Home Kesehatan Pentingnya Multidisiplin Onkologi dan Pusat Kanker Komprehensif

Pentingnya Multidisiplin Onkologi dan Pusat Kanker Komprehensif

Jakarta, Gatra.com- Keterlambatan penanganan kanker tidak hanya berdampak pada kualitas hidup pasien. Namun juga berdampak pada biaya pelayanan kesehatan.

Demikian hal ini disampaikan Prof. Dr. Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FACP, FINASIM dalam acara pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) di Kampus UI Salemba pada Sabtu, 14 Oktober 2023.

"Peningkatan biaya berkaitan dengan pilihan pengobatan pada pasien dengan stadium lanjut," ungkap Prof Ikhwan dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (15/10).

Baca juga: Kanker Limfoma Hodgkin Menyebar Bertahap, Kenali Gejalanya

Dalam kondisi itu, obat-obat yang diterima bukan lagi dalam golongan kemoterapi, namun sudah menggunakan golongan obat baru. "Seperti terapi target dan imunoterapi yang memerlukan pemeriksaan molekular khusus atau kedokteran presisi dengan biaya yang tidak sedikit," jelas Prof Ikhwan.

Bila kanker tidak ditangani secara komprehensif, kanker dapat menjadi ancaman bagi Indonesia yang akan mencapai puncak bonus demografi pada tahun 2045. Hal ini bersamaan dengan Indonesia berusia tepat 100 tahun atau disebut sebagai Indonesia Emas 2045.

Menurut Prof Ikhwan, hampir sepertiga hingga setengah kanker di Indonesia dapat dicegah apabila masyarakat mendapat pemahaan yang baik mengenai faktor risiko kanker dan perkembangan intervensi pencegahan kanker.

Baca juga: RS MRCCC Siloam Semanggi Siap Gelar Run for Hope 2023

Terkait hal ini, World Health Organization (WHO) pun merekomendasikan setiap negara agar memiliki rencana pengendalian kanker nasional yang berfokus pada equity dan akses dan mencakup aspek pencegahan, skrining, diagnosis, pengobatan, survivorship, serta perawatan paliatif.

Rekomendasi ini dapat dilaksanakan melalui pusat komprehensif kanker.
Pusat kanker komprehensif merupakan pusat kekuatan rencana pengendalian kanker nasional dan bertugas untuk mengembangkan pendekatan inovatif dalam pencegahan, diagnosis, dan pengobatan kanker.

Misi utama dari pusat kanker komprehensif adalah mengurangi insidens kanker dan meningkatkan kualitas hidup serta tingkat kelangsungan hidup. Terdapat tiga area utama dalam perawatan kanker: penelitian, perawatan klinis, dan pendidikan.

Dalam perawatan klinis, pasien kanker memerlukan perawatan multidisiplin untuk mencapai hasil yang optimal. Perawatan multidisiplin memerlukan peran para klinisi yang tergabung dalam tim multidisiplin onkologi untuk berpartisipasi langsung dalam perawatan pasien.

Tim onkologi akan mengadakan pertemuan rutin yang bisa disebut sebagai tumor board meeting untuk mendiskusikan pilihan diagnostik dan/atau terapeutik serta penanganan terbaik untuk setiap pasien.

Baca juga: RS MRCCC Siloam Semanggi Siap Gelar Run for Hope 2023

Pembentukan tim multidisiplin onkologi yang dapat menjalankan perannya dengan baik tidak terlepas dari pendidikan interprofesional yang membentuk profesional kesehatan dengan keahlian sesuai bidangnya dan mampu berkolaborasi dengan ahli dari bidang lain.

Berdasar tinjauan Best Medical Education (BEME), pengembangan fakultas, penyiapan fasilitator, refleksi terhadap praktik peserta didik, serta pedagogi berperan penting dalam pembelajaran interprofessional.
WHO juga merekomendasikan layanan primer dapat melakukan pengendalian kanker melalui pencegahan, skrining,  survivorship, serta perawatan paliatif. Integrasi antara pusat kanker komprehensif dan layanan primer dapat meningkatkan kualitas layanan kanker.

"Mahasiswa fakultas kedokteran yang nantinya akan menjadi dokter umum yang bekerja di layanan primer dan residen spesialis penyakit dalam serta residen disiplin lain yang berhubungan dengan pelayanan kanker harus bersiap-siap dengan kompetensi yang paripurna menghadapi tantangan beban kanker di masa depan," jelas Prof Ikhwan.

Baca juga: Pemda DIY-PT Bio Farma Luncurkan Deteksi Dini Kanker Serviks

Agar dapat memastikan peserta didik memiliki kompetensi yang cukup, diperlukan instrumen assessment yang memadai. Prof Ikhwan menjabarkab bahwa Entrustable professional activity (EPA) atau aktivitas profesional yang dipercayakan merupakan instrumen yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi peserta didik.

"EPA dapat diartikan sebagai praktik profesional yang dapat dipercayakan pada peserta didik segera setelah peserta didik tersebut dianggap mampu melakukan praktik profesional yang dipercayakan tanpa pengawasan," papar Prof Ikhwan.

Peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan di bidang onkologi melalui penerapan EPA dapat membentuk lulusan yang siap menerapkan upaya preventif, promotif, survivorship, dan paliatif dalam penanganan komprehensif kanker di berbagai tingkat layanan, termasuk di layanan primer.

"Hal ini diharapkan dapat menjawab rekomendasi WHO untuk menguatkan layanan kanker di layanan primer," tegas Prof Ikhwan.

89