Home Nasional Pelabuhan Merak Masih 'Horor', Ketua YLKI Bingung Tiket Masih Dijual Offline

Pelabuhan Merak Masih 'Horor', Ketua YLKI Bingung Tiket Masih Dijual Offline

Jakarta, Gatra.com - Menjelang arus mudik tahun 2023, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi menggarisbawahi kejanggalan mekanisme pembelian tiket di Pelabuhan Merak. Problematika tahun lalu dinilai masih berpotensi terjadi jika pihak manajemen tidak segera bertindak.

Tulus mempertanyakan sistem penjualan tiket yang seharusnya sudah sepenuhnya online justru masih ditemukan pelayanan tiket yang bersifat offline. Hal tersebut disimpulkannya setelah mengecek kondisi lapangan di Pelabuhan Merak beberapa waktu yang lalu.

"Saat ini sudah ada tiket Ferizy, pembelian lewat online. Tapi, kenapa sekitar pelabuhan masih banyak loket-loket penjualan secara offline. Bahkan, masih ada calo," ucap Tulus dalam diskusi daring "Nanti Kita Cerita Tentang Mudik Hari Ini" di Jakarta pada Sabtu (15/4).

Tulus menceritakan, tahun lalu terjadi kemacetan parah di Pelabuhan Merak karena pemudik yang berada di jalur tol berdesakan membeli tiket secara offline. Akibatnya, kemacetan di jalan terjadi sampai berjam-jam di sekitar kawasan Pelabuhan Merak.

Antisipasi kepadatan di Pelabuhan Merak dikabarkan juga akan disiasati dengan menyiapkan Pelabuhan Ciwandan sebagai tambahan. Menurut Tulus, pemudik yang berkendara dengan motor akan diarahkan melalui pelabuhan ini dan mendapat kapal-kapal khusus, terpisah dengan mobil.

Dalam acara diskusi, Tulus juga memberikan perhatian kepada pemudik motor. Meski tak sepenuhnya mendukung para pemudik menggunakan motor, ia berharap pemudik yang menggunakan moda roda dua ini agar lebih berhati-hati dan tidak memaksakan diri saat di perjalanan.

"Pemerintah Pusat atau Daerah agar bisa memfasilitasi pemudik sepeda motor untuk menjadi pemudik gratis," kata Tulus.

Berdasarkan hasil rapat yang digelar YLKI dengan Kementerian Perhubungan, disimpulkan bis-bis mudik gratis masih banyak yang kosong. Tahun lalu tercatat tersisa 40 armada yang akhirnya kosong. Namun, kondisi infrastruktur saat ini juga dikatakan menjadi alasan para pemudik masih menggunakan motor.

"Persoalan di kampung halaman, tidak ada angkutan umum. Mereka [pemudik] kan butuh mobilitas silaturahmi, wisata, dan segala macam," ujar Tulus.

74