Home Gaya Hidup Matahari-Bumi-Bulan Sejajar Tak Sempurna, Hari ini Gerhana Penumbra, Shalat Khusuf Yuk, Begini Caranya

Matahari-Bumi-Bulan Sejajar Tak Sempurna, Hari ini Gerhana Penumbra, Shalat Khusuf Yuk, Begini Caranya

Jakarta, Gatra.com- Bangunan Matahari-Bumi-Bulan yang berbaris tak sempurna membentuk gerhana penumbra. Di Indonesia, gerhana Bulan penumbra dimulai Jumat, 5 Mei, pukul 22:14:11 WIB. Gerhana maksimum (puncak gerhana) terjadi pada Sabtu, 6 Mei, 00:22:59 WIB. Gerhana berakhir 02:31:45 WIB.

Data tersebut mengutip peristiwa gerhana di Jakarta.Jika gerhana Matahari terjadi pada saat bulan baru, gerhana bulan terjadi saat full moon atau bulan purnama. Gerhana bulan penumbra terjadi pada 15 Syawal 1444 H. Jika menghitung mundur ke belakang, maka 1 Syawal jatuh pada Kamis, 20 April malam, dan Jumat, 21 April siang.

Durasi dari 20 April hingga 5 Mei, tepat 15 hari atau saat fase bulan purnama yang merupakan syarat terjadinya gerhana bulan. Sekali lagi, ini merupakan bukti astronomis tak terbantahkan bahwa 1 Syawal jatuh pada 21 April 2023.

Apa itu Gerhana Bulan Penumbra

Gerhana bulan penumbra terjadi ketika Bulan bergerak melalui bagian luar bayangan Bumi yang samar, penumbra. Gerhana jenis ini tidak sedramatis jenis gerhana bulan lainnya dan sering dianggap sebagai Bulan Purnama biasa .

Bulan bersinar karena permukaannya memantulkan sinar matahari. Gerhana bulan terjadi ketika Bumi berada di antara Matahari dan Bulan dan menghalangi sebagian atau seluruh cahaya Matahari untuk mencapai Bulan.Gerhana bulan penumbra terjadi ketika Matahari, Bumi, dan Bulan sejajar tidak sempurna.

Ketika ini terjadi, Bumi menghalangi sebagian cahaya Matahari untuk langsung mencapai permukaan Bulan dan menutupi seluruh atau sebagian Bulan dengan bagian luar bayangannya, yang juga dikenal sebagai penumbra. Penumbra lebih samar daripada inti gelap bayangan Bumi, umbra. Karena itu, gerhana bulan penumbra seringkali sulit dibedakan dari Bulan Purnama biasa.

Gerhana bulan penumbra bisa sebagian atau penuh. Selama gerhana penumbra parsial, hanya sebagian dari penumbra Bumi yang menutupi permukaan Bulan. Gerhana semacam ini hampir mustahil untuk dilihat.

Sebaliknya, selama gerhana bulan penumbra penuh, penumbra Bumi menutupi seluruh permukaan Bulan. Pengamat yang sangat tajam melihat Bulan menjadi lebih gelap selama gerhana maksimum.

Dua syarat utama terjadinya Gerhana Bulan Penumbra yaitu Bulan harus dalam fase Bulan Purnama. Matahari, Bumi, dan Bulan harus hampir sejajar, tetapi tidak sempurna seperti saat gerhana Bulan total.

Gerhana hanya Saat Terjadi Simpul Bulan

Alasan mengapa kita tidak melihat gerhana bulan setiap malam Bulan Purnama berkaitan dengan kemiringan jalur orbit Bulan. Bidang orbit Bulan mengelilingi Bumi condong pada sudut 5° terhadap bidang orbit Bumi mengelilingi Matahari, ekliptika.

Titik pertemuan dua bidang orbit disebut simpul bulan. Gerhana bulan hanya dapat terjadi ketika Bulan Purnama terjadi di dekat sebuah simpul.

Tidak seperti gerhana matahari , yang hanya dapat dilihat di sepanjang jalur sempit dari sebagian kecil Bumi, gerhana Bulan dapat diamati di seluruh sisi malam Bumi saat gerhana terjadi.

