Home Kesehatan MPKU Muhammadiyah Sukabumi Laksanakan Seminar Inovasi untuk Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting

MPKU Muhammadiyah Sukabumi Laksanakan Seminar Inovasi untuk Percepatan Penurunan Prevalensi Stunting

Sukabumi, Gatra.com – Pemerintah Daerah (Pemda) Sukabumi, Jawa Barat, terus melaksanakan berbagai inovasi untuk mempercepat penurunan prevalensi stunting. Pemerintah telah menargetkan prevalensi stunting menjadi 14% untuk tahun 2024.

Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) di Kabupaten Sukabumi mencapai 27,5% pada 2022. Maka untuk mencapai target 14% pada 2024, masih perlu penurunan prevalensi stunting sebesar 6,75% per tahun.

Demikianlah antara lain tantangan penurunan stunting yang terungkap dalam “Seminar Nasional Strategi Efektif Penurunan Prevalensi Penanganan Stunting di Kabupaten Sukabumi”, bertempat di Aula Universitas Muhammadiyah Sukabumi (UMMI), Selasa, (2/1). Seminar tersebut diselenggarakan Majelis Pembinaan Kesehatan Umum (MPKU) Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kabupaten Sukabumi mengawali program kerja 2024.

Hadir sebagai pembicara antara lain, Wakil Bupati Sukabumi, Iyos Somantri, yang menyampaikan keynote speaker; Rektor UMMI, Dr Reny Sukmawani MP; Kepala Bidang Upaya dan Pembiayaan Kesehatan, Dinas Kesehatan, Kabupaten Sukabumi, Cucu Sumintardi, SKM, MKM; Ketua Forum Kader Pembangunan Manusia (FKPM), Timan Sutiman; Direktur Politeknik STIA, LAN Bandung, Dr Muhammad Nur Afandi, MT, dengan moderator dr Islami Rusdianawati, MARS, FISQua, Bendahara MPKU, Muhammadiyah Sukabumi.

Kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP2D) Jawa Barat menunjukkan faktor determinan penyebab stunting di Kabupaten Sukabumi adalah kemiskinan, kondisi rumah, pola asuh dan perkawinan anak, pada 2022. “Itu termasuk kurangnya akses terhadap air bersih dan sanitasi. Satu dari lima rumah tangga di Indonesia masih buang air besar di ruang terbuka,” kata Iyos.

Maka, sesuai dengan target yang ada, lanjut Iyos, Pemda Sukabumi telah mengadakan berbagai inovasi penanganan dan pencegahan stunting. Total sebanyak 7 inovasi yang telah dijalankan. Diantaranya yang menonjol antara lain adalah “Gesit Sabumi” atau Gerakan Sanitasi Total Sa Sukabumi, “Gadis Sukabumi” atau Gerakan Aksi Deteksi dan Intervensi Stunting di Sukabumi, Rumah Tema dalam Rangka Pengembangan Anak Usia Dini, serta Rabu Observasi dan Aksi Sinergi Penanganan Stunting atau “Roasting”.

Menurut Iyos, hasil Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan pada Agustus 2023 lalu menunjukkan penurunan prevalensi stunting di Kabupaten Sukabumi. “Walaupun data resminya belum rilis, karena masih dalam persiapan,” kata Iyos.

Pembicara lainnya, Cucu Sumintardi, menekankan pentingnya membangun gerakan masyarakat melalui jejaring cegah stunting. Jejaring inilah yang bakal mengadakan aksi dan mitigasi pencegahan.

“Jejaring ini harus mampu mengidentifikasi ibu hamil yang belum diperiksa, balita dengan kondisi berat badan kurang, gizi kurang, gizi buruk dan sebagainya, bahkan mencari tahu ada balita yang tidak datang ke posyandu,” katanya.

Cucu juga menyatakan Intervensi stunting bahkan perlu dilakukan sebelum dan sesudah kelahiran. Seperti diketahui, sekitar 23% anak lahir dengan kondisi sudah stunted, akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia. “Kemudian, setelah lahiran, juga penting karena stunting meningkat signifikan pada usia 6-23 bulan, akibat kurang protein hewani pada makanan pendamping ASI yang mulai diberikan sejak usia 6 bulan,” katanya lagi.

Seminar juga menghadirkan Timan Sutiman, Wakil Ketua PDM Kabupaten Sukabumi sebagai perwakilan ormas. Peran Muhammadiyah sebagai ormas juga penting untuk mengawasi dan lebih mengefektifkan program yang ada. “Saya rasa program itu efektif, bukti-bukti yang telah kita dapat di lapangan juga program pemerintah cukup berhasil, Forum KPM mencoba akan lebih mengefektifkan lagi program ini sehingga tercapai penurunan stunting yang baik dan signifikan,” katanya lagi. 

103