Home Ekonomi Petani Bali Utara Mulai Menikmati Pertanian Modern Smart Green House

Petani Bali Utara Mulai Menikmati Pertanian Modern Smart Green House

Jakarta, Gatra.com – Para petani, khusunya dari kalangan milenial di Bali Utara mulai menikmati program pertanian digital dengan teknologi Screen House atau Smart Green House (SGH) yang diinisiasi Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP) Kementerian Pertanian (Kementan).

Analis PSP Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Ida Putu Sandiasa, dalam keterangan pers, Kamis (9/3), menyampaikan, SGH merupakan program terobosan untuk membangun pertanian modern. SGH juga diproyeksikan menjadi pemikat atau meningkatkan minat kaum milenial di sektor pertanian, khususnya di bidang hortikultura.

Pertanian menggunakan SGH ini menerapkan teknologi digital untuk pengembangan pertanian. Berkat teknologi ini, petani dilindungi dari ancaman gagal panen akibat cuaca yang berubah-ubah. Selain itu, penggunaan pupuk dan air akan semakin terukur.

Baca Juga: Green House Sido Muncul Siap Hasilkan Tanaman Rempah Berkualitas Dunia

“Alatnya sangat luar biasa, akan lebih efektif dan efisien dari segi proses produksi, penanaman bibit, pemupukan, panen. Akan menekan biaya produksi petani,” kata Ida.

SGH akan menghadirkan pertanian smart farming. Petani tidak perlu lagi ke lahan pertanian untuk mengontrol tanaman. Kendali perkembangan tanaman pertanian dilakukan melalui smartphone berbasis Android dan laptop yang terhubung internet.

Smart farming didefinisikan sebagai sistem pertanian berbasis teknologi yang dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kuantitas dan kualitas. Di antaranya, Smart Green House, fertigasi berbasis Internet of Things (IoT), Unmanned Aerial Vehicle (UAV), dan The Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) image processing.

Ketua Kelompok Tani Sayram Garden, Nyoman Mara Garden, menyampaikan, petani pasti mempunyai impian memiliki kebun yang canggih, modern, dan smart. Ia menilai, SGH merupakan fasilitas yang menjadi kebutuhan pertanian modern.

“Harapan kami hasil produksi meningkat, sekaligus memikat generasi muda untuk bekerja di pertanian,” ujar Nyoman Mara.

Ia menjelaskan, dalam suatu rangkaian sistem SGH, dipasang sejumlah sensor untuk memantau suhu, penggunaan air, dan kebutuhan cahaya. Semuanya diatur melalui sensor yang terhubung ke smartphone maupun laptop.

“Kita dulu petani konvensional di lahan terbuka. Kami kemudian membangun rumah lindung, tanaman terlindung dari hujan,” katanya.

SGH melindungi dari segala faktor penganggu tanaman. Air hujan tidak masuk, ada insect net sehingga hama penyakit tidak masuk. Di dalam SGH dipasang sensor kelembapan media sehingga tanaman kapan butuh makan, bisa dibaca oleh sensor. Sensor akan memerintahkan pompa memberi makan.

Begitu juga untuk memantau kelembaban dan suhu, dipasang alat pengukur. Ketika suhu berlebihan, sensor akan memberikan sinyal untuk mengendalikan suhu. SGH juga mengatur intensitas cahaya matahari yang masuk.

Sinar matahari dari pagi sampai pukul 10.00 itu sangat baik buat tanaman. Sedangkan mulai pukul 12.00 hingga 14.00, sinar matahari bersifat membakar. Untuk mengatur itu, ada sensor yang otomatis menutup shading guna mengurangi intensitas cahaya matari.

“Dipasang alat namanya roof fan shading. Harapannya bisa memberikan hasil produksi lebih optimal,” kata Nyoman Mara.

SGH memberikan banyak manfaat bagi pertanian, di antaranya terjadi efisiensi dan mendorong peningkatan hasil produksi sehingga akan turut mendongkrak pendapatan petani.

Menurut Nyoman Mara, melalui teknologi tersebut para petani dapat meningkatkan pendapatan. Pusat Pelatihan Pertanian Pedesaan Swadaya (P4S) tidak hanya produksi tanaman hortikultura, tapi juga sebagai pusat pelatihan petani swadaya.

“Mahasiswa berbagai daerah hadir ke sini untuk mendapatkan pelatihan langsung oleh ketua bekerja sama dengan P4S lainnya,” katanya.

SGH yang merupakan program dari Ditjen PSP tersebut diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang terampil dan mandiri di bidang agro teknologi dan agribisnis dengan potensi wisata dan provitas pertanian di daerah tersebut.

Nyoman Mara mengungkapkan, para petani mendapat manfaat yang besar dari SGH di tengah sulitnya mendapatkan SDM pertanian karena ada kesan bahwa bekerja di sektor pertanian itu harus berkotor-kotor.

“Nah, dengan model ini dia akan bangga menjadi petani, dia akan bangga menjadi karyawan pertanian karena fasilitas mendukung secara betul-betul smart,” ujar Nyoman Mara.

Menurutnya, teknologi mendorong orang-orang, termasuk kaum muda tertarik pada dunia pertanian. Sebelumnya, sektor ini kurang diminati oleh kaum muda karena kesan kotor tersebut sehingga mayoritas orang tua yang menggeluti sektor ini.

“Inilah sebagai solusi, bagaimana teknologi itu bisa diterapkan di dunia pertanian sehingga bisa mengefisiensi tenaga kerja, memaksimalkan hasil, dan dicintai oleh semua level kalangan, anak muda, milenial bisa tertarik dengan model seperti ini,” kata dia.

Baca Juga: Kementan Bangun 4 Green House di Agrowisata Batu Patah Payo

Senada dengan Nyoman Mara, Gede Adi Mustika, salah satu ketua kelompok tani yang membuka eduwisata stroberi asal Desa Pancasari, Buleleng, Bali, serta asesor Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S), menilai bahwa SGH sangat bermanfaat bagi petani.

Adi Mustika juga sangat bersyukur dengan hadirnya smart green house dari Kementan. Menurutnya, SGH sangatlah menakjubkan dan tinggal mempelajari untuk menerapkannya. Ini juga perlu dibarengi dengan peningkatan kualitas SDM.

“Nanti itu saya akan mungkin ke depan sangat banyak bisa belajar dari sana dulu untuk sistem SGH itu, karena itu udah canggih banget kan,” ujarnya.

804