Home Ekonomi Kementan Optimistis Agroeduwisata Artala dan Shmala Tingkatkan Ekonomi Cianjur

Kementan Optimistis Agroeduwisata Artala dan Shmala Tingkatkan Ekonomi Cianjur

Jakarta, Gatra.com – Kementerian Pertanian (Kementan) menyerahkan pengelolaan pengembangan Agroeduwisata Artala dan Shmala di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat (Jabar), kepada Kelompok Tani (Poktan).

Sekretaris Direktorat Jenderal (Sesditjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Hermanto, dalam keterangan pers menyampaikan, pihaknya menyerahkan kedua agroeduwisata tersebut pada Sabtu (15/7).

Agroeduwisata Artala terletak di Desa Sindangjaya, Cipanas, dan Agroeduwisata Shmala di Warung Kondang, Desa Tegalega, Kecamatan Warungkondang. Kedua agroeduwisata tersebut mulai dikembangan pertengahan 2022.

Kedua agroeduwisata diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk-produk pertanian dan kualitas sumber daya manusia (SDM) petani yang terampil dan mandiri, khususnya di bidang usaha pertanian dengan memanfaatkan berbagai potensi sumberdaya wisata pertanian di daerah tersebut.

Kawasan kedua agroeduwisata ini diyakini akan memberikan dampak positif karena mempunyai potensi jumlah kunjungan wisatawan sehingga mampu menggerakkan roda ekonomi di daerah sekitarnya dan memberikan edukasi terkait dunia pertanian kepada masyarakat luas.

Hermanto menjelaskan, konsep agroeduwisata ini hadir sebagai salah satu wujud optimalisasi pemanfaatan sumberdaya pertanian dalam upaya meningkatkan nilai tambah pertanian sehingga mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani.

"Agroeduwisata merupakan integrasi usaha pertanian [agro], ilmu pengetahuan, dan keterampilan [edutourism] dan rekreasi lingkungan pertanian [ekotourism] yang dikembangkan secara berkelanjutan,” ujarnya.

Menurut Hermanto, ketiga komponen tersebut juga dikelola secara terintegrasi dengan mengunakan pendekatan kawasan pertanian yang berbasis inovasi teknologi dan managemen yang profesional.

Agroeduwisata, lanjut Hermanto, pada dasarnya adalah industri agro yang dikelola dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, tidak hanya meningkatkan nilai ekonomi, tetapi juga memberikan nilai tambah lainnya, seperti rekreasi luar ruangan (ekowisata), nilai keindahan, estetika, nilai ilmu pengetahuan dan pendidikan, dan nilai-nilai sosial lainnya, dalam arti menggerakkan partisipasi masyarakat dan lembaga ekonomi (UKM dan koperasi).

Dengan demikian, agroeduwisata memiliki nilai ganda jika dikelola dengan baik. Oleh karena itu, sasaran pelaksanaan kegiatan pilot percontohan pengembangan agroeduwisata ini adalah optimalisasi pengelolaan sumberdaya pertanian di wilayah pengembangan, baik lahan maupun pelaku dengan memberi nilai tambah.

“Pembangunan agroeduwisata sebagai kawasan yang manfaatnya tidak hanya dari pengelolaan pertaniannya saja, namun menjadi lokasi wisata di kawasan tersebut,” kataya.

Adapun komponen bantuan yang diberikan Kementan, ujar dia, di antaranya pembangunan agroeduwisata dan fasilitasnya, serta penyediaan sarana produksi seperti benih atau bibit, pupuk, pestisida, media tanam, integrasi dengan komoditas hortikultura, perkebunan, dan peternakan.

Hermanto meyakinkan, agroeduwisata merupakan kawasan pengembangan komoditas pertanian bernilai ekonomi tinggi, bersifat tematik dengan mengedepankan pengembangan inovasi pertanian, yang juga difungsikan sebagai tempat pelatihan, pemagangan, kemitraan usaha, pusat diseminasi dan advokasi bisnis ke masyarakat luas.

“Sekaligus menjadi kawasan wisata yang aman, ramah pengunjung dan ramah lingkungan bagi wisatawan domestik maupun mancanegara,” ujarnya.

Kawasan agroeduwisata dapat menjaring kemitraan dengan berbagai instansi terkait, termasuk terwujudnya usaha-usaha pemula, baik onfarm maupun offarm.

"Ini dalam rangka pengembangan pertanian yang maju, mandiri, dan modern sehingga mampu menghasilkan produk pertanian yang berdaya saing,” katanya.

Bupati Cianjur, Herman Suherman, optimistis konsep inovasi agroeduwisata akan menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Tidak hanya wisatawan domestik, agroeduwisata di Cianjur bisa jadi magnet bagi turis mancanegara.

Bergulirnya program agroeduwisata ini berangkat dari keinginan para petani yang tergabung di kelompok tani (poktan) dan masyarakat sekitarnya. Artinya, Kementan memfasilitasi apa yang menjadi keinginan warga, khususnya para petani yang mengajukan usulan ke dinas pertanian setempat untuk mengembangkan lahan di kawasan mereka menjadi lebih baik.

Herman menyampaikan, Kabupaten Cianjur selama ini dikenal sebagai daerah agraris, sehingga ke depan konsep wisata itu akan tampil beda dengan menonjolkan sektor agronya.

“Saya ingin Kabupaten Cianjur yang menjadi daerah agraris di Jawa Barat bisa menjadi training center bagi para petani, terutama kalangan milenial. Jadi, tak hanya training center bagi petani milenial di Cianjur, tapi juga di Jawa Barat dan nasional,” ujarnya.

Program agroeduwisata di Cianjur ini dapat terlaksana berkat upaya dari kelompok tani. Kini, kawasan agroeduwisata tersebut dinaungi sejumlah yayasan.

Adapun Agroeduwisata Artala diserahkan kepada Yayasan Agro Muda Sejahtera dan Yayasan Jaya Agropolitan Nusantara. Sedangkan Agroeduwisata Shmala dikelola oleh Yayasan Agro Cianjur, Yayasan Lembah Giri Kencana, Yayasan Taruna Tani Pangrango, Kelompok Mitra Tani Parahiyangan, dan Kelompok Mitra Tani Parahiyangan.

Ketua Yayasan Agro Muda Sejahtera di Cipanas, Ridha Fuja Andina, mengatakan, kawasan di sini sejak dulu digunakan sebagai tempat pelatihan siswa sekolah terkait dunia pertanian.

“Dari situ kita ada ide menyediakan tempat eduwisata. Tujuannya tidak hanya menonjolkan wisata, tapi juga edukasi pertanian,” katanya.

Ia berharap, agar agroeduwisata yang dikembangkan di Cipanas ini dapat berkembang pesat. Apalagi, kehadiran agroeduwisata ini disambut antusiasme warga sekitar.

"Karena ini akan meningkatkan perekonomian warga dan petani. Sekarang hasil panen sayur tidak langsung dikirim ke Jakarta, tapi wisatawan dari Jakarta yang langsung datang ke lokasi. Harapannya mereka dapat langsung memetik sendiri,” ungkapnya.

Kawasan ini telah lama menjadi tempat atau lokasi pelatihan dan penelitian, mulai dari kunjungan pelajar SMK, perguruan tinggi, bahkan anak usia SD untuk mengenalkan dunia pertanian sejak dini.

“Sejak tahun 2002, kawasan ini sangat identik dengan produksi pertanian, khususnya sayur-sayuran. Ada 60 jenis sayuran yang biasa ditanam di kawasan ini. Biasanya daun bawang, brokoli, dan wortel,” katanya.

90