Home Info Sawit Merangkai Optimisme di IPOC Nusa Dua

Merangkai Optimisme di IPOC Nusa Dua

Nusa Dua, Gatra.com - Ketidakpastian pasar global masih menghantui industri sawit Indonesia. Belum lagi, produksi yang stagnan.

Masih lemahnya ekonomi akibat pandemi Covid-19 yang sempat dua tahun menghajar dunia, perang Rusia -Ukraina yang disusul oleh Israel membombardir Gaza, menjadi musabab utama ketidakpastian pasar tadi.

Ketidakpastian pasar ini nampaknya menjadi perhatian serius Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Sampai-sampai isu itu dijadikan tema pada Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) and 2024 Price Outlook ke-19 yang hari ini digelar di Bali International Convention Center (BICC). Lengkapnya; Meningkatkan Ketahanan di Tengah Ketakpastian Pasar.

Ketua Panitia IPOC 2023, Mona Surya. Foto: (GATRA/Ist)

Menariknya, meski ditantang oleh pasar yang tidak pasti itu, peserta, sponsor dan booth yang nimbrung di acara ini justru lebih banyak ketimbang pada acara yang sama di tahun lalu.

Ketua Panitia IPOC, Mona Surya merinci, kalau di tahun lalu perusahaan sponsor hanya 36, tahun ini justru 41 perusahaan.

"Booth pameran bertambah dari 96 booth menjadi 105 booth pada tahun ini. Pserta konfrensi pun mencapai 1.364 orang dari 20 negara," urai Bendahara Umum GAPKI ini waktu didapuk berbicara di atas panggung yang terhampar di hadapan para peserta konfrensi itu.

"Kami masih optimis bahwa di tahun depan, peluang industri sawit ini besar," kata Ketua Umum GAPKI, Edy Martono pula di panggung yang sama.

Lantaran masih optimis itulah makanya Edy sangat berharap pemerintah Indonesia mau mengambil langkah-langkah bijak untuk menjaga daya saing industri ini agar bisa bertahan di lautan pasar yang tak pasti itu.

"Saya yakin, kebijakan pemerintah yang tepat, akan membikin industri kelapa sawit tumbuh mantap di tengah dinamika pasar dan perekonomian,” ujarnya.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto yang membuka acara itu secara daring mengatakan bahwa pada 2050, populasi dunia kemungkinan sudah di angka 9,8 miliar.

Manusia sebanyak ini dipastikan akan membutuhkan tambahan produksi minyak nabati sekitar 200 juta ton. "Sawit bisa memenuhi kebutuhan ini lantaran produktivitasnya jauh di atas minyak nabati lain," katanya.

Kalau untuk memenuhi ini sawit hanya butuh lahan 40 juta hektar, kedelai justru mencapai 445 juta hektar dan kanola 290 juta hektar.


 

40