Home Ekonomi Menparekraf Prediksi Investasi Pariwisata Hijau di 2024 Kian Diminati

Menparekraf Prediksi Investasi Pariwisata Hijau di 2024 Kian Diminati

Jakarta, Gatra.com – Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menprekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, memprediksi bahwa para investor kian meminati sektor pariwisata hijau atau (green tourism) pada 2024.

Sandiaga dalam keterangan pers, Rabu (29/11), menyampaikan, hal itu terlihat dalam empat tahun terakhir sektor energi terbarukan (dalam mewujudkan green tourism) telah terbukti menarik total investasi modal tertinggi.

Ia mengungkapkan, pada periode 2018–2022, trennya menunjukkan bahwa hotel dan aktivitas pariwisata menyumbang hampir dua pertiga dari seluruh proyek Penanaman Modal Asing (PMA/FDI) klaster pariwisata, diikuti software dan IT services di peringkat kedua.

Investasi di usaha software dan IT services tumbuh dari 10% pada 2018 menjadi 28% pada 2022. Itu menunjukkan penguatan peran teknologi digital di sektor pariwisata.

Menurutnya, perhatian investor terhadap volatilitas makro ekonomi cenderung menurun, meskipun masih menjadi fokus atu concern utama. Sementara itu, perubahan iklim justru semakin menjadi kekhawatiran di tahun mendatang, meningkat 10% di 2023 dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

“Dengan perhatian yang semakin besar terhadap isu perubahan iklim, sudah saatnya bagi kita untuk memperkuat komitmen terhadap pembangunan pariwisata yang berkualitas dan berkelanjutan,” kata Sandiaga dalam Indonesia Tourism Outlook (ITO) 2024.

Dalam acara bertajuk “Peluang dan Tantangan Investasi untuk Pariwisata Berkelanjutan” gelaran Forum Wartawan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Forwaparekraf) di Hotel AOne, Jakarta, Sandiaga menjelaskan, investasi sektor pariwisata ke depan akan diarahkan pada 3 aspek utama.

Ia menyampaikan, itu sebagaimana menurut Badan Pariwisata Dunia (UNWTO). Pertama, investasi pada sumber daya manusia (SDM) sebagai prioritas utama dalam proses pembangunan. Kemudian, investasi untuk keberlanjutan sebagai tujuan akhir pembangunan dan terakhir, investasi melalui teknologi dan inovasi sebagai katalisator untuk mencapai kesejahteraan.

“Sekitar 60% investasi di bidang pariwisata masuk ke bidang infrastruktur, tetapi ke depan lebih banyak pada manusia (SDM),” katanya.

Menurutnya, hal itu penting untuk menyiapkan sektor tersebut dengan tenaga kerja yang tepat untuk risilient dan untuk menciptakan masa depan sektor pariwisat yang lebih baik.

“Kita tidak bisa berkelanjutan jika kita tidak memiliki cukup banyak manusia yang kompeten,” kata Sandiaga.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Andry Satrio Nugroho, menyampaikan, investasi wisata berkelanjutan menjadi tren ke depan, terutama pada energy-efficient transition.

Tren ke depan sektor akomodasi didorong untuk menghadirkan penggunaan perangkat yang efisien dalam menghasilkan energi ramah lingkungan. Juga meningkatkan efisiensi penggunaan air bersih.

“Water management dalam mengefisiensikan penggunaan air bersih oleh wisatawan serta pengelolaan limbah secara terpadu menjadi perhatian pelaku industri pariwisata dan perhotelan,” ujar Andri.

Tren pariwisata 2024 akan mengalami hyperlocal and slow travel di mana para wisatawan ini tidak ingin cepat-cepat menghabiskan waktu. Waktu yang dihabiskan dalam berwisata jauh lebih lama dan memilih destinasi domestik yang menawarkan konsep alam dan wisata hijau.

“Juga dalam penggunaan teknologi dan personalisasi serta bleisure or workations,” katanya dalam acara yang didukung oleh Bank BRI, Jambuluwuk Hotels & Resto, Sari Ayu Martha Tilaar, Intiwhiz Hospitality Management, Bookcabin By Lion Group, Amaryllis Boutique Resort, Wings Group, dan MEG Cheese tersebut.

Sementara itu, Founder Tanakita, Eko Binarso, mengatakan, wisata petualangan menjadi tren pariwisata ke depan seperti adventure activities, yakni hiking, culture, kuliner, dan lain-lain menjadi hot trending tahun 2023. Wisata petualangan yang belum digarap secara optimal adalah wisata alam.

“Kita harus bangga punya world heritage seperti Gunung Rijani, Komodo, Gunung Leuser yang aktivitas wisatanya sangat ramah lingkungan,” kata Eko.

Adapun tantangan pengembangan wisata alam, lanjut Eko, antara lain infrastruktur, aksesibilitas, bencana alam, keselamatan wisatawan, pengelolaan dampak, promosi dan branding, koordinasi kelembagaan, menciptakan destinasi baru, dan polusi.

Pengamat Pariwisata serta CEO & Founder Berbangsa, Vitria Ariani, menyampaikan, tren pariwisata 2024 akan tertuju pada pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pariwisata ramah lingkungan dan berkelanjutan banyak diminati wisatawan.

“Pada 2017 dunia mencanangkan hari suistainable atau berkelanjutan di mana 82% menghormati warisan budaya. Selain itu, kualitas pekerja lokal pariwisata mempunyai komitmen tinggi untuk menjaga warisan budaya,” katanya.

Vitria mengatakan, contoh konkret pariwisata berkelanjutan adalah desa wisata “Kalau mau belajar suistanable bisa belajar dari desa wisata. Desa wisata, yang tadinya enggak dilihat, sekarang jadi destinasi yang dilihat banget. Ini terjadi saat pandemi COVID-19,” ujarnya.

Adapun Corsec Panorama Group, AB Sadewa, mengungkapkan, ekonomi hijau bisa masuk dalam pendapatan pajak terkait dengan jual-beli karbon dengan memanfaatkan tata laksana penerapan nilai ekonomi karbon yang betul.

Sustainability memang gampang diomongin tapi ternyata sulit dikerjakan praktiknya, karena itu perlu komitmen bersama mewujudkan green tourism,” kata Sadewa.

Menurutnya, ada empat hal yang membuat kita memiliki komitmen untuk mewujudkan green tourism. Pertama, perubahan iklim dan pelestarian alam, kedua; demand dari sisi market, ketiga; regulasi, dan keempat; kebutuhan industri.

62