Home Hiburan “Somewhere, Elsewhere, Nowhere”, Pameran Survei Besar Duo Aquilizan

“Somewhere, Elsewhere, Nowhere”, Pameran Survei Besar Duo Aquilizan

Jakarta, Gatra.com - Museum MACAN menggelar pameran survei besar oleh Isabel dan Alfredo Aquilizan, berjudul ‘Somewhere, Elsewhere, Nowhere’. Pameran ini menampilkan instalasi berskala besar, patung, dan seni gambar yang telah dibuat selama lebih dari 20 tahun praktik kolaboratif dari pasangan perupa ini. Pameran berlangsung pada tanggal 24 Juni hingga 8 Oktober 2023.

Isabel dan Alfredo Aquilizan adalah suami istri dan juga rekanan artistik, yang telah memamerkan karyanya secara luas di sejumlah pameran besar dan biennial di seluruh dunia. Mereka dikenal lewat perspektif unik yang kerap kali berkisar pada lingkungan rumah dan keluarga. Karya mereka banyak menggabungkan material-material yang mudah ditemukan sehari-hari.

Baca Juga: Sepilihan Koleksi Museum MACAN, dari Raden Saleh hingga Walter Spies

Beberapa ragam material dalam karya Isabel dan Alfredo Aquilizan diantaranya adalah kardus, sandal jepit, sikat gigi, dan selimut. Bagi mereka, material-material ini merupakan medium sederhana yang dapat membangkitkan ide-ide mengenai identitas individu, sejarah, perjalanan, dan migrasi.

“Menarik melihat perilaku manusia melalui objek. Itu mungkin salah satu alasan mengapa kami sangat tertarik pada objek,” ucap Alfredo, Kamis (22/6).

Saat memasuki lokasi pameran, pengunjung akan langsung bertemu dengan karya “Presences and Absences". Karya ini merupakan karya yang dikembangkan untuk The 6 Havana Biennale di Kuba pada tahun 1997.

Karya “Presences and Absences" (Gatra/Eva Agriana Ali)
Karya “Presences and Absences" (Gatra/Eva Agriana Ali)

Presences and Absences berupa instalasi menyerupai jembatan yang melalui lautan sikat gigi. Sikat gigi yang ada di sana adalah sikat gigi yang dikumpulkan melalui skema open call. Ini adalah karya bertumbuh dan sikat gigi akan bertambah terus hingga pameran berakhir Oktober nanti.

Selanjutnya ada juga karya “Last Flight” berupa serangkaian patung yang terdiri dari sepasang sayap yang terbuat dari sandal jepit bekas pakai. Lalu, ada karya “In-Habit: Project Another Country (Here, There, Everywhere) berupa instalasi parabola raksasa yang terbuat dari kardus.

Karya tersebut merupakan karya interaktif, pengunjung bisa masuk ke dalamnya dan merasakan suasana lanskap perumahan padat yang menyebar dari pusat ke pinggir. Lanskap ini menggambarkan hirarki sejumlah wilayah, mulai daerah pedesaan hingga kawasan permukiman padat yang membentuk pusat metropolis.

Baca Juga: Menelusuri Pengalaman Personal Chiharu Shiota di Museum MACAN

Beberapa karya dalam pameran ‘Somewhere, Elsewhere, Nowhere’ ini juga dibuat dengan bantuan tangan para artisan. Sebagai contoh, pisau pada karya Belok Kiri Jalan Terus (Left Wing Project) (2017–2018) dibuat oleh pandai besi di Yogyakarta dan Filipina. Hal yang sama juga dilakukan pada kain piña di karya See/Through (Series 1) (2021), yang dibuat oleh perajin tenun asal Aklan dan perajin sulam asal Lumban di Filipina.

Kain piña adalah kain yang ditenun dari serat daun nanas. Nanas sendiri diperkenalkan oleh bangsa Spanyol selama masa pendudukannya di Filipina dan kemudian ditanam di seluruh penjuru Asia Tenggara dan Asia Pasifik. Material ini secara langsung berkaitan dengan penjajahan, perkebunan, dan perburuhan.

“Karena ‘Somewhere, Elsewhere, Nowhere’ adalah tentang keterlibatan, kami sangat ingin melihat makna dari setiap karya berkembang dan berlipat ganda seiring dengan perjalanan karya-karya tersebut ke berbagai tempat,” kata Isabel.

Isabel dan Alfredo Aquilizan (Gatra/Eva Agriana Ali)
Isabel dan Alfredo Aquilizan (Gatra/Eva Agriana Ali)

Di pameran ini Museum MACAN juga mengomisi sebuah karya baru dari Isabel dan Alfredo Aquilizan, yaitu sebuah sayap pesawat berukuran asli, yang terdiri 92 sangkar burung yang disusun layaknya puzzle. Karya yang berjudul Caged (2023) ini terinspirasi dari sebuah proyek residensi di Yogyakarta di mana kedua seniman ini membaur dengan masyarakat lokal, termasuk dengan para artisan.

Direktur Museum MACAN, Aaron Seeto, mengatakan bahwa Indonesia secara khusus memiliki peranan yang penting bagi Isabel dan Alfredo Aquilizan. Mereka telah membangun relasi yang kuat dengan beragam perupa dan skena artistik di Yogyakarta selama bertahun-tahun.

“Kami berharap pameran ini bisa membawa orang-orang untuk merefleksikan kembali kisah pribadi mereka, mungkin tentang transmigrasi, ataupun tentang perjalanan sehari-hari dan kisah-kisah kecil dari perjumpaan kita dengan orang lain,” kata Aaron.

361