Home Lingkungan Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Percepat Ekonomi Hijau

Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Lingkungan Percepat Ekonomi Hijau

Jakarta, Gatra.com– Memasukkan konservasi keanekaragaman hayati dan lingkungan dalam perencanaan pembangunan akan mempercepat perwujudan ekonomi hijau yang inklusif dengan kesejahteraan yang lebih merata.

Demikian hal itu menjadi inti sari dari sesi plenari AstraZeneca pada Indonesia Sustainibility Forum (ISF) 2023 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi ( Kemenko Marves) dan Kadin Indonesia minggu ini.

AstraZeneca dan Tony Blair Institute for Global Change (TBI) adalah Knowledge Partners ISF 2023 yang dihadiri oleh 2.000 peserta dari 41 negara di Jakarta pada tanggal 7- 8 September 2023 lalu. Sesi tematik AstraZeneca bertajuk Keanekaragaman Hayati dan Mendorong Transisi Menuju Sektor Kesehatan Berkelanjutan Demi Kesehatan Planet dan Manusia.

Baca juga: ISF 2023: Kemenko Marves, Kemenkes dan AstraZeneca Inisiasi Transformasi Sektor Kesehatan Menuju Nol Karbon

Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kemenko Marves, Nani Hendiarti menjelaskan, Pohon adalah solusi alami untuk menghilangkan CO2 dari udara dan penting untuk mengurangi dampak perubahan iklim. Sebagai contoh kemitraan yang baik antara pemerintah dan swasta, Kemenko Marves telah menandatangani Nota Kesepahaman dengan AstraZenca untuk menjalankan program AZ Forest dengan komitmen menanam 20 juta pohon di kawasan DAS Citarum.

"Program ini tentunya memiliki dampak positif terhadap ekonomi dengan melibatkan masyarakat lokal dan pakar ekologi untuk melakukan reboisasi dalam skala besar, serta mendukung keanekaragaman hayati dan mempertahankan mata pencaharian petani," ungkap Nani beberapa waktu lalu.

Dengan adanya pohon, lanjut Nani diharapkan dapat meningkatkan kualitas air dan udara di DAS Citarum yang sebelumnya telah tercemar akibat emisi pabrik dan sampah yang menghambat jalur sungai. "Pulihnya DAS Citarum akan menjadi kabar gembira dan poin positif sebagai keberhasilan Indonesia di mata dunia” ujarnya.

Nani menambahkan bahwa pertumbuhan dan keberlanjutan akan membuka jalan bagi Indonesia untuk mencapai visi Indonesia Emas di tahun 2045. "ISF 2023 memberikan ruang untuk membahas terobosan dalam mencapai pertumbuhan berkelanjutan, dan memetakan kolaborasi dan kemitraan dalam mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.

Baca juga: ISF 2023 : AstraZeneca dan Kimia Farma MoU Wujudkan Sustainability Pledge Sektor Kesehatan Menuju Nol Karbon

Forum ini diharapkan menjadi tempat bagi para katalis di bidang sustainability untuk bertemu dan bertukar pikiran, menghadirkan solusi untuk mendorong upaya dekarbonisasi, transisi ekonomi hijau, serta konservasi ekosistem lingkungan dan keanekaragaman hayati," ungkap Nani.

Presiden Direktur AstraZeneca Indonesia, Se Whan Chon menambahkan, sejak dimulainya kemitraan pada tahun 2020, program AZ Forest telah memberikan dampak positif kepada lebih dari 20.000 keluarga petani.  "Dan berhasil menanam lebih dari 4 juta pohon hidup di 21.000 lahan pertanian untuk reboisasi dan keanekaragaman hayati,” jelas dia.

Se Whan Chon menegaskan bahwa AstraZeneca telah berada di jalur yang tepat dengan komitmen mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) dari operasi dan armadanya dengan sebesar 98% pada tahun 2026 (dari data dasar tahun 2015). Serta mengurangi separuh jejak rantai nilai kami pada tahun 2030 (dari data dasar tahun 2019).

"Untuk mencapai nol bersih (net zero) berbasis ilmu pengetahuan pada tahun 2045, kami akan mengurangi emisi absolut GRK Lingkup tiga, yakni sebesar 90% dari tahun dasar, tahun 2019 dan menghilangkan emisi sisa (tidak lebih dari 10% dari jejak GRK tahun 2019)," jelas dia.

AstraZeneca juga berkomitmen mengurangi jejak karbon dengan pindah ke kantor ramah lingkungan yang baru dengan konsumsi energi yang lebih rendah. "Memasukkan keberlanjutan ke dalam Kebijakan internal kami, kerja hybrid, pembatasan perpindahan karbon. Serta akan segera terjadi transisi ke armada 100% kendaraan listrik, sekitar 600 sepeda motor listrik dalam 2 tahun ke depan memperdayakan produksi lokal," papar Se Whan.

Baca juga: AstraZeneca Siapkan 4 juta Bibit Pohon Periode 2023-2024 di AZ Forest

Country Director Tony Blair Institute for Global Change, Shuhaela Haqim memuji Pemerintah Indonesia yang telah mengintegrasikan aspek keberlanjutan, termasuk dampak penilaian lingkungan hidup, ke dalam proyek infrastruktur besar. Ia juga menyoroti proses inklusif dari proyek-proyek yang telah menerima masukan dari masyarakat lokal, seperti Tol Bali Mandara yang mengalami perubahan trase jalan tol untuk melindungi kawasan mangrove di sekitarnya.

Contoh lainnya adalah jalan tol Pekanbaru-Dumai di Sumatera yang dilengkapi enam jalur perlintasan gajah agar tidak mengganggu pola migrasi. “Terdapat keputusan dalam proyek-proyek ini yang berkontribusi untuk melindungi lingkungan, dan hal ini mempunyai dampak ekonomi yang positif,"lanjut dia.

Misalnya, kawasan hutan bakau yang berhasil terlindungi setelah jalur jalan tol Bali Mandara diubah. "Keputusan ini berperan penting untuk mengurangi dampak lingkungan yang terjadi di Bali pasca pembangunan jalan tol Bali,” ucap Shuhaela.

101