Home Gaya Hidup IDF Lawatari: Yogyakarta, Pertemukan Proses Pengembangan Karya dan Praktik Inkubasi

IDF Lawatari: Yogyakarta, Pertemukan Proses Pengembangan Karya dan Praktik Inkubasi

Yogyakarta, Gatra.com - Indonesian Dance Festival (IDF), melanjutkan program Lawatari di Yogyakarta, Jumat sampai Ahad (19-21/1/2024). Kegiatan yang dipusatkan di Studio Banjarmili, Dusun Kradenan, Banyuraden, Sleman, ini diselenggarakan bekerja sama dengan Mila Art Dance Laboratory (MAD Lab), Paradance, dan Studio Banjarmili.

Program Lawatari digagas untuk menghubungkan IDF dengan penggiat seni pertunjukan di kota yang dituju melalui pementasan karya. Dalam setiap lawatannya IDF memang selalu bekerja sama dan berkolaborasi dengan penggiat seni pertunjukan lokal. Nama Lawatari dibentuk dari gabungan dua kata yaitu “Lawat” dan “Tari”.

Nama ini menyiratkan semangat IDF dalam melawat ke kantong-kantong seni pertunjukan di Indonesia. Selain itu program ini bertujuan menjalin keterhubungan yang mendukung perkembangan ekosistem seni pertunjukan di Indonesia, baik di depan maupun balik layar. Sebelumnya program Lawatari telah digelar Makassar (September 2023) dan Padang Panjang (Desember 2023).

Pada lawatan ke Yogyakarta kali ini, program yang dirancang akan mempertemukan proses pengembangan karya yang dilakukan IDF melalui program Kampana, dengan praktik inkubasi yang dijalani oleh Paradance Platform dan MAD Lab.

Program Pertunjukan dalam Lawatari: Yogyakarta menampilkan lima koreografer di awal karier yang dikurasi bersama oleh IDF, Mila Rosinta Totoatmojo (MAD Lab) dan Nia Agustina (Paradance Platform) sebagai kolaborator.

Dalam pementasan, empat koreografer asal Yogyakarta: Megatruh Banyu Mili, Ni Putu Arista Dewi, Sri Cicik Handayani, dan Valentina Ambarwati sebelumnya telah menjalani proses inkubasi bersama MAD Lab dan Paradance Platform dengan fasilitator Besar Widodo, Linda Mayasari, Mila Rosinta Totoatmojo, dan Nia Agustina.

Sedangkan Siti Alisa, alumni program Kampana IDF tahun 2018, telah mengembangkan praktiknya secara independen di berbagai platform dan menampilkan karya yang berjudul In Cycle. Setiap karya pertunjukan diakhiri Bincang Karya bersama koreografer terkait, dengan salah satu kolaborator sebagai pemantik diskusi.

Sebagai awal kegiatan, digelar Bincang Tari bertajuk 'Strategi Berkesenian yang Berkelanjutan' di Eighteen Coffee Jogja National Museum (JNM) dilanjutkan dengan Temu Media dan Komunitas, Jumat (19/1/2024) mulai pukul 15.00. Pembicara yang tampil Siti Alisa (koreografer), Mila Rosinta, Scholastica W Pribadi (Loka Art Studio), dengan moderator Nia Agustina.

Agenda Sabtu pukul 10.00-15.00 di Studio Banjarmili dilakukan Lokakarya Seni Tata Kelola: 'Merakit Ruang untuk Tumbuh Bersama' dengan pengampu Linda Mayasari dan Maria Renata Rosari (keduanya IDF). Malam harinya pertunjukan menampikan 'Atandang' karya Sri Cicik Handayani, 'Budi Bermain Boal' (Megatruh Banyu Mili), dan 'Ganda' (Valentina Ambarwati).

Sedangkan pada Ahad pukul 10.00-12.00 Masterclass: 'Metode Latihan Martinus Miroto' dengan pengampu Agung Gunawan (penari) dan Anter Asmorotedjo (koreografer. Malam hari pertunjukan karya 'Suun' (Putu Aristadewi) dan In Cycle (Siti Alisa).

73