Home Hukum Polri Selidiki Kasus Dugaan Jual Obat Ilegal Dalam Kasus Kematian Pemuda Aceh

Polri Selidiki Kasus Dugaan Jual Obat Ilegal Dalam Kasus Kematian Pemuda Aceh

Jakarta, Gatra.com- Polri tengah melakukan penelusuran terkait dengan peredaran obat ilegal buntut tewasnya pemuda Aceh, Imam Masykur 25 yang diduga menjual obat ilegal.

Dirtipidter Bareskrim Polri Brigjen Hersadwi Rusdiyono mengatakan pihaknya menggandeng pihak Badan Pemeriksa Obat dan Makanan (BPOM) dalam penelusuran obat ilegal.

"Saat ini Direktorat Tipidter (Tindak Pidana Tertentu) bersama BPOM melaksanakan giat bersama dalam mengusut pelaku peredaran obat ilegal," kata Hersadwi saat dikonfirmasi, Kamis, (31/8).

Kendati demikian, Hersadwi masih belum mengonfirmasi lebih lanjut terkait dugaan adanya mafia obat di Indonesia.

Ia hanya menyebutkan bahwa untuk peredaran obat keras dan bahan berbahaya akan ditangani oleh Direktorat Tindak Pidana Narkoba Bareskrim Polri.

"Untuk data obat keras dan bahan berbahaya bisa ditanyakan ke Direktorat Tipidnarkoba," sebutnya.

Diberitakan sebelumnya, Kematian Imam Masykur karena dianiaya oleh oknum anggota paspampres disebut-sebut ada dugaan terkait dengan mafia peredaran obat ilegal.

Anggota Komisi III DPR Nasir Djamil menilai TNI perlu mengusut tuntas kasus ini dengan terang benderang untuk mencari tahu keterlibatan tiga anggota TNI yang memeras dan menganiaya Imam Masykur.

"Apakah benar isu soal obat-obatan terlarang. Bisa jadi jaringan mafia obat yang selama ini di backup oknum tidak gratis. Kita harap kapolri dan panglima usut tuntas. Jadi kita tidak lagi dengan peredaran obat-obatan terlarang ini," ujarnya, Rabu (30/8).

Komandan Polisi Militer Kodam Jaya (Danpomdam Jaya) Kolonel CPM Irsyad Hamdie Bey Anwar mengungkap dua sosok pelaku pembunuhan pemuda asal Aceh, Imam Masykur 25.

Dua sosok pelaku pembunuh Imam yang merupakan anggota TNI itu berinisial Praka HS dan Praka J. Untuk Praka HS sendiri merupakan anggota dari Direktorat Topografi TNI AD, sedangkan Praka J merupakan anggota dari satuan Kodam Iskandar Muda.

"Praka HS, Praka J," kata Irsyad (28/8).

"Satu anggota Direktorat Topografi, satu lagi dari anggota kodam IM yang sedang di Jakarta," imbuhnya.

Irsyad pun mengonfirmasi bahwa Praka RM, Praka HS, dan Praka J berpura-pura sebagai Polisi kepada korban saat melakukan aksi penculikan.

"Pura-pura jadi Polisi bodong, tangkep, terus meminta sejumlah uang buat ditebus. Cuma pelaksanaannya mungkin kelewatan sehingga menyebabkan meninggal itu aja simpel," sebutnya.

Pomdam Jaya telah menetapkan tiga tersangka. Selain Praka RM yang merupakan anggota Paspampres, dua tersangka lainnya berasal dari satuan Direktorat Topografi TNI AD dan satuan Kodam Iskandar Muda.

"Tersangkanya yang sudah diamankan tiga orang. TNI semua ketiganya. Satu yang dari Paspampres yang lain bukan," jelas Danpomdam Jaya Kolonel Cpm Irsyad Hamdie Bey Anwar.

Irsyad pun menyebutkan bahwa para tersangka tidak mengenal atau memiliki permasalahan lain dengan Imam. Para pelaku itu melakukan penganiayaan dengan motif pemerasan atau mendapatkan uang.

"(Motif) uang tebusan. Tidak saling kenal," kata Irsyad.

Kepala Dinas Penerangan Angakatan Darat (Kadispenad), Brigjen TNI Hamim Tohari mengatakan, penyidik Pomdam Jaya masih mendalami kemungkinan motif tersebut.

“Kita belum bisa menyimpulkan, yang jelas semua kemungkinan sedang didalami untuk mengusut tuntas masalah ini,” ujar Hamim kepada Gatra.com, Selasa (29/8).

Hamim menyebut TNI akan mengusut tuntas masalah ini hingga persidangan nantinya.

“Proses Hukum akan terus berlanjut hingga persidangan, dan akan kita kawal bersama-sama,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, sebuah video beredar soal tewasnya seorang pemuda asal Desa Mon Kelayu, Gandapura, Bireuen, Aceh bernama Imam Masykur 25 tewas setelah diduga diculik dan disiksa oleh oknum TNI.

Berdasarkan unggahan akun Instagram @rakan_aceh, memperlihatkan sebuah video percakapan lewat telepon. Diduga dalam video itu, merupakan suara Imam Masykur sempat menghubungi seseorang dengan logat menggunakan bahasa daerah.

"Warga Bireuen Imam Masykur sempat menelepon keluarganya, meminta supaya dikirimkan uang Rp50 juta. Bila terlambat dikirim dia akan dibunuh. Dia meminta adiknya menelepon ibu mereka supaya mengirimkan uang secepatnya," tulis keterangan dalam unggahan.

141