Home Nusantara Festival Pangkalan Jambu : Merawat Budaya Merangin Lewat Pagelaran Unik Tradisi

Festival Pangkalan Jambu : Merawat Budaya Merangin Lewat Pagelaran Unik Tradisi

Jakarta, Gatra.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Pemerintah Kabupaten Merangin Provinsi Jambi, menggelar Festival Pangkalan Jambu di Desa Tiga Alur, Kecamanatan Pangkalan Jambu, Jumat (1/9) hingga Sabtu (2/9).

Festival Pangkalan Jambu merupakan salah satu rangkaian Kenduri Swarnabhumi 2023 bertema Menghubungkan Kembali Masyarakat dengan Peradaban Sungai yang menggandeng 13 pemerintah daerah di Sumatera Barat dan Jambi. Penyelenggaaan festival ini dilatari tetap tingginya rasa kesadaran masyarakat setempat menghormati serta merawat tradisi budayanya sendiri dalam setiap momentum tertentu agar terus terjaga di antara perkembangan zaman.

Sekitar 5.000 masyarakat Kabupaten Merangin tumpah ruah menyaksikan kemeriahan festival. Terutama ketika puncak perayaannya pada Sabtu malam lalu. Pelaksanaan festival pun melibatkan delapan desa yang ada di Kecamatan Pangkalan Jambu, yakni Desa Bukit Perentak, Desa Tiga Alur, Desa Baru Pangkalan Jambu, Desa Birun, Desa Bungo Tanjung, Desa Sungai Jering, Desa Kampung Limo, dan Desa Tanjung Mudo.

Direktur Festival, Yusmini menerangkan bahwa tiap desa diberikan fasilitas tempat untuk menampilkan hasil ekonomi kreatifnya.

”Mereka menampilkan ciri khas desa masing masing, seperti kuliner khas,dan kerajinan tangan,” ujarnya dalam keterangan yang diterima pada Senin (4/9).

Ada kuliner sambal Kalio Ayam Cukik Kalapo Desa Kampung Limo sampai Gulai Tampoyak Pucuk Kamumu dari Desa Tanjung Mudo. Selain itu dari Desa Sungai Jering ada Kueh Boko, dari Kecamatan Renah pembarap ada Gulai Tempoyak Daun Semantung, dari Desa Tiga Alur ada Selemak Pengek Pisang dan Kueh Penyaram.

Sedangkan dari Desa Bukit Perentak ada Kueh Bika dan Galemai Perentak dari Desa Bara Pangkalan Jambu ada Kueh Lepek Kundo dan dari Desa Bungo Tanjung ada Kue Kelapo dan Sambal Tanak.

Pegiat dan komunitas budaya di Pangkalan Jambu tak ketinggalan ikut dilibatkan pada perhelatan festival. Hal ini juga sebagai upaya mendorong pemberdayaan mereka untuk berkotribusi mengembangkan serta melestarikan kearifan lokal daerahnya.

Sejumlah acara menyemarakkan Festival Pangkalan Jambu, mulai dari parade budaya, pentas seni adat budaya dari komunitas, permainan rakyat, aktivasi lingkungan, hingga pameran kuliner UMKM.

Tari betauh perentak menjadi aktraksi seni membuka acara Festival Pangkalan Jambu. Tarian rakyat yang telah terdaftar sebagai Warisan Budaya takBenda (WBTB) ini dimainkan secara massal oleh penari dari masyarakat setempat.

Dalam Festival Pangkalan Jambu diresmikan pula Kampung Perikanan oleh Wakil Bupati Merangin Nilwan Yahya. Kampung Perikanan ini dulunya merupakan bekas galian tambang yang kemudian diubah sebagai areal kolam untuk pelestarian habitat ikan.

Kolam ikan tersebut dapat disebut menjadi Lubuk Larangan bagi warga Pangakalan Jambu. Dengan begitu ada ketentuan tidak boleh mengambil ikannya dan mengotori lingkungan airnya.

Beberapa tradisi menjadi ciri khas adat budaya masyarakat Pangkalan Jambu ikut dihadirkan dalam festival, seperti ritual bantai adat. Tradisi ini merupakan ritual menyembelih hewan kerbau yang lazimnya dilakukan oleh masyarakat jelang bulan Ramadan tiba.

Namun berbeda dalam Festival Pangkalan Jambu kali ini, ritual bantai adat diselenggarakan ketika segala jenis barang yang dijajakan oleh UMKM di lokasi acara telah habis. Tujuannya, sebagai bentuk rasa syukur masyarakat sebab melalui ajang budaya ini membantu perekonomian mereka.

Adapun keunikan dari tradisi bantai adat dalam Festival Pangkalan Jambu yakni separuh dari kepala kerbau telah disembelih selanjutnya dilelang lalu hasilnya didonasikan ke masjid. Barulah sebagian lagi sisa kepala kerbau diracik menjadi makanan untuk disantap bersama.

Masyarakat Pangkalan Jambu juga mempunyai ritual lainnya yang tetap dilestarikan sampai saat ini. Seperti tradisi balarak yang juga ditampilkan dalam pawai budaya festival berlangsung.

Tradisi ini berkaitan dengan momentum pernikahan dan masih terus dipraktikkan oleh masyarakat di sana hingga sekarang. Sepasang pengantin pria dan wanita akan diarak berjalan beriringan usai akad nikah. Prosesi jalan beriringan tersebut dari kediaman mempelai wanita menuju tempat tinggal pihak pria. Ritual balarak ini menandakan bahwa suami akan membawa istrinya tinggal bersama di kediamannya setelah memohon izin dari keluarga mempelai wanita.

Direktur Pelindungan Kebudayaan Kemendikbudristek, Yudi Wahyudin mengatakan bahwa pada tahun 2023 Kemdikbudristek fokus pada peningkatan kapasitas sumber daya manusia.

“Kami berkomitmen untuk melakukan riset, pengelolaan pengetahuan, tutorial, pengelolaan festival, komunikasi dan publikasi, kewirausahaan berbasis budaya dan lingkungan serta pengembangan komunitas sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah,”ujarnya.

Ia menambahkan bahwa rangkaian kegiatan ini memberikan kesempatan kepada daerah-daerah untuk memperkenalkan keunikan budaya, kearifan lokal kepada masyarakat luas, kebanggaan atas aneka budaya kearifan lokalnya. Pada kesempatan itu, Lembaga Adat Kecamatan Pangkalan Jambu menganugerahkan gelar adat kepada Yudi Wahyudin,dengan gelar Datuk Mangkuto Setyo Negeri.

“Sukses dan meriahnya penyelenggaraan Festival Pangkalan Jambu ini sebab sinergi yang baik bersama Pemerintah Kabupaten Merangin melalui andil Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan, Dinas Perhubungan, serta pihak terkait lainnya,” katanya.

94