Home Kesehatan Segera Deteksi Dini Guna Menghindari Resiko Penyakit Thalasemia

Segera Deteksi Dini Guna Menghindari Resiko Penyakit Thalasemia

Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu mengajak masyarakat Indonesia untuk deteksi dini penyakit Thalasemia. Pemeriksaan ini dapat dilakukan cukup satu kali seumur hidup.

Maxi menjelaskan, penyakit kelainan darah ini sifatnya genetik. Artinya, penyebaran terbesar adalah diturunkan dari orang tua ke anak dan keturunan selanjutnya.

"Beban pembiayaan perawatan Thalasemia merupakan nomor lima terbesar untuk urutan penyakit katastropik menurut data dari BPJS Kesehatan," ucap Maxi Rein Rondonuwu dalam diskusi daring, Jumat(5/5).

Dirjen P2P Kemenkes ini mengatakan Thalasemia sampai saat ini belum bisa disembuhkan, tapi bisa dicegah. Salah satu cara paling ampuh adalah menghindari pernikahan antar sesama pembawa sifat Thalasemia.

Baca Juga: Bukan Penyakit Menular, Ini Cara Cegah Penyakit Keturunan Talasemia

"Data menunjukkan, data global 7 sampai 8 persen penduduk global merupakan pembawa sifat Thalasemia," lanjut Maxi.

Indonesia yang terletak di sabuk penyebaran Thalasemia mencatat sebanyak 3 sampai 10 persen dari seluruh populasi di tanah air merupakan pembawa sifat Thalasemia Beta. Sementara, 2,6 sampai 11 persen merupakan pembawa sifat Thalasemia Alpha.

"Dan, diestimasi sekitar 2.500 bayi lahir dengan Thalasemia Beta Mayor setiap tahun di Indonesia," ucap Maxi.

Perawatan Thalasemia di Indonesia masih mengalami berbagai kendala. Untuk perawatan suportif untuk Thalasemia, seperti transfusi darah dan terapi kelasi besi sudah tersedia. 

Maxi mengatakan, sistem pencegahan di beberapa kota masih kurang baik untuk menghindari resiko infeksi melalui pasien, dan perlu transfusi darah yang harus dilakukan secara rutin.

Baca Juga: Anak yang Menderita Thalesemia, Normal dan Bukan Difabel

"Selain itu, ketidakpatuhan pasien. Ini juga salah satu tantangan terhadap terapi kelasi besi dan mempertahankan kadar HB," ucap Dirjen P2P.

Maxi mengatakan, sampai saat ini masih terjadi diskriminasi terhadap pasien Thalasemia. Hal ini disebabkan, pada penyandang thalasemia, bisa terjadi perubahan fisik. Sehingga, selain beban ekonomi dan fisik, penyakit thalasemia juga berpengaruh secara psikososial kepada penyandangnya.

84