Home BUMN Dinilai Menguasai Teknologi EPC, HEXAGON Akui Rekind Punya Peran Strategis di Indonesia dan ASEAN

Dinilai Menguasai Teknologi EPC, HEXAGON Akui Rekind Punya Peran Strategis di Indonesia dan ASEAN

Jakarta, Gatra.com - Tantangan besar soal finansial, tengah dihadapi PT Rekayasa Industri (Rekind). Tentu, kondisi ini berpengaruh besar bagi eksistensi perusahaan milik negara yang bergerak di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri atau lebih dikenal dengan istilah EPC (Engineering, Procurement, dan Construction) tersebut.

Namun upaya untuk meningkatkan kompetensi dan inovasi yang menjadi andalan Rekind dalam membangun dan mengembangkan proyek secara terintegrasi, masih gencar dilakukan.

Ini menandakan, fokus yang dilakukan Rekind, tidak semata mempertahankan eksistensinya di bidang bisnis, tapi juga berusaha konstan dalam hal mempertahankan dirinya sebagai aset strategis nasional di bidang EPC melalui penguasaan teknologi. Jika tidak dilakukan, taruhannya mahal sekali. Negara bakal menghadapi kerugian kuat. Sebab untuk membangun dan mengembangkan industri EPC tidak cukup hanya dilakukan dalam kurun waktu satu atau dua tahun, tapi membutuhkan waktu puluhan tahun.

Makanya, saat menggelar rapat kerja dan membahas soal Rekind bersama Komisi VI DPR RI, beberapa waktu lalu Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Tohir sigap untuk menyelesaikan persoalan yang tengah dihadapi Rekind.

Erick tidak rela kehilangan Rekind sebagai backbone inovasi industri di Indonesia. Apalagi sudah banyak pekerjaan luar biasa yang dikerjakan Rekind. "Kita nggak mau kehilangan backbone inovasi Indonesia di Rekind, sebenarnya sudah banyak pekerjaan yang luar biasa dilakukan. Cuma karena mismanagement kompleksitas keuangannya menjadi masalah sampai saat ini," ungkap Erick.

Peran strategis Rekind melalui kompetensi dan inovasinya jadi fokus perhatian banyak kalangan, tidak saja pemerintah, tapi juga perusahaan yang aktivitasnya melekat dengan kegiatan-kegiatan EPC, satu di antaranya Hexagon. Perusahaan penyedia solusi teknologi digital itu menilai peran Rekind dalam membangun dan mengembangkan proyek industri berskala besar punya implikasi yang juga esensial baik di Indonesia, bahkan hingga di wilayah ASEAN.

“Lebih dari dari 40 tahun mengabdi melalui pembangunan proyek industri berskala besar, Rekind merupakan kunci bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Bahkan, rekam jejaknya di Malaysia juga bisa dibilang aset bagi perkembangan ekonomi - budaya ASEAN saat ini dan di masa depan; khususnya di antara negara-negara berkembang di ASEAN,” ungkap Senior Vice President Hexagon, Fabio Yada, dari Asset Lifecycle Intelligence (ALI) Division, salah satu ‘punggawa’ perusahaan penyedia solusi teknologi digital asal Amerika Serikat.

Penilaian itu muncul dari pengalaman Hexagon ALI selaku mitra strategis Rekind di bidang teknologi perangkat lunak (software) selama lebih dari 30 tahun. Mereka menyaksikan langsung upaya yang dilakukan Anak Perusahaan PT Pupuk Indonesia (Persero) itu membangun dan mengembangkan berbagai jenis proyek, seperti Migas, listrik, pupuk, petrokimia dan lain-lain. “Melalui pengerjaan proyek-proyek tersebut Rekind telah menunjukkan performa terbaiknya di bidang EPC yang terintegrasi dengan teknologi State of Art Hexagon ALI,” tandas Fabio.

Dalam menggarap proyek, Rekind selalu mengedepankan ide-ide inovatif di bidang EPC, yang tujuannya bisa memberikan nilai tambah di semua sektor dan bermuara untuk menggerakkan roda perekonomian di tanah air. Contoh paling mengemuka, kehadiran Rekind di Proyek Lapangan Gas Unitisasi Jambaran Tiung Biru (JTB).

Melalui kompetensi Rekind, JTB bisa menjadi pemasok gas terbesar di Indonesia yang ramah lingkungan. Bahkan, apa yang dilakukan Rekind di Proyek Strategis Nasional tersebut, diyakini bisa mengerakkan roda perekonomian nasional.

Upaya serupa juga dilakukan di Negeri Jiran, Malaysia. Proyek pertamanya adalah pembangunan Revamping ASEAN Bintulu Fertilizer Plant tahun 1991. Sukses mengerjakan proyek ini, kemudian menggarap Proyek Petronas Lube Oil Blending Plant (LOBP) di Malaka-Malaysia tahun 1993.

LOBP milik Petronas saat itu, merupakan pabrik yang cukup canggih, karena Rekind melengkapinya dengan teknologi DCS (Distributed Control System), di mana pengontrolan produksi yang dilakukan dalam satu ruangan. Sebelumnya, Teknologi DCS ini pertama kali diaplikasikan oleh Rekind pada proyek pembangunan pabrik Pupuk Sriwidjaja 1B (PUSRI 1B) pada tahun 1990. Sekalipun memiliki jaringan luas terhadap pemasok materilal, di proyek ini Rekind banyak melibatkan banyak sub kontraktor lokal Malaysia.

Dalam tender proyek ini, Rekind menyisihkan lima perusahaan EPC asing. Keberhasilannya merujuk pada keahlian Rekind yang memiliki kompetensi detail engineering. Rekind mampu menterjemahkan FEED (Front End Engineering Design) dalam menentukan material yang lebih efisien.

Soal kompetensi Rekind, Fabio mengaku tidak meragukannya lagi. Tercatat sudah sembilan kali Rekind menyabet penghargaan yang digelar Hexagon, seperti Golden Valve Awards dan Hexagon Elite Awards.

Di tahun 2022 Rekind mampu menunjukkan kemampuan terbaiknya di event internasional HxGN Live Global Confrence yang dilaksanakan di Las Vegas, Amerika Serikat. Di ajang ini, Rekind dinobatkan sebagai penerima penghargaan ‘Best in Design’ melalui inovasi dan kepiawaian yang dikembangkan Fandy Maulana, seorang 3D Design System engineer Rekind. Prestasinya mampu mengungguli seratus inovator lainnya yang datang dari sejumlah negara. Fandy dinilai Tim Hexagon sebagai pengguna dengan eksekusi paling baik dan inovatif dalam menggunakan aplikasi Intergraph Smart 3D, Intergraph Smart Review, dan/atau CADWorx.

Menurut Fabio, penghargaan ini secara tidak langsung merupakan bentuk pengakuan atas adopsi inovatif Rekind dalam penggunaan teknologi Hexagon ALI untuk menciptakan proyek yang bisa memenuhi permintaan stakeholders dalam mendukung industri 4.0 dan digitalisasi. “Melalui pengaplikasian teknologi ini juga, Rekind bisa melahirkan karya yang mampu mengintegrasikan lingkungan, sosial dan tata kelola dalam strategi bisnis serta pembangunan berkelanjutan yang diharapkan stakeholders,” katanya.

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR