Home Makro Meski Inflasi Baik, Ini Tantangan Harus Diwaspadai

Meski Inflasi Baik, Ini Tantangan Harus Diwaspadai

Jakarta, Gatra.com–Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira Adhinegara meyakini ekonomi kuartal III 2023 nanti akan banyak tantangan yang mesti diwaspadai, terutama mengenai ketidakseimbangan antara pendapatan dan kebutuhan.

“Di kuartal III ini, ada kebutuhan yang terus meningkat, meskipun inflasi kita terbilang cukup baik dan terkendali bahkan agak sedikit menurun, tapi yang perlu diketahui di kuartal II adalah ini tidak ada momen musiman dimana masyarakat bergerak untuk berwisata secara masif, itu tantangannya," kata Bhima dalam keterangan tertulisnya, Selasa (15/8).

Ia menyebut, di kuartal III biasanya belanja pemerintah mulai meningkat tetapi belum setinggi di kuartal IV. Meski begitu, kemungkinan pertumbuhan pada kuartal III berada pada kisaran 4,9%,” katanya.

Sementara itu, Co-Founder Tumbuh Makna, Benny Sufami memprediksi situasi ekonomi global saat ini tidak memberikan tekanan yang signifikan bagi ekonomi domestik di Indonesia.

Hal itu didapati karena fakta bahwa ekonomi nasional pada kuartal II sangat baik, khususnya angka PDB Indonesia yang berada di atas 5% dengan tren inflasi yang relatif stabil, yang tentunya menunjukan sentimen positif.

“Berdasarkan data riset yang Tumbuh Makna peroleh, ekonomi kuartal II 2023 PDB kita 5,17%. IMF menyatakan bahwa maksimal pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan bertumbuh maksimal 3%, itu sudah cukup bagus bagi ekonomi domestik kita," jelas dia.

Menurut Benny, pertumbuha itu sudah cukup baik di tengah kondisi tekanan ekonomi global. Kedua, data inflasi awal bulan sudah diumumkan dan hasilnya inflasi harga konsumen lebih rendah dari kuartal sebelumnya yakni dari 3,52% ke 3,08% (yoy).

Untuk itu, pada kondisi seperti ini, Benny melihat masih terdapat peluang investasi yang sangat menarik.  “Untuk peluang, kami melihat ada di pasar saham dan pasar obligasi, valuasinya juga masih sangat menarik," paparnya.

Tantangannya adalah investor hanya perlu lebih bersabar. "Sebab kita lihat di semester I, Indeks Harga Saham Gabungan  stagnan, sementara di semester kedua ini lah kami melihat akan sangat menarik,” ujarnya.

Lalu mengapa IHSG bisa menarik dan perlu ditunggu investor? Benny melihat peluang IHSG akan naik kembali terbuka. Di semester II ini, ia melihat peluang naiknya IHSG sangat terbuka. Yang pertama karena penurunan harga komoditas sudah terbatas.

Kedua, karena adanya kegiatan domestik yang disinyalir akan meningkat. Sebab KPU dan DPR hingga pemerintah sendiri sudah menyetujui budget Pemilu sekitar Rp 76 triliun. Itu tentunya memiliki dampak positif bagi ekonomi kita, sehingga akan mengerek positif di dalam IHSG.

"Ketiga, tingkat inflasi kita cukup terkendali. Dan keempat, kenaikan suku bunga diperkirakan sudah mencapai puncaknya,” ujarnya.

Benny optimistis bahwa IHSG akan menguat. Analisa ini diperkuat berdasarkan riwayat data IHSG jelang pemilu di tahun politik.

“Berdasarkan data yang kami kumpulkan. Biasanya 6 bulan sebelum pemilu, IHSG itu mengalami kenaikan. Ini pernah terjadi misalnya di tahun 2014 dan 2019," papar Benny.

Dimana pada tahun 2014, saat enam bulan sebelum pemilu, IHSG mengalami kenaikan 19,6%, lalu pada tahun 2019 pun IHSG mengalami kenaikan 11,7%. "Memang tidak ada jaminan ini akan berulang, tapi polanya selalu seperti itu. Untuk itu, kami optimistis di semester II ini, IHSG bisa mengalami kenaikan,” ujarnya.

56