Home Teknologi GCF 2023 dan Isu Kesetaraan Ruang Siber bagi Kaum Perempuan

GCF 2023 dan Isu Kesetaraan Ruang Siber bagi Kaum Perempuan

Jakarta, Gatra.com – Agenda Global Cybersecurity Forum (GCF) 2023 sukses digelar di The Ritz-Carlton, Riyadh, Arab Saudi, pada 1-2 November 2023. Forum yang mengambil tema “Charting Shared Priorities In Cyberspace” (Membuat Peta Prioritas Bersama di Ruang Siber) ini menghadirkan 9.000 partisipan lebih dari 120 negara dan 150 pembicara pakar siber internasional.

Diketahui, agenda GCF menjadi ajang berkumpul bagi pakar, akademisi siber terkemuka, pemimpin bisnis, dan pemerintah lintas negara untuk melanjutkan pendekatan kolaboratif serta mengoptimalkan manfaat ruang siber. Terdapat sejumlah topik yang diketengahkan dalam GCF mulai dari kebijakan menjaga privasi data, kemunculan Generative AI, dan potensi lapangan kerja yang didorong oleh teknologi digital.

Sejumlah pembicara yang hadir dalam forum ini di antaranya: Christophe Blassiau (SVP, Cybersecurity & Product Security, Global CISO and CPSO, Schneider Electric), Dr. Helmut Reisinger (CEO EMEA and LATAM, Palo Alto Networks), Joy Chik (President, Identity and Network Access, Microsoft), Philippe Vallee (Executive Vice President, Digital Identity and Security, Thales), dan Sean Yang (Global Cyber Security and Privacy Officer, Huawei).

Pembicara di Forum GCF 2023 di Riyadh, Arab Saudi (Doc. GCF)

Selanjutnya, turut hadir H.E. Adel Al-Jubeir (Minister of State for Foreign Affairs, Member of the Council of Fireside Chat Ministers, and Envoy for Climate Affairs, Saudi Arabia), H.E. Dr. Hala Bint Mazyad Altuwaijri (President, Human Rights Commission), Iain Drennan (Executive Director, WeProtect Global Alliance), dan Margery Kraus (Founder and CEO, APCO Worldwide).

Founder and CEO, APCO Worldwide, Margery Kraus yang turut menjadi pembicara pakar mengatakan, GCF 2023 dihadiri ribuan partisipan dari sejumlah negara. “Tujuannya adalah bagaimana kita dapat memahami dan bekerja sama serta mengetahui bahwa keamanan siber menjadi isu yang semakin besar di seluruh dunia, dan juga membahas peluangnya yang semakin besar,” ujar Margery Kraus ketika diwawancara Gatra.com pada 2 November 2023.

Menurutnya, Forum Keamanan Siber Global tahun ini tidak hanya berfokus pada isu-isu negatif dari keamanan siber, namun juga fokus pada keamanan siber dan manfaatnya di masa depan. GCF 2023 menjadi wadah bagi pemangku keamanan siber untuk berkomunikasi, membicarakan nilai dan peluang dalam forum resmi.

“Bagaimana kita bekerja sama untuk mengelolanya dan bagaimana kita bekerja sama untuk mengatasi ancamannya. Kita perlu mengetahui ruang siber seperti halnya isu perubahan iklim. Di mana isu ini tidak mengenal batas negara,” kata Margery.

Margery menyatakan, keamanan siber telah diadopsi di sejumlah sektor seperti minyak dan gas, industri, dan organisasi jasa. “Saya seorang CEO dari perusahaan jasa dan semua orang sekarang terkena dampaknya karena banyak layanan internet yang kita perlukan dan di situ membutuhkan perlindungan terhadap informasi dan data,” ia menjelaskan.

Isu penting yang juga dibahas dalam GCF 2023 adalah bagaimana memberikan peran lebih besar kepada perempuan untuk terlibat dalam ekosistem siber. “Di sejumlah sesi kita membicarakan tentang bagaimana menghadirkan media, menceritakan kisah ini kepada dunia, bagaimana kita mendorong perempuan untuk memasuki ruang siber dan hal-hal yang lebih teknis,” katanya.

Pembicara di Forum GCF 2023 di Riyadh, Arab Saudi (Doc. GCF)

Komunitas siber global, Margery melanjutkan, punya peran menyokong ekonomi dunia lewat pengembangan transformasi digital. “Tidak hanya melibatkan dunia usaha dan pemerintah tapi juga seluruh elemen masyarakat, bagaimana kita bersinergi, bagaimana kita lebih inklusif mengikutsertakan perempuan di lapangan,” ujarnya.

Isu kesetaraan perempuan dan laki-laki di ruang siber menurutnya penting dibahas. Sebab ditemukan sejumlah kendala bagi perempuan dalam mengembangkan talenta di bidang siber. “Apa yang kami bicarakan dan rekomendasikan dimulai dengan pendidikan dan kami ingin memastikan bahwa perempuan menguasai teknologi, memiliki pengalaman terhadapnya, dan dapat berpartisipasi lebih jauh dengan teknologi. Kami pikir perempuan memenuhi syarat untuk melakukan ini,” katanya.

Dengan cara itu, akan terbangun inklusifitas dalam ruang siber dengan melibatkan perempuan. Forum GCF mendorong munculnya talenta berbakat di bidang siber terutama untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI). “Semua yang dikembangkan juga dihasilkan dari desain pria dan perempuan, sehingga kami memiliki dua produk yang membawa manfaat bagi semua orang. Jadi, topik ini sangat menarik dan sangat penting, dan bagi perempuan muda jika Anda melihat masa depan yang cerah, maka perlu bagi kita melanjutkan gagasan ini,” paparnya.

Sesi lain dari GCF 2023 juga membahas tentang media digital. Margery menjelaskan, media memiliki sejumlah tantangan dengan maraknya insiden pelanggaran siber dan keberadaan berita palsu (fake news). “Kami menyadari banyak media yang khawatir karena tidak memiliki sumber daya yang terspesialisasi dan menjadikannya rumit. Kita tidak perlu menceritakan hal-hal negatif dan membuat konten videonya. Jadi, kita harus menemukan cara untuk menjembatani masyarakat,” tuturnya.

Menurut Margery, media harus terlibat untuk mengecek informasi palsu dan menjadi sumber bagi informasi yang kredibel. “Jadi, sarannya adalah jangan menyebarkan berita palsu dari satu tempat ke tempat lain. Di mana saluran di dunia maya berkembang dengan sangat cepat dan media punya andil dalam menyebarkan informasi,” katanya.

Sebagai pemimpin eksekutif di APCO Worldwide, Margery menyebut, forum GCF sangat memberikan manfaat yang luas bagi perusahaan jasa dan sektor konsultansi. Saat ini, APCO dibangun untuk kepentingan bisnis dan bermitra dengan sejumlah organisasi dan klien untuk membantu mereka dengan layanan profesional di bidangnya.

“Kami membantu meningkatkan reputasi klien dan kami telah beroperasi di dunia selama 40 tahun dan memiliki kantor di Indonesia, dan juga di Asia Tenggara. Kami juga memiliki banyak organisasi yang fokus pada pengelolaan data pribadi, perangkat keras, dan juga ransomware,” ujarnya.

Sisi lain yang dibutuhkan adalah bagaimana APCO berupaya mengoptimalisasi sumber daya organisasi dan menciptakan nilai tambah dari sumber daya tersebut dengan memanfaatkan teknologi. Kami membantu organisasi untuk mengembangkan transformasi digital dan meningkatkan kepedulian terhadap dunia siber.

194