Home Ekonomi Berkat Agro Electrifying, Panen Bawang Merah di Bantul Lampaui Angka Nasional, Lebih Murah, dan Ramah Lingkungan

Berkat Agro Electrifying, Panen Bawang Merah di Bantul Lampaui Angka Nasional, Lebih Murah, dan Ramah Lingkungan

Bantul, Gatra.com- Panen perdana bawang merah dengan teknologi agro electrifying menjadikan panen bawang merah Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, melampaui rerata panen nasional.

Di Bantul, per hektar lahan mampu menghasilkan bawang merah 18-20 ton, dua kali lipat dari rerata panen per hektar.

Keberhasilan melampaui rerata nasional ini disampaikan Dirjen Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, saat menghadiri panen perdana bawang merah agro electrifying di Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Bantul, Kamis (24/8) sore.

"Jika rata-rata panen bawang merah nasional hanya 10 ton per hektar, maka panen kali ini yang mampu mencapai 18-20 ton per hektar menandakan Pemda DIY berhasil mengoptimalkan produktivitas lahan-lahan pesisir selatan," katanya.

Terlebih lagi, penerapan agro electrifying yang baru pertama kalinya di Bantul ini mengoptimalkan kondisi topografi kawasan selatan yang terkenal subur.

Program agro electrifying digagas PT PLN (Persero) dan mampu membawa sektor pertanian menjadi lebih maju dan modern dengan peningkatan produktivitas mencapai 3 kali lipat dan efisiensi biaya operasional 70 persen.

Para petani beralih ke alat-alat dan mesin pertanian (alsintan) berbasis listrik dari sebelumnya memakai alsintan berbahan bakar fosil yang mahal dan merusak lingkungan.

"Saya hanya berpesan, melihat kondisi lahan selatan yang memiliki air permukaan, petani jangan sampai menggunakan pestisida. Alhamdulillah di sini saya lihat penggunaan pestisida rendah, dibuktikan dengan tidak terciumnya bau pestisida meskipun angin kencang," ujarnya.

Saat ini, Kementan, menurut Prihasto, telah mencadangkan 5.570 ton bawang merah untuk disalurkan ke daerah-daerah yang defisit guna mencegah inflasi. Cadangan ini akan ditingkatkan hingga menembus 8.750 ton tahun depan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan DIY Sugeng Purwanto menyebut panen perdana dilaksanakan di lahan petani yang tergabung di Gapoktan Paris Makmur.

"Ada 200 hektar lahan pertanian yang digunakan untuk menanam bawang merah berkonsep agro electrifying," jelasnya.

Selain mengurangi polusi, penerapan agro electrifying mampu meningkatkan pendapatan petani.

Dengan hasil panen 18-20 ton per tahun, Sugeng menyatakan pendapatan petani, dengan harga jual Rp13 ribu - Rp14 ribu per kilogram dalam sekali masa panen mencapai Rp80 juta - Rp100 juta.

Bersama panen perdana ini, Sugeng menyebut pihaknya telah memberi pemahaman terkait perubahan iklim kepada petani sepuh dan milenial agar terjadi perubahan pola pikir.

"Keberhasilan panen ini seperti menggambarkan bahwa kegiatan bertani adalah kegiatan ekonomi yang menguntungkan. Karenanya kami meminta para petani mempertahankan lahan sawah untuk ketahanan pangan," tegas Sugeng.

Ketua Gapoktan Paris Makmur, Bambang Junaidi, menyebut konsep agro electrifying diterapkan sepanjang 821 meter. Dari jumlah itu, 600 meter untuk persawahan dan sisanya di lahan pasir.

"Agro electrifying membantu kami menghemat biaya produksi. Sebelumnya kami kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak karena pembatasan pembelian dengan jeriken," paparnya.

55