Home Internasional Ada Pergeseran Kekuatan Poros Dunia, Indonesia Harus Waspada

Ada Pergeseran Kekuatan Poros Dunia, Indonesia Harus Waspada

Jakarta, Gatra.com - Indonesia kembali diingatkan untuk berhati-hati dengan adanya pergeseran poros kekuatan dunia. Managing Director of Paramadina Public Policy Institute Ahmad Khoirul Umam menyebut, sejarah mencatat kalau Indonesia sempat merasa nyaman dengan kebangkitan kekuatan China, kontrasnya sangat terasa jika dibandingkan dengan kasus Amerika Serikat.

Contoh paling nyata adalah konflik di Laut Natuna Utara yang dahulunya lebih dikenal dengan Laut China Selatan. Beberapa waktu lalu, Indonesia dan beberapa negara tetangga dikejutkan oleh Pemerintah China yang melakukan manuver mengatasnamakan coastal guard atau penjaga perbatasan laut.

"Itu bagian dari unjuk kekuatan karena kalau misalkan coastal guard, area permainannya bukan di situ. Kemudian, melakukan operasi di wilayah terluar itu adalah wilayah elemen kekuatan dari angkatan laut," tutur Umam setelah menghadiri acara diskusi Disertasi dari Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto di Universitas Paramadina, Jakarta, Selasa (21/3).

Umam pun menganggap wajar jika Pemerintah Indonesia mempertanyakan alasan coastal guard China yang berani bermain-main di area Laut Natuna Utara. Ia pun mengutip pernyataan Profesor Mark Beeson dari Murdoch University.

"Jadi, Tiongkok itu memang pinter. Di satu sisi dia menggunakan diplomasi yang disebut charming offensive strategy. Dia sifatnya ofensif, tapi orang tidak ada yang merasa terancam karena misalnya dia pakai diplomasi ekonomi," ucap Umam setelah menghadiri diskusi yang berbicara seputar pemikiran Soekarno dan dampaknya pada politik internasional & pertahanan negara.

Menanggapi kebangkitan kekuatan China, Umam menilai, masyarakat masih merasa nyaman dan aman. Hal ini sangat berbeda dengan kemunculan Amerika yang membuat orang-orang takut, terutama dengan ancaman bom dan perang.

Masih mengutip dari Mark Beeson, kemunculan charming offensive strategy harus diantisipasi. Pasalnya, ini satu paket dengan alarming offensive strategy. Dan, pada Indonesia, hal ini terjadi dan buktinya jelas.

"Dulu, kita tidak pernah ada dispute Laut China Selatan, tapi tiba-tiba dalam rentang satu dekade terakhir, ada manuver-manuver kekuatan Tiongkok apapun namanya coastal guard, nelayan, tapi dulu itu tidak ada. Dan, itu bagian dari apa yang disebut profesor Mark Beeson sebagai alarming offensive strategy," tutur Umam lagi.

Langkah antisipasi bukan berarti menghentikan total hubungan kerja sama antar kedua negara. Umam mengatakan, komunikasi dan komunikasi harus tetap dijalankan pada koridor yang konstruktif. Artinya, jangan sampai kepentingan nasional menjadi terbagi dan ada elemen yang dikorbankan.

144