Home Ekonomi Menakar Manfaat Tersus LNG bagi Bali

Menakar Manfaat Tersus LNG bagi Bali

Jakarta, Gatra.com – Penggunaan energi bersih di Bali banyak manfaatnya. Selain berdampak positif terhadap lingkungan, juga mendukung pariwisata Pulau Dewata yang merupakan salah satu destinasti kelas dunia andalan Indonesia.

Pengamat Energi dari Center For Energy Policy, M. Kholied Syeirazi, dalam keterangan tertulis diterima pada akhir pekan ini, menyampaikan, penggunaan energi bersih sejalan dengan tren global yang mengarah pada eco tourisme.

Menurutnya, penggunaan energi bersih yang dilakukan PLN untuk memasok listrik juga dapat menjadi kampanye sektor pariwisata agar turus mancanegara kian tertarik datang ke Pulau Dewata.

Ia mengungkapkan, penggunaan energi bersih atau transisi ke energi baru terbarukan nanramah lingkungan ini sudah menjadi tren kampanye di berbagai negara maju. Keberadaan PLTG di Pesanggaran, Bali, dapat mendukung Pulau Dewata mewujudkan penggunaan energi ramah lingkungan.

Selain berdampak pada lingkungan dan sektor pariwisata, penggunaan energi bersih tersebut juga menjadikan Indonesia, khususnya Bali untuk mendapatkan insentif karena dapat mengurangi karbon.

Peralihan atau transisi ke energi bersih atau baru terbarukan ini memerlukan proses dan waktu. “Namun yang jelas, energi bersih akan memberikan manfaat secara luas bagi pariwata dan masyarakat Bali,” katanya.

Pemerintah pusat dan Pemprov Bali telah sepakat soal penggunaan energi bersih. Hanya saja, implementasinya kadang terjadi hambatan, seperti pembangunan terminal khusus (Tersus) LNG di Denpasar untuk menyuplai pembangkit listrik di Pesanggaran.

Terkait itu, PLN belum mengambil keputusan atas sejumlah proposal yang diajukan oleh PT Dewata Energi Bersih (PT DEB) ataupun dari Pelindo. Pelindo telah mengelola terminal di pelabuhan.

Hanya saja, pembangunan tersus LNG di Pelabuhan Benoa dinilai tidak memberikan imbas secara langsung kepada masyarakat sekitarnya dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali.

Bukan hanya itu, Pelanuhan Benoa tidak layak sebagai lokasi Tersus LNG karena sudah terlalu sibuk sehingga Carrier LNG tidak bisa langsung masuk dan sulit bermanuver karena sempit. Kemudian, jika dilakukan pengerukan sangat berbahaya, karena Benoa merupakan benteng alam Bali untuk menghindari terjadinya tsunami.

Begitupun dengan masukan agar Terus LNG dibangun di lepas pantai, atau sekitar 4 kilometer dari bibir pantai yang diusulkan Menkomarves Luhut Binsar Pandjaitan juga masih dibahas dari berbagai aspek, di antaranya keselamatan pelayaran, maupun kajian lingkungan, dan keamanan.

Adapun PT DEB mengusulkan agar lokasi Tersus LNG berada 500 meter dari bibir pantai. Ini dinilai paling ideal lantaran tidak mengganggu lingkungan serta terintegrasi dengan penataan kawasan.

DEB menyampaikan Terus LNG di lokasi tersebut akan memberikan nilai tambah bagi Pemrpov Bali dan masyarakat sekitar. Gubernur Bali, Wayan Koster, pun dikabarkan mendukung kerja sama PT DEB dengan PT PLN Gas dan Geothermal.

Kerja sama badan usaha lokal tersebut membuat daerah mendapat keuntungan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor energi. Perusahaan juga melibatkan masyarakat dalam penataan kawasan pantai, untuk menarik para wisatawan.

Material dari pengerukan akan digunakan untuk menata kawasan pantai yang akan dikelola bersama. Hal ini sesuai dengan arahan gubernur yang menekankan pembangunan tersus LNG harus bersifat kawasan, di dalamnya ada skema pengembangan, perekonomian yang memberikan manfaat untuk desa yang ada di sekitarnya, seperti Sidakarya, Serangan, Sesetan, dan Intaran.

I Ketut Loka, salah satu tokoh Desa Adat Sidakarya, menyampaikan, bukan hanya pembangunan Tersus, tetapi juga penataan pantai sebagaimana diharapan warga. “Kawasan pantai yang ada ditata, untuk menarik wisawatan,” katanya.

Soal konsep penataan kawasan, pakar maritim, Dr. Ketut Sudiarta, menyampaikan bahwa pembangunan Tersus LNG di Sidakarya itu terintegrasi dengan melakukan penataan kawasan pesisir Intaran, Serangan, dan Sidakarya.

Menurutnya, penataan kawasan tersebut manfaatnya sangat besar. Sebab, material hasil pengerukan bisa digunakan untuk menata kawasan tersebut. Bahkan, material tersebut juga bisa digunakan untuk membantu penataan kawasan banjir di Kota Denpasar.

Karena itu sebagai ahli manjemen sumber daya perairan, ia menyampaikan bahwa pembangunan tersus LNG Sidakarya tidak boleh berdiri sendiri tanpa menata kawasan sekitarnya. Termasuk merevitalisasi pelabuhan Serangan, untuk perluasan lahan pelabuhan. Sekaligus digunakan untuk menata water front city-nya, sehingga pembangunan terintegrasi.

Dosen dari Universitas Warmadewa, Denpasar, itu lebih lanjut menyampaikan, jika dikaitkan dengan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar, maka Kawasan Pantai Sidakarya dan Intaran adalah kawasan paling ideal untuk membangun terminal khusus LNG.

Menurutnya, lokasi tersebut bisa meminimalisir kerusakan lingkungan, sekaligus menata kawasan pantai agar lebih bernilai ekonomi, dan mempertahankan kelestarian budaya.

163