Home Info Sawit Munas GAPKI Usai; Eddy, Dwi, Saya (adalah) Kita

Munas GAPKI Usai; Eddy, Dwi, Saya (adalah) Kita

Bali, Gatra.com - Sedari awal, cerita itu sudah berhembus kencang; bahwa calon kuat Ketua Umum (Ketum) Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) 2023-2028 adalah Eddy Martono dan Dwi Sutoro.

Eddy adalah Sekretaris Jenderal GAPKI, sementara Dwi Ketua Bidang Agri Bisnis GAPKI. Keduanya adalah putra terbaik bangsa ini yang sudah pasti sama-sama ingin memajukan industri kelapa sawit Indonesia yang lebih baik.

Meski kemudian di Munas GAPKI XI yang digelar di The Anvaya Beach Resort Eddy Martono yang terpilih menjadi Ketum, tapi beban yang ada terkait industri sawit tadi tidak hanya akan berada dipundaknya, tapi pada semua korporasi dan bahkan juga petani sawit.

Adalah Gulat Medali Emas Manurung yang sengaja diundang panitia Munas GAPKI untuk hadir di acara yang berlangsung dari 8-10 Maret 2023 itu.

Ketum DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) ini menengok bahwa aroma Munas GAPKI kali ini memang rada berbeda ketimbang Munas sebelumnya. Lelaki 50 tahun ini mengistilahkan; sangat kompetitif.

"Persaingan sengit dengan lobi-lobi tingkat tinggi di kalangan 719 CEO, Direktur, General Manager hingga Manager sesungguhnya sudah kelihatan sejak akhir tahun lalu. Saya yakin tujuannya tentu untuk mendapatkan sosok bakal calon Ketum yang benar-benar mewakili semua kepentingan anggota GAPKI," ulas doktor agro-ekosistem ini saat berbincang dengan Gatra.com tadi malam.

Ayah dua anak ini malah menyebut bahwa anggota GAPKI harus bersyukur dan bangga, sebab paling tidak ada 15 bakal calon ketua umum yang muncul menuju Munas XI dan semua bakal calon itu mentereng-mentereng, bukan kaleng-kaleng.

"Ini menandakan bahwa kaderisasi kepemimpinan di masa jabatan Joko Supriyanto berhasil. Yang kacau itu kan bila tidak ada yang muncul atau memunculkan diri untuk maju mencalonkan diri untuk ketua umum,” katanya.

Gulat tak menampik bahwa kehadirannya di Munas XI itu hanya sebagai peserta Seminar Nasional Kelapa Sawit yang digelar GAPKI di hari pertama.

Tapi lantaran ingin tahu gimana sih berdemokrasi ala GAPKI, auditor Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) ini akhirnya bertahan hingga di hari kedua. "Kayak studi bandinglah saya jadinya,” ujar lelaki ini tertawa.

Baca juga: Eddy Martono Terpilih Jadi Ketum GAPKI

Hasilnya, memang beda kata Gulat. Kalau di GAPKI pemilik suara itu adalah perpanjangan tangan owner perusahaan, sementara di Apkasindo pemilik suara itu sekaligus owner. "Artinya keanggotaan itu melekat pada diri kami sepanjang kebun kami tidak dijual," ujarnya.

Di GAPKI, sepanjang masih bekerja di perusahaan maka dia sah menjadi anggota ataupun pengurus. Tapi kalau tiba-tiba tidak lagi bekerja di perusahaan yang diwakilinya, maka hak suaranya otomatis hilang dan digantikan oleh penerima mandat baru.

"Secara umum saya melihat kematangan berorganisasi di tubuh GAPKI patut kami tiru, khususnya dari sisi emosional control dan seni dalam melobi," puji Gulat.

Bagi petani Apkasindo, siapapun Ketum GAPKI enggak ada masalah sepanjang dia punya komitmen yang tinggi untuk menyelesaikan ragam masalah sawit khususnya yang berkaitan dengan petani.

Misalnya soal tumpang tindih lahan, klaim sawit dalam kawasan hutan, Peremajaan Sawit Rakyat (PSR), proses masuknya petani sawit ke sektor hilir skala mikro UKM hingga sertifikasi berkelanjutan.

