Home Kesehatan Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue

Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue

Jakarta, Gatra.com– Dalam upaya memperkuat pengendalian serta pencegahan dengue di Indonesia, Farid Nila Moeloek Society bekerja sama dengan Bio Farma dan PT Takeda Innovative Medicines menyelenggarakan Diskusi Publik “Pentingnya Peran Masyarakat dalam Perlindungan Keluarga terhadap Ancaman Dengue”. Acara ini dihadiri oleh lebih dari 500 peserta, baik secara daring maupun luring, dan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan terkait.

Ketua dan Pendiri FNM Society, Prof. Dr. dr. Nila Djuwita F. A Moeloek, Sp.M(K) mengatakan, acara ini dilaksanakan guna mengaktivasi peran dari masyarakat dalam memperkuat langkah-langkah pencegahan DBD di tingkat terkecil, yaitu keluarga. "Sebelum kita dapat menggerakkan yang lebih besar di tingkat nasional. Apalagi, semua orang berisiko terkena DBD," katanya di Jakarta, Rabu (17/1).

Indonesia sebagai negara endemik dengue, masih menghadapi permasalahan yang sama setiap tahunnya. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI, hingga minggu ke-52 pada tahun 2023, terdapat 98.071 kasus di Indonesia, dengan kematian sebanyak 764 jiwa.

Baca juga: Fakta Nyamuk ber-Wolbachia, Berhasil Turunkan Kasus DBD

Dengue atau biasa kita kenal dengan DBD, merupakan penyakit dengan urgensi yang tinggi di Indonesia, di mana semua orang memiliki risiko yang sama untuk terjangkit, terlepas dari usia, strata sosial, atau di mana mereka tinggal. Penyakit ini dapat sangat berbahaya karena menyebabkan kematian. Namun, sampai dengan saat ini belum ada pengobatan khusus yang spesifik untuk mengobati DBD.

Dibutuhkan sinergi yang kuat di antara seluruh pemangku kepentingan, serta peran aktif masyarakat untuk dapat menanggulangi DBD secara menyeluruh. Hal ini perlu dilakukan dari satuan unit terkecil di masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga memegang peranan yang krusial dalam pencegahan penyebaran virus dengue dan meningkatkan perlindungan terhadap komunitas.

"Oleh karena itu, melalui acara diskusi publik hari ini, kami melibatkan berbagai pemangku kepentingan terkait untuk berdiskusi dan bersama-sama mencari solusi dalam pencegahan penyakit dengue," jelas Prof. Nila.

Baca juga: Kasus DBD Meningkat, Ruang IGD RSUD Blora Penuh

Dia menambahkan bahwa beban yang ditimbulkan oleh penyakit DBD berdampak signifkan, baik secara sosial maupun ekonomi. “Pasien yang terlambat ditangani dapat berakibat fatal, bahkan menyebabkan kematian, dan hal ini berisiko lebih tinggi pada anak-anak. Kalau sudah begitu, bukan hanya keluarga yang dirugikan tetapi apabila terjadi secara luas bisa menimbulkan kerugian pada negara,” tegasnya.

Menurut Wakil Menteri Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD., Ph.D., dalam 10 tahun terakhir, kasus dengue/DBD di Indonesia meningkat seiring dengan pergantian iklim. Biasanya mulai naik di bulan November, dan puncaknya terjadi sekitar bulan Februari, terutama ketika dengan suhu panas yang sekarang dibawa oleh El Nino.

Oleh karena itu, Indonesia menjadi salah satu dari 30 negara endemik dengan kasus tertinggi. Sebagian besar kabupaten/kota mempunyai incidence rate >10/100.000, tetapi ada 26 kabupaten/kota yang sudah mencapai incidence rate >10/100.000.

“Pemerintah telah merumuskan strategi nasional penanggulangan dengue 2021-2025 yang mencakup manajemen vektor, surveilans, tatalaksana, partisipasi masyatrakat, komitmen pemerintah dan kajian. Oleh karena itu, Pemerintah secara aktif melakukan sosialisasi terkait gerakan masyarakat seperti program 3M Plus," jelas Prof Dante.

Baca juga: Tujuh Catatan Penting tentang Kesehatan Dunia di 2023 Menurut Guru Besar FKUI

Sejauh ini, lanjut dia, 3M Plus masih menjadi program yang cukup efektif. Namun memang, selain dengan memperkuat program pemberdayaan masyarakat, dibutuhkan upaya yang lebih inovatif untuk pengendalian DBD di Indonesia, seperti pengembangan teknologi nyamuk ber-Wolbachia dan vaksin.

"Pemerintah menyambut baik intervensi inovasi melalui vaksin dalam penanganan DBD. Untuk itu, kami berkomitmen untuk menjalin kerja sama yang berkesinambungan dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, seperti FNM Society dan Koalisi Bersama Lawan Dengue (KOBAR), guna mencapai target utama ‘Indonesia Nol Kematian Akibat Dengue 2030’. Maka, kami mengajak seluruh masyarakat untuk turut serta dalam upaya pencegahan dengue di lingkungannya masing-masing," papar Prof. Dante.

Bupati Kabupaten Tabalong, Kalimatan Selatan, menekankan pentingnya peran aktif masyarakat dalam menyukseskan pengendalian dan pencegahan dengue di Indonesia. Program 3M Plus terbukti efektif dalam menanggulangi permasalahan dengue di Indonesia. 

 

"Tetapi tanpa adanya partisipasi dan komitmen dari masyarakat dalam menjalankannya, program yang bagus ini mungkin belum dapat menjangkau kesuksesan seutuhnya. Oleh karena itu, kami berterima kasih kepada masyarakat Tabalong, berkat kerja sama yang luar biasa dalam melawan penyebaran demam berdarah dengue," jelas Anang. 

37