Home Regional Hari Santri, Ponpes di Lombok ini Pelopori Gerakan Penghijauan dari Pondok Pesantren

Hari Santri, Ponpes di Lombok ini Pelopori Gerakan Penghijauan dari Pondok Pesantren

Mataram, Gatra. com- Di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) Peringatan Hari Santri 2023 menjadi momentum Pengasuh Pondok Pesantren Al Islahuddiny, Kediri, Lombok Barat TGHKH Sulhan Muchlis memelopori gerakan penghijauan dari Pesantren, Sebuah gerakan melestarikan lingkungan, mengurangi dampak perubahan iklim, dan memperbaiki kualitas hidup manusia.

”Membawa gerakan penghijauan ke dalam pondok pesantren adalah cara terbaik mengajarkan kepada generasi muda, bahwa menjaga alam adalah bagian integral dari agama dan moral kita," ucap Sulhan, Ahad (22/10).

Politisi yang juga Caleg DPR RI dari Daerah Pemilihan Pulau Lombok pada Pemilu Legislatif 2024 ini mengatakan, program penghijauan yang memiliki tagline Hijau Pesantrenku, Lestari Desaku tersebut, telah dimulai dari Pondok Pesantren Al Islahuddiny dan berlanjut ke seluruh jaringan dan cabang Pondok Pesantren Al Islahuddiny yang tersebar di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa.

Sulhan menjelaskan, pondok pesantren adalah tempat dimana nilai-nilai keadilan sosial dan kepedulian terhadap alam diajarkan. Karena itu, dalam gerakan penghijauan ini, pondok pesantren akan menjelma menjadi mitra penting dalam mendorong perubahan positif. Sehingga pada saat bersamaan, pondok pesantren dapat menjadi contoh nyata tentang bagaimana beragama dan menjaga alam dapat berjalan beriringan.

"Gerakan penghijauan dari pondok pesantren ini bukan hanya tentang penanaman pohon. Tapi juga penanaman nilai-nilai kebaikan dan tanggung jawab. Gerakan penghijauan ini adalah investasi jangka panjang dalam masa depan bumi dan kami memulainya sekarang," imbuh Sulhan.

Gerakan penghijauan ini akan menempatkan para santri sebagai lokomotifnya. Dimulai dengan penyadaran lingkungan di dalam pondok pesantren. Antara lain dengan melakukan edukasi dan penyuluhan kepada santri dan seluruh komunitas pondok pesantren mengenai pentingnya menjaga alam dan lingkungan. Selain itu, membangun kesadaran akan dampak negatif perubahan iklim, deforestasi, dan polusi lingkungan.

Pada saat bersamaan, dilakukan pula pengembangan program pendidikan lingkungan yang terintegrasi dalam kurikulum pondok pesantren. Termasuk menyediakan pelajaran atau kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada penghijauan, pelestarian alam, dan praktik-praktik ramah lingkungan.

Dibangun pula kata Sulhan, area hijau di sekitar pondok pesantren, seperti taman, kebun, atau hutan kecil, sebagai contoh praktik penghijauan. Penanaman pohon dan perawatan tanaman di area hijau tersebut, seluruhnya melibatkan para santri.

Wakil Ketua DPRD Lombok Barat periode 2014-2019 ini menegaskan, pihaknya menyadari bahwa pesantren memiliki sumber daya yang terbatas. Karena itu, gerakan ini juga membuka ruang kolaborasi dengan organisasi lingkungan, pemerintah daerah, atau lembaga non profit yang berfokus pada penghijauan dan pelestarian alam untuk mendapatkan bimbingan dan dukungan. Termasuk juga pendekatan komunitas dengan mengajak masyarakat sekitar pondok pesantren untuk ikut serta dalam kegiatan penghijauan, seperti mengadakan acara penanaman pohon bersama, pelatihan, dan sosialisasi.

Yang tidak kalah pentingnya kata Sulhan, adalah bagaimana perluasan pengaruh program ini. Karena itu, pihaknya juga menyiapkan kampanye publik untuk menyebarkan pesan tentang penghijauan dan pelestarian alam. Antara lain dengan menggunakan video, gambar, dan cerita sukses dari pondok pesantren sebagai alat untuk memotivasi masyarakat.

44