Dan fakta yang terjadi, melalui proses yang cukup melelahkan, akhirnya Eddy Martono kemudian terpilih secara aklamasi menahkodai GAPKI lima tahun ke depan.

"Idealnya, setelah Eddy terpilih, maka berakhir pula kompetisi. Dengan sifat profesionalisme yang melekat pada pemilik suara GAPKI, seharusnya persaingan itu telah usai dan kembali solid," Gulat berharap.

Gulat menaruh harapan besar agar para pemilik suara di GAPKI kembali solid lantaran tugas berat terkait regulasi Uni Eropa (UE), PSR, minyak goreng hingga Bursa Crude Palm Oil (CPO) sudah di depan mata.

Petani Apkasindo kata Gulat juga berharap di kepemimpinan Eddy Martono, hubungan dan kerjasama antara asosiasi petani dengan GAPKI tetap solid seperti yang sudah dilakukan oleh Ketum GAPKI sebelumnya; Joko Supriyono. Dua kekuatan ini harus saling berdampingan dan satu gerbong.

Berikut harapan-harapan Gulat selanjutnya yang dituliskan secara bertutur; Sesungguhnya tugas Ketum GAPKI terpilih itu sangat berat dan akan fatal jika tidak amanah untuk nasionalisme kelapa sawit Indonesia. Tugas ini tentu harus didukung bersama.

Pak Dwi Sutoro sebagai salah seorang profesional dengan jabatan Direktur Pemasaran di Holding PTPN (BUMN Sawit) tentu harus legowo.

Tagline nya BUMN itu kan sangat nasionalis; #BUMN untuk Indonesia. Ini berarti tugas BUMN Sawit plat merah harus terdepan dalam menjaga iklim kondusif industri sawit Indonesia.

Dan saya pikir itulah kelebihannya Pak Dwi Sutoro untuk meredam gejolak pasca Munas XI. Kami petani sawit sangat bangga dengan sosok Pak Dwi yang sudah sukses sebagai Direktur BUMN Sawit dan lagi-lagi saya merasakan bahwa Pak Dwi itu sangat profesional oleh berbagai latarbelakang karirnya selama ini.

Pak Dwi bukan hanya asset BUMN, tapi masa depan sawit Indonesia dan kami yakin Pak Erik Tohir sebagai Menteri BUMN pasti bangga punya anak buah sekaliber Dwi Sutoro.

Saat ini, yang masuk GAPKI baru 719 korporasi (28%) dari 2.551 korporasi. Total luas kebun sawit anggota GAPKI adalah 3.692.473 hektar atau hanya 38% dari total luas lahan sawit korporasi (9.500.400 hektar)

Tentu tugas Ketum terpilih salah satunya adalah meyakinkan korporasi yang belum masuk GAPKI supaya menjadi anggota GAPKI.

Banyak kemudahan dari sisi kami Apkasindo bila semua korporasi masuk GAPKI. Salah satunya adalah koordinasi jika ada "benturan" antara petani dengan korporasi di lapangan. Selama ini kami sangat kesulitan berkomunikasi jika korporasi itu bukan anggota GAPKI.

Kalau pun nantinya berdiri asosiasi pegusaha sawit selain GAPKI --- bukan sebagai akibat ketidakpuasan hasil Munas XI melainkan untuk wadah bagi korporasi yang belum tergabung dengan GAPKI --- itu sah-sah saja.

Dan bahkan sangat penting lataran jika 2551 korporasi sawit ini bergabung ke organisasi pengusaha, maka data-data terkait produksi minyak sawit Indonesia akan semakin mendekati yang sesungguhnya.

Agar minyak sawit Indonesia bisa melakukan bargaining dagang dan politik ke berbagai negara, usul kami petani sawit, cara dan strategi kampanye sawit harus kita rubah dengan pendekatan konsep kesetaraan dan GAPKI yang sudah 42 tahun berdiri punya peranan besar untuk itu.

Selamat kepada Pak Eddy, semoga kepengurusan GAPKI pusat bisa lebih cepat terbentuk dan segera berkoordinasi ke kementerian terkait, sebab lagi-lagi saya bilang, tantangan berat sudah di depan mata.

Tanggungjawab menjaga sawit Indonesia harus kerja bareng tiga entitas sawit (korporasi, petani dan pemerintah), karena #sawit adalah kita Indonesia.


Abdul Aziz

856