Home Internasional Putin: Rusia akan Bereaksi jika Inggris Pasok Amunisi Uranium ke Kyiv

Putin: Rusia akan Bereaksi jika Inggris Pasok Amunisi Uranium ke Kyiv

Moskow, Gatra.com - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow akan terpaksa bereaksi, jika Inggris memberikan pasokan perlatan militer, termasuk amunisi penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium, kepada Ukraina.

"Inggris... mengumumkan tidak hanya pasokan tank ke Ukraina, tetapi juga selongsong peluru uranium. Jika ini terjadi, Rusia akan terpaksa bereaksi," kata Putin kepada wartawan setelah pembicaraan di Kremlin dengan timpalannya dari China Xi Jinping, dikutip AFP, Rabu (22/3).

Putin menanggapi tanggapan tertulis dari menteri pertahanan Inggris, Annabel Goldie, yang ditanya apakah salah satu amunisi yang saat ini dipasok ke Ukraina mengandung depleted uranium.

Dia menjawab pada hari Senin bahwa bersamaan dengan pemberian satu skuadron tank tempur utama Challenger 2 ke Ukraina, juga akan menyediakan amunisi termasuk peluru penembus lapis baja yang mengandung depleted uranium. 

“Amunisi seperti itu sangat efektif dalam mengalahkan tank modern dan kendaraan lapis baja,” katanya.

Baca Juga: Gara-gara Ukraina, Inggris Kehabisan Senjata, Parlemen Waswas

Depleted uranium adalah produk sampingan dari proses pengayaan nuklir yang digunakan untuk membuat bahan bakar nuklir atau senjata nuklir. Ini sekitar 60% radioaktif seperti uranium alami. 

Beratnya cocok digunakan dalam penusuk lapis baja, karena membantu dengan mudah menembus baja. 

Namun Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggambarkannya sebagai "logam berat yang beracun secara kimiawi dan radiologis."

Organisasi anti-nuklir CND mengutuk keputusan untuk mengirim amunisi, dan menyebutnya sebagai bencana lingkungan dan kesehatan tambahan bagi mereka yang hidup melalui konflik tersebut,  karena debu beracun atau radioaktif dapat dilepaskan saat terkena dampak. 

"CND telah berulang kali meminta pemerintah Inggris untuk segera melakukan moratorium penggunaan senjata depleted uranium, dan untuk mendanai studi jangka panjang mengenai dampak kesehatan dan lingkungannya," kata sekretaris jenderal CND, Kate Hudson.

Baca Juga: Depot Amunisi Meledak di Krimea Utara

Amunisi tersebut digunakan dalam konflik di bekas Yugoslavia dan Irak, dan dicurigai sebagai kemungkinan penyebab "sindrom Perang Teluk", kumpulan gejala yang melemahkan yang diderita oleh para veteran perang tahun 1990-91.

Para peneliti dari University of Portsmouth di Inggris menguji para penderita dengan memeriksa tingkat sisa uranium yang terkuras dalam tubuh mereka, dan menyebut penelitian mereka pada tahun 2021. "Secara meyakinkan membuktikan bahwa tidak ada dari mereka yang terpapar uranium yang terkuras dalam jumlah yang signifikan,” ungkap penelitian tersebut.

178