Jakarta, Gatra.com - Ekonom Muhammadiyah, Mukhaer Pakkanna, menyoroti kondisi perekonomian Indonesia yang dinilainya tak kunjung membaik di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia menyatakan di masa rezim Jokowi terjadi entropi ekonomi yang bercirikan pada ekonomi biaya tinggi dan korupsi.

Dalam Entropi Ekonomi, sambung Mukhaer, ada ketidakteraturan sistem yang membuat birokrasi tak efisien dan tak efektif, sehingga membuat 'mesin' ekonomi berjalan semakin tidak teratur. Kondisi itu membuat ekonomi tidak produktif.

"Saya sering mengandaikan, bila sebuah mesin motor mengonsumsi 1 liter bensin bisa menempuh 1 kilometer, karena sistem tidak teratur maka dengan 1 liter bensin bisa sampai 6 kilometer," papar Mukhaer dalam keterangannya, Minggu (15/1).

Dalam analogi tersebut dimasukkan dalam konteks ekonomi politik, bermakna ada yang rusak di dalam sistem. Mukhaer memandang, kerusakan itu, tampak dalam Incremental Capital Output Ratio (ICOR) atau rasio antara output dengan input.

Yang tampak sekarang, ujar pria yang menjabat sebagai Rektor Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan (ITB-AD) tersebut, adalah input banyak yang masuk namun output sedikit.

"ICOR Indonesia itu 7,5, sedangkan negara-negara Asia Tenggara ICOR nya rata-rata 3,5," papar Mukhaer.

Artinya, sambungnya, semakin tinggi ICOR semakin tidak efisien pula perekonomian. Karena tingginya biaya yang dikeluarkan, hanya membuahkan hasil yang rendah.

"Kenaikan ICOR ini terjadi terutama di periode kedua pemerintahan Jokowi. Yang artinya, ekonomi semakin tidak efisien di periode kedua ini," tutur Mukhaer.