Home Kesehatan Infeksi Virus Salah Satu Pencetus Risiko Diabetes pada Anak

Infeksi Virus Salah Satu Pencetus Risiko Diabetes pada Anak

Jakarta, Gatra.com– Diabetes termasuk dalam penyakit kronis, yang perjalanannya pelan-pelan, bukan penyakit yang serta merta muncul. Karenanya, orang tua perlu tahu apa saja gejala diabetes agar bisa segera mendapatkan penanganan.

“Ada fase di mana tidak menimbulkan gejala, kemudian dia muncul. Jadi kalau sudah muncul, berarti dia sudah berjalan cukup lama, sekitar 6 bulan atau 1 tahun sebelumnya,” jelas Dr. dr. Andi Nanis Sacharina M, Sp.A (K) dikutip dari keterangan tertulisnya, Kamis (2/2).

Menurut dr. Nanis, ada dua tipe diabetes, yang pertama diabetes tipe 1 dan yang kedua diabetes tipe 2. Dari kedua jenis tersebut, anak-anak paling sering mengalami diabetes tipe 1, yakni sekitar 90-95%.

“Pada kondisi ini, sel kekebalan tubuh anak menyerang sel beta pankreasnya sendiri karena dianggap sebagai benda asing. Jadi, yang seharusnya sel beta pankreas itu mengeluarkan insulin, yang bertugas untuk menurunkan kadar gula darah, tidak bisa dikeluarkan lagi karena dirusak oleh sel-sel tubuhnya sendiri,” ungkap dr. Nanis

Selain itu, diabetes tipe 1 juga dikaitkan dengan faktor predisposisi genetik. Dengan kata lain, anak memiliki bakat genetik untuk terkena diabetes. Hanya saja, itu bukanlah faktor mutlak dan perlu ada faktor pencetus.

Dokter Nanis menyebutkan, infeksi virus merupakan yang paling banyak mencetuskan risiko diabetes tipe 1 pada anak. “Kalau dia punya bakat, tetapi tidak ada faktor pencetusnya, bisa saja dia tidak kena diabetes seumur hidup. Tapi kalau tiba-tiba kena pencetus, seperti infeksi virus, bisa jadi muncul gejala diabetes.”

Saat virus masuk ke dalam tubuh dan bentuknya mirip dengan sel beta pankreas, sel kekebalan tubuh pun akan mengira keduanya adalah benda asing dan dirusak. Alhasil, sel beta pankreas yang dianggap virus tidak bisa lagi menghasilkan insulin.

Diabetes tipe 2 sendiri lebih banyak terjadi pada orang dewasa. Penyebabnya tidak lain adalah gaya hidup yang buruk. Sayangnya, meningkatnya kasus kegemukan dan obesitas pada anak juga memicu meningkatnya faktor risiko diabetes tipe 2.

Bahkan saat ini, ujar dr. Nanis, tidak menutup kemungkinan seseorang terkena diabetes tipe 1 dan 2 secara bersamaan.

Salah satu pencegahan yang bisa dilakukan oleh orang tua sejak dini ialah imunisasi. Jadi, risiko anak tertular infeksi jadi berkurang. Orang tua juga harus selalu memonitor pertumbuhan anak, menjaga berat badan anak naik sesuai usia dan tinggi badan, serta menerapkan gaya hidup sehat, seperti olahraga dan tidur cukup.

Bila ternyata anak didiagnosis diabetes, ini bukanlah akhir dunia. Dokter Nanis menyarankan, orang tua tidak boleh panik dan atur napas terlebih dahulu. Setelah tenang, dengarkan saran dokter dan cari informasi sebanyak-banyaknya tentang diabetes. “Terus terang ini tidak mudah. Jadi, pelan-pelan saja.”

Dokter Nanis merasa sudah ada titik cerah dalam penanganan diabetes pada anak karena dokter-dokter yang terlibat dengan penyakit endokrin anak juga sudah mulai tersebar di kota-kota besar di Indonesia.

Ia pun berharap kedokteran di Indonesia akan semakin maju agar obat diabetes ke depannya tidak perlu disuntikkan lagi. “Yang lebih tidak invasif adalah diberikan dalam bentuk pompa, cuma memang harganya masih relatif mahal,” tutupnya.

134