Home Nasional Jokowi: Akibat Perang, 207 Juta Ton Gandum Tak Bisa Keluar dari Rusia-Ukraina

Jokowi: Akibat Perang, 207 Juta Ton Gandum Tak Bisa Keluar dari Rusia-Ukraina

Jakarta, Gatra.com - Presiden RI Joko Widodo mengatakan bahwa ada sekitar 207 juta ton gandum dari Rusia dan Ukraina yang tidak dapat diekspor akibat pecahnya konflik Rusia-Ukraina. Ia pun menyatakan bahwa hal tersebut berpengaruh pada Indonesia yang saat ini memiliki kebutuhan impor gandum hingga 11 juta ton.

"Perang Ukraina kelihatannya perang di sana, jauh dari kita, tapi ternyata gandum kita, kita impor gandum itu 11 juta ton dan hampir 30 persen dari Ukraina dan Rusia, karena di sana memang produsen gandum terbesar dunia," kata Jokowi dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IV PDI Perjuangan, di Jakarta International Expo, Jakarta Pusat, pada Jumat (29/9).

Jokowi mengatakan, dalam kunjungannya ke Ukraina dan Rusia beberapa waktu lalu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sempat menyampaikan padanya bahwa ada 77 juta ton stok gandum di Ukraina yang tak dapat diekspor akibat perang. Di sisi lain, Presiden Rusia Vladimir Putin juga mengungkapkan pada Jokowi bahwa ada 130 juta ton stok gandum yang tak dapat keluar dari Rusia dengan alasan keamanan laut.

"Artinya, total dari dua negara itu yang tidak bisa keluar gandumnya 207 juta ton, sehingga yang terjadi adalah, di Afrika, di Asia, maupun di Eropa sendiri, kekurangan pangan itu betul-betul nyata dan terjadi," ujar Jokowi.

Menurutnya, permasalahan itu telah menyebabkan sejumlah negara saat ini sedang mengalami kesulitan akibat perang yang berimbas pada kenaikan harga pangan. Bahkan, sejumlah negara yang sebelumnya berkebijakan untuk menyediakan sarapan untuk masyarakat usia sekolah, kini harus menghentikan kebijakan itu akibat pembengkakan harga.

Jokowi pun menyebut, saat ini, sudah ada 22 negara yang telah menyatakan untuk menutup kran ekspor suplai pangan mereka. Sejumlah di antaranya merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia. Salah satunya adalah beras.

"Oleh sebab itu, lima tahun ke depan, 10 tahun ke depan, memang visi taktis itu harus kita miliki. Bukan visi-misi yang terlalu bagus di awang-awang, tapi visi taktis, rencana kerja detail. Harus kita miliki," tutur Jokowi.

38