Home Kesehatan Perlu Upaya Besar Untuk Kejar Target Prevalensi Stunting 14 Persen

Perlu Upaya Besar Untuk Kejar Target Prevalensi Stunting 14 Persen

Jakarta, Gatra.com - Tahun 2024 menjadi tahun penentuan dari capaian target pemerintah untuk menggapai prevalensi stunting di angka 14 persen. Meski begitu, upaya tersebut dinilai masih menemui tantangan, apalagi percepatan penurunan kasus dinilai masih terlalu landai. Sehingga, pemerintah didorong untuk bisa menggenjot perubahan perilaku masyarakat yang memicu stunting.

Penyuluh Ahli Utama Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Siti Fathonah mengatakan, Salah satu yang terus didorong guna meningkatkan percepatan penurunan stunting yakni melalui upaya peningkatan gizi pada anak-anak stunting, sebagaimana arahan Presiden melalui Perpres 72 tahun 2021 untuk seluruh pemerintah daerah.

"Untuk mencapai target yang ditentukan, harus ada kontribusi dari perilaku masyarakat yang selama ini memicu terjadinya stunting," kata Siti saat hadir dalam giat bincang edukasi yang diselenggarakan oleh Klub Edukasi Cempaka, Universitas Yarsi, dan Indofood di Kampus Yarsi, Jakarta, Rabu (17/1).

Sejatinya, sambung Siti, penanganan stunting di Indonesia memang tidak bisa dilakukan sendirian. Perlu upaya gotong royong mulai dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk ikut terlibat dalam menekan kasus stunting.

"Agar target penurunan kasus stunting sebesar 14 persen bisa sukses tercapai," ujar Siti.

Sementara dari pihak swasta, Head Corporate Communication Division PT Indofood Sukses Makmur Tbk, Stefanus Indrayana menjelaskan, bahwa kesiapan untuk melakukan upaya-upaya mengatasi malnutrisi baik kelebihan nutrisi, kekurangan nutrisi, dan kekurangan nutrisi mikro pun akan selalu hadir dalam bentuk kolaborasi dengan pemerintah.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan meningkatkan konsumsi makanan bergizi agar kebutuhan nutrisi terpenuhi. Ia mencontohkan, produk-produk pangan seperti terigu, minyak goreng dan mie telah dilakukan fortifikasi nutrien agar masyarakat mengonsumsi terpenuhi kebutuhan nutrisi..

"Tidak hanya pangan, tetapi juga pengadaan sanitasi dan kebersihan yang menjadi bagian upaya penurunan stunting," tutur stefanus.

Disisi lain, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Endang L Achadi pun menuturkan bahwa, dalam menangani stunting, paradigma yang harus ditanamkan adalah bukan diobati tetapi dicari cara mengatasinya dan mencegahnya.

Khususnya pada Ibu hamil, Endang mengatakan peran untuk mencegah stunting sangat besar dimiliki. Karena pada dasarnya, Ibu hamil harus tercukupi gizinya, tidak anemia, tidak berada di lingkungan perokok, tidak kurus atau gemuk dan penambahan berat badan selama kehamilan adekuat.

"Dan pastinya ibu hamil mendambakan bayinya tidak mengalami stunting di kemudian hari. Dan itu dapat dicegah melakukannya dengan sejumlah cara," papar dia.

Rektor Yarsi, Fasli Jalal, pun menanggapi hal itu mengatakan bahwa sebetulnya sejak era Presiden SBY sudah ada delapan langkah penanganan stunting dan sudah dilaksanakan di setiap daerah.

"Delapan langkah ini sudah ditanganin serius oleh kabupaten/kota, namun entah kenapa kasus stunting belum juga turun," kata Fasli.

45