Home Ekonomi OJK: Industri Jasa Keuangan RI Tetap Stabil, Meski Didera Ketidakpastian Global

OJK: Industri Jasa Keuangan RI Tetap Stabil, Meski Didera Ketidakpastian Global

Jakarta, Gatra.com - Ketua Dewan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar merilis hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulan Oktober yang mengungkapkan jika, sektor Jasa keuangan Indonesia tetap stabil, di tengah ketidakpastian perenonomian global dan tingginya tensi geopolitik.

Menurut Mahendra, hal itu tunjukkan oleh permodalan yang kuat, kondisi likuiditas yang memadai dan profile risiko yang terjaga. Sehingga, sektor Jasa keuangan RI mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global, baik dari higher for longer suku bunga global, maupun juga peningkatan tensi geopolitik global.

“Rapat bulan dari RDK yang kami lakukan pada 25 Oktober pekan lalu, dapat kami laporkan bahwa divergensi, atau perbedaan pertumbuhan global masih terus berlanjut,” kata Mahendra dalam konferensi pers hasil RDK Oktober pada Senin (30/10).

Mahendra menjelaskan, di Amerika Serikat pertumbuhan di kuartal III-2023 tercatat meningkat 4,9% dibandingkan pada kuartal 1-2023 yaitu 2,1%. Hal tersebut ditunjukkan dengan pasar tenaga kerja yang baik dan tekanan inflasi yang menurun. Hal ini juga mendorong meningkatnya aksi jual di pasar obligasi AS.

Kemudian, di Eropa, kinerja ekonomi diprediksi masih stagnan. Sementara, di Tiongkok pemulihan ekonomi masih belum sesuai harapan, dan kinerja ekonomi yang masih di level saat Pandemi.

“Meningkatkan kekhawatiran bagi pemulihan perekonomian global, kenaikan surat utang di AS telah meningkatkan tekanan keluarnya modal dari emerging market, termasuk Indonesia dan mendorong pelemahan, terutama di pasar nilai tukar mata uang dan pasar obligasi secara cukup signifikan,” jelasnya.

Sementara itu, perekonomian domestik RI tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28% dari tahun ke tahun (yoy) sejalan dengan ekspektasi pasar. Inflasi terjadi di sektor bahan makanan, terlebih di komunitas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino.

Secara umum, kata Mahendra, daya beli dinilai masih tertekan, yang tercermin dari inflasi inti yang turun, serta penurunan Indeks Kepercayaan Konsumen secara penuh, dan kinerja penjualan ritel yang rendah.

Kendati demikian, kerja sektor korporasi relatif masih baik terlihat dari angka PMI Manufaktur yang terus berada di zona ekspansif dan neraca perdagangan yang masih mencatatkan surplus.

44