Home Kolom Kopi Benteng Pangan Menghadapi Krisis Global

Kopi Benteng Pangan Menghadapi Krisis Global

 

 

Oleh: Abiyadun*

Kopi saat ini menjadi salah satu komoditas perkebunan yang sedang naik pamor. Selain soal rasa yang menjadi keunggulan komparatifnya, hal ini disebabkan pula karena perhatian pemerintah dalam menggairahkan komoditas kopi dari hulu hingga hilir.

Pemerintah melalui kementerian teknisnya yaitu Kementerian Pertanian tidak hanya bertumpu pada kegiatan budidaya dan pasca panen. Menariknya, hingga masuk pada pasar digital yang mengikuti trend saat ini sehingga kopi Indonesia menjadi bagian utama dari gaya hidup semua kalangan terutama anak muda.

Misalnya, kerja sama dengan start up sehingga industri kopi Indonesia mengalami kemajuan pesat, tak hanya di dalam negeri tapi juga pasar dunia. Penulis juga melihat kemajuan kopi Indonesia juga merupakan dampak nyata dari program petani milenial yang diimplementasikan pemerintah secara masif. Berbagai kementerian dan lembaga terlibat dengan ruang masing-masing menumbuhkan petani milenial sebagai pendongkrak pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.

Dari segi budidaya, pasca panen hingga memfasilitasi permodalan dan membukakan akses pasar jelas ada Kementerian Pertanian yang menjadi garda terdepan. Perbankan pun turut hadir langsung dengan programnya. Begitu juga kementerian lainnya memiliki program menumbuhkan generasi milenial untuk terjun ke sektor pertanian atau pangan.

Indonesia sendiri memiliki 18 jenis kopi dengan rasa yang berbeda beda yang sangat diminati masyarakat Indonesia maupun Internasional, yang bisa diolah menjadi berbagai produk turunan. Mengacu data Kementerian Pertanian, produksi kopi Indonesia di tahun 2021 mencapai 786,2 ribu ton, dengan luas areal 1,28 juta ha dan produktivitas rata-ratanya 817 kg per hektar. Angka produksi ini sekitar 9 persen dari produksi kopi dunia.

Tak ayal, Indonesia menjadi negara produsen biji kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Provinsi yang menjadi sentra utama produsen kopi utama adalah Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, Sumatera Barat, dan Lampung.

Mengacu data BPS, neraca perdagangan kopi Indonesia pada tahun 2021 mengalami surplus dimana volume ekspor kopi sebesar 387,26 ribu ton, meningkat 1,28% dibanding 2020. Sedangkan nilai ekspornya mencapai 858,55 juta USD, meningkat 4,46% dibanding tahun 2020. Negara tujuan utama ekspor kopi adalah USA sebesar 57,70 ribu ton, Mesir sebanyak 48,52 ribu ton dan Spanyol sebesar 33,04 ribu ton.

Selama lima tahun terakhir, Amerika Serikat pun menjadi negara tujuan dengan nilai ekspor kopi terbesar Indonesia. Pangsa pasarnya mencapai 15% dari ekspor kopi Indonesia.

Trend dan gaya hidup minum kopi turut memacu tingkat konsumsi kopi di Indonesia. Data BPS menunjukkan bahwa sepanjang periode 2016-2021 tingkat konsumsi kopi tumbuh rata-rata 8,22% per tahun. Pada 2021, produksi kopi Indonesia mencapai 786 ribu ton dengan konsumsi 370 ribu ton, sehingga sisanya di ekspor ke luar negeri.

Untuk mendorong pengembangan industri kopi, pemerintah memberikan stimulus dalam bentuk paket Kebijakan Ekonomi dan Regulasi Teknis. Paket Kebijakan Ekonomi dimaksud berupa kemudahan Tax Allowance dan Tax Holiday, kemudahan Investasi di kawasan industri dan penyaluran KUR untuk usaha mikro dan kecil perkebunan.

Sedangkan regulasi teknis dilakukan melalui Penerapan Pengolahan Hasil Pertanian Yang Baik (Permentan Nomor 35/ 2008), dan Standarisasi Unit Pengolahan Kopi berbasis Good Manufacturing Practices/GMP. Dengan adanya paket stimulus tersebut, diharapkan petani dan komoditas kopi Indonesia dapat naik kelas untuk pemenuhan kebutuhan ekspor.

Kebijakan Afirmatif

Beranjak dari pontesi produksi dan pasar kopi Indonesia ini, pengembangan kopi yang lebih masif dari hulu hingga hilir adalah sebuah keniscayaan. Dunia sekarang yang tidak baik kondisinya akibat dampak krisis global yaitu keuangan, ekonomi dan pangan mengharuskan suatu negara untuk membangun benteng yang kuat agar tidak jatuh pada jurang resesi. Kopi salah satu benteng pangan untuk menguatkan perekonomian Indonesia guna menghadapi ancaman global.

Berbagai upaya harus dilakukan pemerintah untuk terus menggenjot produksi kopi nasional, diantaranya melalui berbagai program peningkatan produksi dan produktivitas. Program kerja Menterian Pertanian Syahrul Yasin Limpo melakukan penanaman 10 juta pohon kopi disertai sarana produksi lainnya di seluruh Indonesia adalah gebrakan yang bagus dan nyata. Apalagi nantinya akan diperkuat dengan menghadirkan Bank Benih Perkebunan (BaBe Bun).

Mengapa? karena kunci dari memajukan perkopian Indonesia adalah ketersediaan dan penggunaan bibit unggul dan gerakan penanaman yang masif. Kondisi pohon kopi di berbagai daerah sudah dalam kondisi tua, produksinya semakin menurun, sehingga peremajaan dengan bibit unggul adalah keniscayaan agar kopi Indonesia ke depannya menembus langit. Ekspornya semakin tinggi dan kopi Indonesia menguasai café di seluruh dunia.

Kemudian, upaya memajukan kopi Indonesia pun harus dengan melakukan peningkatan nilai tambah sehingga program pengembanganya yang berbasis agro-industri harus berani diwujudkan dan digaungkan lebih luas.

Peningkatan mutu produk olahan kopi, perluasan domestik dan ekspor, pemberian insentif dan dukungan sarana berusaha, serta peningkatan kualitas SDM pelaku usaha kopi pun harus dilakukan secara kolaboratif oleh pemerintah dan pelaku usaha bahkan harus melibatkan perguruan tinggi.


*Humas Kementerian Pertanian