Home Nasional Dosen UII Hilang di AS, Rektor Ungkap Peluangnya Gabung ke Organisasi Anti-pemerintah

Dosen UII Hilang di AS, Rektor Ungkap Peluangnya Gabung ke Organisasi Anti-pemerintah

Yogyakarta, Gatra.com - Dosen Universitas Islam Indonesia (UII) yang hilang, Ahmad Munasir Rafie Pratama, dianggap kecil kemungkinan bergabung ke penentang pemerintah. Kendati telah terlacak di Amerika Serikat (AS) yang kerap ia sambangi selama ini, Rafie tak dapat dihubungi.

“Kami tidak melihat Rafie pernah berafiliasi dengan lembaga yang bertentangan dengan UII. Kalau ada teori terkait gerakan itu, itu sangat kecil peluangnya meski kami belum punya informasi yang pasti,” tutur Rektor UII Fathul Wahid, Senin (20/2).

Fathul menyatakan selain mengajar di kampus, Rafie juga punya sejumlah proyek di luar negeri, termasuk di AS. Setelah lulus sarjana dari Fakultas Teknik UGM, ia melanjutkan S2 di Monash University, Australia, dan meraih gelar doktor dari Stony Brook University, AS, pada 2019. “Rafie lulusan sana dan punya visa ke AS. Tahun lalu dia dua kali ke AS,” ungkap Fathul.

Pada 23- 25 Januari lalu, Rafie menjadi salah satu pembicara di konferensi internasional di Riyadh, Arab Saudi, tentang teknologi pendidikan masa depan, Global Trends in E-Learning (GTEL). “Ia lalu umroh dengan keluarga. Sementara istri dan anaknya pulang, Rafie ke Norwegia untuk acara UII,” kata Fathul.

Di Oslo, Norwegia, sejumlah akademisi UII, termasuk Rafie yang menjabat Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Teknik Industri UII, bertemu pihak University of South-Eastern Norway (USN), 5-12 Februari, untuk menjalin kerja sama.

Selepas acara ini Rafie semestinya pulang dengan rute penerbangan Oslo – Istanbul – Riyadh – Istanbul – Jakarta. Perjalanan melalui Riyadh karena tiket Rafie dibayar panitia konferensi di Arab Saudi yang mengharuskan rute tersebut.

Sempat mengabari istrinya ‘menunggu boarding’ di Istanbul, Turki, 12 Februari, sejak itu Rafie tak memberi kabar. Informasi terakhir dari Kemenlu dan pihak AS, Rafie terlacak masuk ke AS melalui Bandara Boston, 13 Februari.

Namun hingga kini asisten profesor itu tak dapat dihubungi. “Kami tidak punya informasi yang cukup untuk memahami mengapa ada perubahan rute. Kami belum bisa mengontak yang bersangkutan,” ujar Fathul.

Menurut dia, UII telah menghubungi berbagai pihak, dari Kedutaan Besar RI hingga pihak bandara di sejumlah negara, untuk memastikan keberadaan Rafie. “Misi utama kami saat ini adalah membawa pulang Rafie ke Indonesia dan kembali mengabdi ke UII,” kata Rektor.

Sebelumnya UII telah menggunakan teknologi untuk melacak jejak digital Rafie. Ia sempat tercatat melakukan koneksi internet dari ponselnya dan tertulis lokasinya berada di Indonesia. Namun setelah dilacak lebih jauh, Rafie diketahui berada di Istanbul. “Sampai kemudian ada informasi penerbangan dari Istanbul menuju Boston,” lanjutnya.

Dari bandara Boston, otoritas setempat menyatakan Rafie bergerak keluar dari bandara dan menggunakan paspor. “Posisi di Boston tidak kami ketahui secara pasti dan kami juga belum tahu motifnya,” ujar Fathul.

Menurut Fathul, Rafie sosok yang baik, cerdas, dan serius dalam bekerja. “Ini masih kami dalami motfnya dan mengapa orang yang baik ini tidak lapor. Ini seperti anak kecil main tidak pulang,” ujarnya.

Fathul juga tidak mempersoalkan pernyataan Polri yang menyebut Rafie tidak hilang tapi menghilangkan diri. “Itu hak polisi yang tentu telah berdasarkan data,” kata dia.

406