Home Politik Ganjar Singgung Program Makan Siang Rp 400 T Prabowo-Gibran, Ada yang Lebih Krusial

Ganjar Singgung Program Makan Siang Rp 400 T Prabowo-Gibran, Ada yang Lebih Krusial

Jakarta, Gatra.com - Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo menyinggung program makan siang gratis yang diusung oleh pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Menurut Ganjar, ada hal yang lebih krusial untuk diselesaikan saat ini.

Saat bertemu dengan relawan dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), Ganjar menceritakan soal kampanyenya di Papua. Saat itu ia bertemu dengan seorang pendeta bernama Leo yang harus membantu seorang ibu melahirkan karena di daerah tersebut tidak ada rumah sakit atau bidan.

Ganjar pun menggambarkan kondisi infrastruktur di Papua yang jauh tertinggal dari Jawa. Permasalahan yang ada bukanlah kurangnya fasilitas, seperti buruknya jalan. Tapi, di sana justru belum ada jalan yang layak.

“Maaf, dan Rp400 T mau digunakan untuk makan siang,” ucap Ganjar Pranowo dalam acara Sarasehan Nasional Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Kamis (28/12).

Ganjar pun menyinggung seringnya Indonesia mengadakan pesta-pesta besar ketika banyak daerah yang masih tertinggal. Untuk itu, Ganjar meminta agar para relawan lebih peka terhadap situasi politik yang ada.

“Mari kita makin kritis pada soal jargon, pada soal program, pada soal gimik. Karena, dibalik politik yang besar, di balik debat yang ditonton tepuk tangan yang sangat meriah, sebenarnya ada tanggung jawab moral kita untuk melakukan pendidikan politik kepada rakyat,” ucap Ganjar lagi.

Mantan Gubernur Jawa Tengah ini pun sempat menyinggung pernyataan capres nomor urut dua, Prabowo Subianto yang mempertanyakan kinerjanya, terutama soal kelangkaan pupuk.

“Sepertinya, Bapak (Prabowo) pikniknya kurang jauh. Saya ke Papua, Mereka teriak yang sama,” cerita Ganjar.

Ia mengatakan, permasalahan pupuk bukan hanya masalah di Jawa Tengah. Ganjar menjelaskan, masyarakat justru tidak lagi butuh subsidi, tapi ketersediaan pupuk yang lebih krusial untuk diselesaikan.

Ia kembali menegaskan, ke depannya pemerintah tidak bisa hanya mengedepankan pernyataan atau tampilan visual semata. Tapi, perlu hasil yang konkret.

62