Home Ekonomi BI: Kewajiban Neto PII RI Turun jadi US$252,6 Miliar pada Kuartal III-2023

BI: Kewajiban Neto PII RI Turun jadi US$252,6 Miliar pada Kuartal III-2023

Jakarta, Gatra.com - Bank Indonesia (BI) melaporkan Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada kuartal III-2023 mencatat kewajiban neto sebesar US$ 252,6 miliar. Atau turun dibandingkan dengan kewajiban neto pada akhir kuartal II-2023 sebesar US$253,8 miliar.

“Penurunan kewajiban neto tersebut bersumber dari penurunan posisi Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang dibarengi dengan peningkatan posisi Aset Finansial Luar Negeri (AFLN),” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono dalam keterangan resmi pada Senin (18/12).

BI memandang perbaikan PII Indonesia pada kuartal III-2023 terus mendukung ketahanan eksternal. Hal ini tecermin dari rasio kewajiban neto PII Indonesia terhadap PDB pada kuartal III-2023 yang berada di kisaran 18,6%, lebih rendah dibandingkan dengan kuartal sebelumnya sebesar 18,8%.

Selain itu, struktur kewajiban PII Indonesia juga didominasi oleh instrumen berjangka panjang yakni sebesar 93,9%, terutama dalam bentuk investasi langsung.

Di sia lain, posisi KFLN Indonesia pada akhir kuattal III-2023 turun 0,1% (qtq) menjadi US$716,8 miliar dari US$717,6 miliar pada akhir kuartal II-2023. Penurunan tersebut terutama berasal dari turunnya posisi kewajiban investasi portofolio dalam bentuk Surat Berharga Negara (SBN) dan surat utang swasta.

“Perkembangan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh penguatan nilai tukar dolar AS terhadap mayoritas mata uang global, termasuk Rupiah,” jelasnya.

Kemudian, untuk posisi AFLN Indonesia mengalami peningkatan, hal itu dipengaruhi oleh penempatan investasi langsung dan investasi lainnya pada beberapa instrumen keuangan luar negeri. Posisi AFLN pada akhir kuartal III-2023 tercatat sebesar US$464,2 miliar, naik 0,1% (qtq) dari US$463,8 miliar pada akhir kuartal sebelumnya.

Sementara itu, posisi aset cadangan devisa menurun antara lain untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah dan stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai antisipasi dampak rambatan ketidakpastian pasar keuangan global. Peningkatan posisi AFLN tertahan oleh faktor perubahan lainnya terkait penguatan nilai tukar dolar AS terhadap beberapa mata uang negara penempatan aset.

“Bank Indonesia akan tetap memantau potensi risiko terkait kewajiban neto PII terhadap perekonomian,” pungkasnya.

35