Sekitar satu dari tiga dari semua gerhana bulan adalah penumbra. Tidak mungkin mengamati awal dan akhir gerhana bulan penumbra, bahkan dengan teleskop sekalipun. Namun, gerhana penumbra yang melibatkan bagian gelap bayangan penumbra Bumi biasanya terlihat dengan mata telanjang.

Shalat Khusuf Yuk!

Saat terjadi gerhana umat Islam disunahkan untuk shalat gerhana (shalat Khusuf). Hukumnya sunah muakkad yaitu amalan sunnah yang dilakukan untuk menyempurnakan suatu ibadah wajib dan dianjurkan dilakukan sebab tingkatannya hampir mendekati ibadah wajib.

Waktu pelaksanaan saat terjadi gerhana. Yaitu, begitu terjadi gerhana diberikan aba-aba, "Assholata Jami’ah”. Jumlah rokaat shalat gerhana adalah dua, dengan empat Al Fatihah dan empat bacaan surat. Juga empat ruku'.

Untuk memudahkan dalam memahami, tatacara pelaksanaan shalat gerhana akan dijelaskan dalam bentuk urutan sebagai berikut:

1. Niat. Cukup menyengaja dalam hati, tidak harus dilafalkan.
2. Takbiratul ihram.
3. Membaca doa iftitah. Doa iftitah yang dibaca bebas, bisa memilih yang pendek, pertengahan maupun yang panjang asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih. Doa iftitah dibaca pelan.
4. Membaca Ta’awudz. Ta’awudz juga dibaca dengan pelan.
5. Membaca surat Al-Fatihah. Surat Al-Fatihah dibaca dengan keras.
6. Membaca surat. Jika mampu membaca surat Al-Baqoroh atau surat lain yang panjangnya kira-kira sama. Jika tidak mampu surat Al-Baqoroh, maka bebas memilih surat yang lain, baik yang panjang maupun yang pendek.
7. Ruku’. Ruku’ dilakukan dengan lama, kira-kira selama orang membaca 100 ayat. Bacaan Tasbih saat Rukuk bebas asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih
8. I’tidal. Pada saat ini, bacaan Tasmi’ (dilafalkan).
9. Membaca Al-Fatihah kedua. Selesai membaca Tasmi’ tangan disedekapkan lagi lalu membaca Al-Fatihah untuk yang kedua kali. Inilah yang membedakan dengan Shalat-Shalat biasa. Jika pada Shalat biasa setelah I’tidal langsung Sujud, maka pada Shalat gerhana setelah I’tidal berdiri lagi untuk membaca.
10. Membaca surat. Jika mampu membaca surat Ali Imran atau surat lain yang panjangnya kira-kira sama. Jika tidak mampu surat Ali Imran, maka bebas memilih surat yang lain baik yang panjang maupun yang pendek.
11. Ruku’. Ruku’ dilakukan dengan lama, tetapi lebih pendek sedikit daripada Rukuk yang pertama. Bacaan Tasbih saat Rukuk bebas asalkan didasarkan pada riwayat yang shahih.
12. I’tidal. Pada saat ini, bacaan Tasmi’ (Dilafalkan).
13. Sujud. Setelah I’tidal dan membaca Tasmi’ , Sujud langsung dilakukan. Sujud juga diusahakan lama. Sujud dilakukan dua kali yang disela-selai duduk diantara dua Sujud sebagaimana Shalat biasa

Berdiri dari Sujud untuk melakukan Rokaat yang kedua. Pada Rokaat yang kedua ini yang dilakukan sama persis dengan Rokaat yang pertama, hanya saja durasi waktunya lebih pendek. Al-Fatihah dan surat dibaca, lalu Rukuk, lalu I’tidal lalu membaca lagi Al-Fatihah dan surat lalu Rukuk lalu I’tidal. Sebagaimana dalam Rokaat pertama dilakukan dua kali berdiri dan dua kali Rukuk, maka pada Rokaat yang kedua ini juga dilakukan dua kali berdiri dan dua kali Rukuk.

14. Sujud. Setelah I’tidal, maka gerakan dilanjutkan dengan Sujud dua kali yang disela-selai duduk diantara dua Sujud. Sujud pada Rokaat yang kedua ini juga lama, tetapi lebih pendek daripada Sujud pada Rokaat pertama.
15. Salam

841