Home Ekonomi Sri Mulyani Ingatkan RI Perlu Waspada Dampak dari Runtuhnya SVB

Sri Mulyani Ingatkan RI Perlu Waspada Dampak dari Runtuhnya SVB

Jakarta, Gatra.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewanti-wanti RI perlu waspada terhadap gejolak sektor keuangan di Amerika Serikat sebagai imbas dari ambruknya Silicon Valley Bank (SVB). Meskipun SVB disebut Sri Mulyani termasuk bank yang relatif kecil, namun dapat menimbulkan guncangan signifikan dari sisi kepercayaan deposan.

"Makanya kita juga perlu terus waspada, karena yang disebut transmisi dari persepsi dan psikologi itu bisa menimbulkan situasi yang cukup signifikan bagi sektor keuangan," ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTa di Kantor Kementerian Keuangan, Selasa (14/3).

Sri Mulyani mengatakan kasus ambruknya SVB perlu menjadi bahan pelajaran bagi sektor perbankan di Tanah Air. Ia membeberkan sejumlah analisa yang muncul menjadi penyebab keruntuhan SVB.

Seperti diketahui, SVB menjadi bank yang memberikan pendanaan terhadap berbagai perusahaan rintisan atau startup di AS telah mengalami kemunduran kinerja sejak tahun 2022 lalu. Hal itu, lanjut dia, menimbulkan penyaluran dana deposito meningkat signifikan sehingga kinerja kredit mengalami penurunan.

Di sisi lain, deposito yang meningkat secara tinggi dibelikan SBN (surat berharga negara) AS yang jangkanya panjang. Namun, SBN di AS juga mengalami koreksi nilai karena suku bunga The Fed yang naik.

"Situasi ini kemudian SVB dari sisi balance sheet mengalami penurunan dan timbul rumor terjadi bangkrut. Ini adalah situasi yang bisa berkembang hanya dalam waktu 1x24 jam," jelas Sri Mulyani.

Meski demikian, Sri Mulyani mengatakan kasus runtuhnya SVB tidak akan menimbulkan dampak lebih besar dibandingkan kasus kebangkrutan Lehman Brothers tahun 2008. Ia pun meyakinkan bahwa kondisi Indonesia dalam situasi saat ini masih cukup baik, hal itu didasari pada pergerakan nilai tukar dan capital flow ke emerging market.

"Di mana Indonesia melihat arus modal masuk ke Indonesia. Domestik demand kita cukup tinggi, yaitu consumption dan investasi," imbuhnya.

102