Home Ekonomi Kenaikan Harga Beras, Penyebab Tingginya Inflasi di NTB

Kenaikan Harga Beras, Penyebab Tingginya Inflasi di NTB

Lombok Barat, Gatra.com - Provinsi NTB dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia tingkat pertumbuhan ekonomi termasuk yang paling tinggi di Indonesia. “Padahal kita ada gempa, Covid dan lain sebagainya, namun NTB denga segala tantangan-tantangan dan goncangan kita mampu memperoleh pertumbuhan ekonomi salah satu yang tertinggi di Indonesia,” ujar Gubernur NTB H Zulkieflimansyah di Lombok Barat, Senin (10/4).

 

Meski demikian, Bang Zul sapaan akrab Gubernur NTB ini mengakui pertumbuhan ekonomi tersebut tidak begitu dirasakan. Namun saying NTB juga salah satu daerah dengan tingkat inflasi paling tinggi. Hal ini bisa dilihat dengan terjadi kenaikan harga-harga secara umum yang terjadi dan dirasakan masyarakat.

Bang Zul menyebut, salah satu penyebab inflasi paling tinggi itu adalah kenaikan harga beras. Masyarakat NTB merasakan harga beras termasuk yang paling tinggi. Harga beras ini tinggi dimana sebelumnya petani dan pedagang di NTB protes karena harga gabah itu rendah.

“Banyak petani pedagang kita protes karena harga beras itu rendah yang bisa merugikan petani dan pedagang kita. Nah sekarang kebetulan harga beras di Jawa itu tinggi, jadi berapapun suplay beras dari NTB terserap di Pulau Jawa dan harganya tinggi. Jadi mau nggak mau logikanya banyak pedagang kita lebih memilih untuk menjual gabah dan berasnya di Jawa. Sayangnya hal ini berakibat persediaan beras di NTB menjadi sedikit,” terang Gubernur.

Bang Zul menambahkan, melihat fenomena seperti itu hukum ekonomi mengatakan, jika tersedia barang lebih sedikit dipastikan harganya lebih tinggi. Karena itu Gubernur mengambil inisiatif untuk bekerjasama dengan Kabupaten/kota se NTB dengan menggelar Bazar bersama. Hal ini dimaksudkan untuk bisa mengurangi beban masyarakat di bulan Ramadhan terutama ibu-ibu.

“Dengan adanya Bazar apalagi bisa dilakukan di setiap Kecamatan kita harapkan masyarakat mampu membeli komoditas petani kita dengan harga yang lebih kompetitif untuk mengendalikan inflasi kita,” tutupnya.

221