Home Hukum Polri Upayakan Soft Approach untuk Selamatkan Kapten Philip

Polri Upayakan Soft Approach untuk Selamatkan Kapten Philip

Jakarta, Gatra.com - Polri menegaskan bahwa pihaknya masih terus melakukan upaya pendekatan lunak atau soft approach untuk menyelamatkan pilot Susi Air, Kapten Philip Mark Merthens (37). Kapten Philip hingga saat ini masih disandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), Egianus Kogoya.

Adapun penyanderaan Kapten Philip telah terjadi sejak dugaan pembakaran pesawat pilatus milik Susi Air di Lapangan Terbang Paro yang dilakukan KKB pada Selasa (7/2) pagi.

"Jadi itu, meskipun sudah 3 minggu (pilot Susi Air disandera) tapi upaya soft approch artinya bahwa komunikasi antara pemerintah daerah dan KKB itu yang masih diutamakan dulu dan yang paling utama adalah keselamatan pilot menjadi faktor penentu," kata Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi, Jumat (3/3)

Dedi menyebutkan, kendala utama yang menyebabkan komunikasi berjalan lamban karena kondisi sinyal yang buruk.

"Memang yang menjadi kendala utama karena di daerah Lanny Jaya itu signal itu kan susah, jadi kalau mau berhubungan (komunikasi) harus mencari titik tertentu yang bisa menjangkau komunikasi," ungkapnya.

Meski pilot Susi Air asal Selandia Baru itu masih disandera oleh KKB, namun kondisinya dipastikan baik. Hal itu dikonfirmasi dari komunikasi yang terus dilakukan dengan KKB. "Kondisi terakhir dalam minggu ini dari pemda memastikan kondisi pilot dalam kondisi baik," ucap Dedi.

Diberitakan sebelumnya, upaya penyelamatan pilot Susi Air terus dilakukan. Dalam prosesnya, ada sejumlah kendala yang dijumpai oleh pemerintah di antaranya adanya intervensi dari pemerintah Selandia Baru yang meminta agar tidak ada kekerasan dalam proses penyelamatan Kapten Philip.

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD sebelumnya mengungkapkan, aparat TNI dan Polri telah mengetahui titik koordinat lokasi pilot itu. Namun, ketika aparat ingin bergerak, pemerintah Selandia Baru meminta agar tidak ada kekerasan dalam operasi pembebasan itu.

"Saya katakanlah, loh kita sudah tahu itu tempatnya, di koordinat berapa sudah kita kepung. Tetapi begitu kita bergerak kan pemerintah Selandia Baru datang ke sini dan memohon tidak ada tindakan kekerasan karena itu warga kami (Selandia Baru) agar masalah ini tidak menjadi (masalah) internasional,” ujar Mahfud di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, (21/3).

Setelah urung melancarkan operasi penyelamatan, Indonesia akhirnya memilih jalur negosiasi yang dilakukan oleh Penjabat Bupati Nduga Namia Gwijangge. Dalam negosiasi ini, Kapolda Papua Irjen Mathius D Fakhiri mengungkapkan, Egianus Kogoya pernah menyampaikan permintaan uang dan senjata sebagai syarat pelepasan Philips.

Permintaan Egianus tersebut, kata Fakhiri, sulit untuk dipenuhi, terutama terkait senjata api dan amunisi. Selain itu, kendala yang dihadapi aparat Indonesia adalah KKB pimpinan Egianus Kogoya kerap berpindah-pindah. Bahkan, mereka berbaur dengan masyarakat.

334