Home Ekonomi AC Impor Dumping China Banyak Masuk Indonesia, Kenali Kualitasnya Lewat LTHE

AC Impor Dumping China Banyak Masuk Indonesia, Kenali Kualitasnya Lewat LTHE

Jakarta, Gatra.com - President Ashrae Indonesia Chapter, Herlin Herlianika menekankan kembali pentingya mengenali label tanda hemat energi (LTHE) pada beberapa perangkat elektronik, salah satunya satuan pendingin ruangan atau air conditioning (AC).

Berdasarkan hasil studi dari organisasi Clasp, pada tahun 2021, hanya 5% dari seluruh pemilik AC di Indonesia yang tahu soal LTHE. Padahal, istilah LTHE ini sudah digaungkan oleh Kementerian ESDM sejak tahun 2015.

"Artinya, dari 2015 sampai tahun sekarang, orang beli AC itu tidak peduli dengan energy performance-nya yang sudah ditetapkan oleh pemerintah. Hanya mereka cari low watt," ucap Herlina dalam acara diskusi hasil studi praktik dumping AC di ASEAN dan Indonesia, Hotel Westin, Jakarta, Selasa (10/10).

Menurutnya, masyarakat harus paham dengan LTHE karena skala bintang satu sampai lima yang ada sudah menggambarkan kapasitas performa energi perangkat AC dan sudah diuji berdasarkan pemakaian sehari-hari.

"Jadi, seharusnya masyarakat gak usah bingung lagi, low watt, inverter atau mana. Tinggal lihat bintang, lalu dipertimbangkan dengan ketersediaan dana yang dia miliki. Agar mereka berpikir hemat energinya," kata Herlina.

Nilai cooling seasonal performance factor (CSPF) pun sudah digambarkan dengan baik dalam LTHE. Pada bintang satu yang merupakan skala terendah, nilai efisiensinya adalah 3,10 sampai dengan 3,40. Sementara, untuk skala tertinggi bintang lima, nilai efisiensinya di atas 5,0.

Semakin tinggi bintangnya, harga pun mungkin akan jadi lebih mahal. Namun, Herlina mengingatkan agar masyarakat tidak hanya mempertimbangkan faktor ekonomi saat membeli AC. Semakin murah harganya, kemungkinan barang lebih cepat rusak juga ikut meninggi.

Hal ini menjadi penting karena banyak AC yang dijual di Indonesia merupakan dumping dari negara lain. Produk semacam ini tidak bisa dijual di negaranya sehingga diekspor ke negara lain.

Beberapa negara meregulasi jenis AC yang boleh dipakai di negaranya. Misalnya, di China angka CSPF cukup tinggi, yaitu sekitar 6,0. Sementara, Indonesia, Filipina, dan Malaysia sekitar 3,6 W/W. Permasalahan yang kini dihadapi adalah 93% dari AC yang diekspor oleh China tidak memenuhi kriterianya sendiri.

"Sebanyak dua per tiga dari sebaran pasar AC di Indonesia merupakan impor," jelas Herlina dalam paparan.

Hal ini menjadi perhatian khusus pemerintah mengingat semakin rendah skala CSPF suatu produk tentu akan berpengaruh pada kualitas produk yang ditawarkan.

"Rencananya, awal tahun depan, bintang satunya di-phase out. Tahun 2024 sudah keluar Permen (Peraturan Menteri) baru hasil dari dumping studi ini. Akhirnya, ESDM memutuskan phase out bintang satu, kita sudah mulai scheme di bintang dua," kata Herlina lagi.

407