Home Ekonomi Bursa Karbon Punya Potensi yang Besar, OJK: 71,95 Persen Karbon Belum Terjual

Bursa Karbon Punya Potensi yang Besar, OJK: 71,95 Persen Karbon Belum Terjual

Jakarta, Gatra.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan, sejak diluncurkan pada 26 September 2023, volume perdagangan bursa karbon di Indonesia telah mencapai sebesar 490.716 tCO2e (setara ton CO2) dan akumulasi nilai sebesar Rp30,70 miliar.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi merinci nilai perdagangan tersebut di anataranya, 30,56% di pasar reguler senilai Rp9,38 miliar. Kemudian, 9,24% di pasar negosiasi senilai Rp2,84 miliar dan 60,20% di pasar lelang senilai Rp18,48 miliar.

“Ke depan, potensi bursa karbon masih cukup besar mengingat 71,95 persen karbon yang ditawarkan masih belum terjual,” kata Inarno dalam konferensi pers RDK Bulan November, Senin (4/12).

Sejak diluncurkan pada 26 September 2023, hingga 30 November 2023, OJK telah mencatat sebanyak 41 pengguna jasa di bursa karbon yang mendapatkan izin. Per 31 Oktober 2023 sebanyak 25 pengguna jasa. Adapun, hingga 27 Oktober 2023, bursa karbon telah mencatatkan volume perdagangan sebesar 464.843 tCO2e (ton karbon ekuivalen) dengan akumulasi nilai sebesar Rp29,45 miliar.

Untuk diketahui, Presiden Jokowi telah resmi Bursa Karbon Indonesia yang diselenggarakan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan penetapan oleh Otoritas Jasa Keuangan pada 26 September 2023 lalu.

Dalam kesempatan itu, Jokowi menyampaikan bahwa, Bursa Karbon Indonesia merupakan kontribusi nyata Indonesia untuk berjuang bersama dunia melawan krisis akibat perubahan iklim karena hasil perdagangan karbon akan direinvestasikan pada upaya menjaga lingkungan khususnya pengurangan emisi karbon.

Potensi karbon yang besar, Jokowi optimistis Indonesia bisa menjadi poros karbon dunia dengan tetap konsisten membangun dan menjaga ekosistem karbon di dalam negeri. Indonesia sendiri memiliki target menurunkan emisi GRK, sebesar 31,89% (tanpa syarat dan tanpa bantuan internasional) atau sebesar 43,2 (dengan dukungan internasional) dari tingkat emisi normalnya (atau business as usual) pada 2030.

51