Home Internasional Korea Utara Meluncurkan Kapal Selam Serang Nuklir Taktis Baru

Korea Utara Meluncurkan Kapal Selam Serang Nuklir Taktis Baru

Seoul, Gatra.com - Korea Utara meluncurkan kapal selam serangan nuklir taktis operasional pertamanya dan menugaskan ke armada yang berpatroli di perairan antara semenanjung Korea dan Jepang. 

Media pemerintah Korea KCNA, melaporkan, dikutip Reuters, Jumat (8/9).

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang menghadiri upacara peluncuran pada hari Rabu, itu mengatakan bahwa mempersenjatai angkatan laut dengan senjata nuklir adalah tugas yang mendesak dan berjanji untuk mentransfer lebih banyak kapal bawah air dan permukaan, yang dilengkapi dengan senjata nuklir taktis ke angkatan laut.

“Upacara peluncuran kapal selam menandai dimulainya babak baru dalam memperkuat kekuatan angkatan laut DPRK,” kata KCNA, dengan menggunakan inisial nama resmi Korea Utara, Republik Demokratik Rakyat Korea.

Baca Juga: Korea Utara Luncurkan Dua Rudal Balistik Setelah Kapal Selam AS Tiba di Korsel

Kapal Selam No. 841 – dinamai Pahlawan Kim Kun Ok, yang diambil dari nama tokoh sejarah Korea Utara. “Akan menjalankan misi tempurnya sebagai salah satu sarana ofensif bawah air inti angkatan laut Korea Utara,” kata Kim.

“Korea Utara berencana untuk mengubah kapal selam yang ada, menjadi kapal selam serang yang dilengkapi senjata nuklir, dan mempercepat upayanya untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir,” kata Kim.

“Mencapai perkembangan pesat kekuatan angkatan laut kita… merupakan prioritas yang tidak dapat ditunda, mengingat… gerakan agresif dan tindakan militer musuh baru-baru ini,” kata pemimpin Korea Utara dalam pidatonya, yang menyinggung Amerika Serikat dan Korea Selatan.

Para analis melihat bahwa setidaknya ada satu kapal selam baru sedang dibangun pada tahun 2016, dan pada tahun 2019 media pemerintah menunjukkan ketika Kim sedang memeriksa kapal selam yang sebelumnya tidak dilaporkan telah dibangun dan akan beroperasi di perairan lepas pantai timur.

Media pemerintah pada saat itu tidak menjelaskan sistem persenjataan kapal selam tersebut, namun para analis mengatakan ukuran kapal baru tersebut menunjukkan bahwa kapal tersebut dirancang untuk membawa rudal.

Baca Juga: DK PBB akan Membahas Peluncuran Uji Rudal ICBM Hwasong-18 Korea Utara

Belum jelas rudal apa yang akan dipersenjatai kapal selam baru tersebut. Sebelumnya, Korea Utara telah melakukan uji tembak sejumlah rudal balistik yang diluncurkan dari kapal selam (SLBM) dan rudal jelajah yang dapat ditembakkan dari kapal selam.

Tidak jelas juga apakah Korea Utara telah sepenuhnya mengembangkan miniatur hulu ledak nuklir yang diperlukan untuk rudal tersebut. 

Para analis mengatakan bahwa menyempurnakan hulu ledak yang lebih kecil kemungkinan besar akan menjadi tujuan utama, jika Korea Utara melanjutkan uji coba nuklirnya.

Korea Utara memiliki armada kapal selam yang besar namun hanya kapal selam rudal balistik eksperimental 8.24 Yongung, sebutana untuk (Pahlawan 24 Agustus) yang diketahui telah meluncurkan rudal.

“Ini kemungkinan dimaksudkan untuk meluncurkan KN23 versi angkatan laut, yang telah mereka akui sebagai sistem pengiriman hulu ledak nuklir kompak mereka,” kata Ankit Panda, analis dari Carnegie Endowment for International Peace yang berbasis di AS.

Tal Inbar, peneliti senior di Missile Defense Advocacy Alliance, mengatakan layar besar kapal selam tersebut tampaknya memiliki ruang untuk rudal balistik dan jelajah.

“Tidak akan lama lagi kita akan melihatnya meluncurkan rudal,” katanya dalam sebuah postingan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter.

Upacara peluncuran tersebut dilakukan ketika Korea Utara akan memperingati 75 tahun berdirinya negara tersebut pada hari Sabtu, menyusul adanya laporan bahwa Kim berencana melakukan perjalanan ke Rusia bulan ini untuk bertemu dengan Presiden Vladimir Putin, guna membahas pasokan senjata ke Moskow.

Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol pada hari Kamis bertemu dengan Perdana Menteri Tiongkok Li Qiang di Jakarta, dan meminta Beijing berbuat lebih banyak sebagai anggota Dewan Keamanan PBB untuk mengatasi ancaman nuklir Korea Utara.

119