Home Olahraga Tampil di Piala Dunia Angan Belaka, Pengamat Nilai Jaman Soekarno dan Sekarang Berbeda

Tampil di Piala Dunia Angan Belaka, Pengamat Nilai Jaman Soekarno dan Sekarang Berbeda

Jakarta, Gatra.com - FIFA telah resmi mencoret Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Pengamat Sepak Bola nasional Sigit Nugroho mengatakan, kegagalan tersebut sangat berdampak secara psikologis bagi mental para pemain karena pupusnya mimpi mereka tampil di pentas dunia.

Menurut Sigit, keputusan FIFA mencoret Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia setelah pertemuan Ketua Umum PSSI Erick Thohir dengan Presiden FIFA Infantino di Zurich. Pertemuan ini dilakukan buntut munculnya penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo terhadap keikutsertaan Tim Nasional Israel.

Anehnya, beberapa nama tersebut yang awalnya santer menolak timnas Israel belakangan ini menyatakan menyesali atas keputusan FIFA membatalkan laga sepak bola sejagat itu. Meski demikian, impian skuad Garuda muda Indonesia tampil di Piala Dunia kini hanyalah tinggal mimpi.

“Tentu seperti halnya mayoritas masyarakat sepak bola Indonesia saya kecewa, terlebih penolakan politisi ini seperti di setting, sebab dekat dengan tahun politik," kata Sigit Nugroho kepada wartawan dalam keterangannya, Minggu (2/4).

"Jika alasannya mengikuti jejak bung Karno, tentu situasinya berbeda, memang spirit membela negara terjajah tetap dan tidak berubah, tapi tekanan dan bentuk perjuangannya bisa berbeda,” tambahnya

Dikatakan Sigit, para pemain Timnas U-20 merasa terpukul, kecewa dan bahkan marah dengan keadaan yang dialaminya. Diantaranya Hokky Caraka dan Arkhan Fikri. Mereka mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan pembatalan Indonesia sebagai host Piala Dunia U-20 melalui media sosialnya masing-masing.

“Menurut saya wajar jika mereka bereaksi demikian, semoga tidak sampai terpukul. Jika memang berkualitas lolos kualifikasi Piala Dunia senior pun mungkin. Percaya diri lebih baik, bukan kah Hokky Caraka dan kawan (pemain timnas) pernah bermain ketat saat bertemu Uzbekistan dan Irak yang notabene finalis Piala Asia U-20?" ujarnya.

Lanjut Sigit, kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ini harus dijadikan pelajaran di masa yang akan datang demi perubahan dan kemajuan sepak bola.

Sebab, Sigit menilai gagalnya Indonesia tampil di Piala Dunia U-20 sebagai tuan rumah tidak boleh mengubur harapan Indonesia untuk mencoba tampil kembali di kancah internasional.

“Jika betul Indonesia ingin berbenah toh masih ada jalur ikut Piala Dunia di tingkat kelompok umur maupun senior sekalipun. Memang jalur tuan rumah lebih jelas, tapi siapapun paham itu bukan dilandasi oleh kualitas tim. Masih ada jalur kualifikasi,” ucapnya.

Dijelaskan Sigit, sikap tegas Presiden Soekarno menolak Timnas Indonesia bertanding melawan Israel sebab ada 14 negara Arab yang akan marah, dan Indonesia saat itu sedang butuh dukungan mereka (negara Arab) di PBB terkait kembalinya Irian Barat ke pangkuan Ibu Pertiwi.

“Kini tekanan itu tidak ada, bahkan petinggi Palestina pun berharap Indonesia tetap jadi tuan rumah Piala Dunia, event ini jadi momentum bagus untuk menyuarakan pesan moral pada dunia. Misalnya membawa bendera Palestina di setiap Israel berlaga, juga menyampaikan standar ganda FIFA yang dikemas seolah spontan, sporter kita jago untuk soal ini,” jelasnya.

Kegagalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 ini tidak boleh menjadi alasan terpuruknya sepak bola Indonesia. Sigit yakin Erick Thohir dan jajarannya di PSSI akan mengambil langkah cepat agar sepak bola Indonesia tetap berjalan dan lebih baik dari tahun kemarin.

“Pak Erick Thohir baru saja memimpin PSSI beri beliau waktu. Setahu saya Pak Erick dan Ratu Tisha, saya kenal sebagai tokoh yang bekerja dengan timeline jelas, mereka pasti paham mana yang masuk skala prioritas, termasuk membenahi kompetisi perlahan untuk mengasah talenta bola Indonesia, selain dimatangkan di liga domestik tak ada salahnya para talenta itu mencoba karir di banyak negara,” pungkasnya.

112