Home Regional PLTS, Program BanGub Energi yang Setengah Berfungsi

PLTS, Program BanGub Energi yang Setengah Berfungsi

Purworejo, Gatra.com- Sepuluh buah panel untuk menangkap dan mengubah energi matahari menjadi listrik terpasang di sebelah kanan dan kiri atap laboraturium bahasa kompleks Asrama Putri Pondok Pesantren Nuurul Waahid. Ponpes yang menaungi TK, SD dan Madrasah Aliah (MA) ini, berlokasi di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah.
 
Panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) seharga Rp200 juta milik Ponpes ini, baru beroperasi selama dua hari. Merupakan  Bantuan Gubernur (BanGub) Jateng tahun 2023 untuk Desa Krandegan yang masuk dalam SK Desa Mandiri Energi (DME) Inisiatif sejak tahun 2020. Selain untuk Ponpes, desa yang dikenal karena inovasi teknologinya ini juga mendapatkan bantuan PLTS untuk irigasi pada tahun 2021 lalu senilai Rp450 juta.

Namun, bantuan panel surya sekaligus pemasangannya ini, tak bisa difungsikan secara maksimal karena tidak dilengkapi baterai (aki) yang berfungsi sebagai penyimpan energi. Akibatnya, panel surya ini hanya dapat bekerja saat siang hari terik, jika malam atau mendung, praktis tak berfungsi.

"Kami mendapat bantuan senilai kurang lebih Ro200 juta dalam bentuk panel surya 10 lembar. Kami tempatkan di atas lab bahasa. Baru Senin (09/10) kemarin bisa berfungsi, kami gunakan untuk suplai listrik masjid dan lingkungan asarama pondok putri, kelas, dapur, lab hiswaf dan kantor yayasan," kata Wakasek Bidang Sarpras, Fuad Syaifudin, Rabu (11/10).

Meskipun telah ada panel surya, tapi saat malam hari, mereka masih harus menggunakan listrik PLN. Pasalnya, bantuan dari Gubernur Jateng itu, tidak dilengkapi dengan baterai penyimpan sinar matahari.

"Malam masih pakai PLN. Harga baterai sekitar Rp25 juta, mahal. Padahal yang paling banyak membutuhkan listrik itu malam hari. Siang hari lampu kan tidak nyala. Harapannya, ya kalau bisa ada bantuan baterainya karena penting, harganya juga tinggi," harap Fuad.

Sementara itu, Kepala Sekolah MA Nuurul Waahid,  Aman Supriyono juga menyatakan, siang hari, hanya membutuhkan listrik untuk kipas angin. "Paling dibutuhkan (listrik) itu malam hari. Tapi panel suryanya tidak berfungsi setelah tidak ada cahaya. Belum ada baterainya, baterai dijual terpisah. Kami tidak memgajukan proposal, tahu-tahu didatangai ESDM Purworejo, katanya mendapat bantuan gubernur," jelas Aman.

Senada dengan Wakasek, Aman berharap agar bantuan bisa sepaket dengan baterai untuk menyimpan sinar matahari. Agar panel surya bisa dimanfaatkan meskipun malam dan kondisi musim hujan.

Sementara itu, Kades Krandegan, Dwinanto menjelaskan bahwa, bantuan PLTS untuk irigasi di desanya saat ini tidak difungsikan. Adanya PLTS, memang memangkas biaya solar hingga 50%, namun jika malam hari tidak bisa berfungsi karena tidak ada penyimpan energinya.

"Krandegan mendapat 2 bantuan gubernur berupa PLTS untuk irigasi (2022) dan untuk Pondok Pesantren (2023). Masuk dalam DME sejak tahun 2020. PLTS irigasi dimanfaatkan untuk mengairi 50 hektar sawah, tapi saat ini tidak digunakan," kata Dwinanto.

Alasannya, lanjut Dwinanto, karena saat ini petani sedang menanam kacang hijau yang tidak memerlukan air. "Pada masa tanam (MT) kedua kemarin padi diserang wereng jadi gagal panen. Untuk memutus siklus wereng, maka harus ditanami palawija. Petani sini menanam kacang hijau yang tidak membutuhkan air. Jadi PLTS akan kami pakai lagi nanti MT 2 sekitar Bulan Mei 2024. Karena MT 2 (Desember) biasanya musim hujan tidak butuh pompa air," jelas Dwinanto.

Sama dengan Ponpes Nuurul Waahid, baterai sangat diperlukan untuk PLTS. "Tapi harga baterai mahal, maintenanve juga mahal. Kalau rusak ya sudsh tidak berfungsi. Padahal katanya tiap 2,5 tahun harus ganti baterai," ujar Dwinanto.

Sebelumnya, Ganjar Pranowo saat menjabat Gubernur Jateng mengklaim telah membentuk 2.353 DME. Terdiri dari 2.167 DME Inisiatif, 160 DME berkembang, dan 26 DME mapan.

57