

Selanjutnya, Bahasa Paser, Bahasa Melayu dialek Kutai Kota Bangun, Bahasa Bugis, Bahasa Bugis, Bahasa Makassar, Bahasa Toraja, Bahasa Mandat Buru, Bahasa Kei, Bahasa Yamdena, Bahasa Sobey, Bahasa Imbuti (Marind), Bahasa Biak, Bahasa Kamoro, Bahasa Sunda, dan Bahasa Jawa.

Kedepan, revitalisasi bahasa pun menyebut pelaksanaan program ini memiliki beberapa prinsip yaitu lebih fokus kepada revitalisasi daripada pendokumentasian bahasa dan dilakukan melalui pembelajaran serta pendampingan berkelanjutan.

"Juga melingkupi prinsip partisipasi intensif dari seluruh pemangku kepentingan mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dengan mengadopsi model revitalisasi yang disesuaikan dengan kondisi di lapangan," tuturnya.

Sementara itu, Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim mengakui bahwa tidak semua bahasa daerah aman untuk dilestarikan.

Nadiem menyebut terdapat beberapa bahasa daerah yang rentan mengalami kepunahan menjadi perhatian pihaknya untuk dilakukan revitalisasi.

"Revitalisasi bahasa daerah melalui program Merdeka Belajar. Revitalisasi bahasa daerah itu dilakukan berbasis sekolah, komunitas, hingga keluarga," ujar Nadiem.

130