Home Kesehatan Siap-siap Transisi ke Endemi, Kemenkes Tegaskan Indonesia Masih Tunggu Aba-aba WHO

Siap-siap Transisi ke Endemi, Kemenkes Tegaskan Indonesia Masih Tunggu Aba-aba WHO

Jakarta, Gatra.com - Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Kementerian RI (Kemenkes), Maxi Rein Rondonuwu menyebutkan bahwa penurunan status pandemi Covid-19 masih menunggu instruksi World Health Organization (WHO).

Meski belum secara resmi menurunkan status pandemi, Maxi menilai indikator-indikator di Indonesia memang sudah lebih rendah dan lebih baik dari sebelumnya. Kemenkes juga selalu melakukan pengawasan, terutama soal antibodi dan imunitas.

"Kita harus taat pada WHO untuk mencabut, publik internasional concern itu adalah WHO. Tapi, kita sebagai salah satu negara yang terus melakukan evaluasi terhadap pengendalian Covid-19, kita melihat beberapa indikator penting. Ternyata kita sudah bisa kembali dilihat dari pengamatan angka-angka positifnya, yang dirawat di rumah sakit, di enam bulan terakhir ini sudah sangat rendah," katanya di Jakarta, Jumat (17/3).

Sampai saat ini, lanjut Maxi, vaksin untuk anak di bawah enam tahun masih terus dikoordinasikan karena hanya Pfizer yang tersedia. Kemenkes juga terus melakukan pengawasan, indikator-indikator yang ada juga terus dievaluasi.

"Sekali lagi, surveillance itu penting. Kita tetap melakukan surveillance yang ketat di pintu masuk. Pertama, kalau di satu negara ada tinggi (angka kasus Covid-19), masuk kita benar-benar waspada. Itu surveillance dilakukan. Kemudian ya, tracing dan testing itu masih dilakukan. Kemudian, kita mempersiapkan terus fasilitas rumah sakit, cadangan obat-obat tetap selalu kita siapkan," jelasnya.

Penggunaan masker di transportasi umum juga diharapkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Terutama, di tempat yang padat, seperti pesawat dan bis. Ia berharap, masyarakat yang sakit bisa sadar diri dan selalu menggunakan masker.

"Kemudian, dari sisi pencegahan, kita lakukan vaksinasi. Itu terus, terutama dosis tiga, booster 1 yang cakupannya itu yang belum mencapai 40% dan dosis dua khususnya bagi yang high risk penyakit kesehatan lansia. Dan, konsultasi terus dengan WHO," tutur Maxi lagi.

138