Home Internasional Derita Pengungsi di Gaza: Perempuan Pakai Kain Tenda jadikan Pembalut Menstruasi, Mandi Sekali Seminggu

Derita Pengungsi di Gaza: Perempuan Pakai Kain Tenda jadikan Pembalut Menstruasi, Mandi Sekali Seminggu

Gaza, Gatra.com - Perempuan dan anak perempuan di Gaza menggunakan cara-cara yang tidak aman dalam mengatur menstruasi mereka, di tengah kekurangan produk menstruasi dan kondisi kemanusiaan yang sangat buruk. 

Organisasi non-pemerintah ActionAid mengungkapkan sebuah laporan dikutip Wafa Palestina, pada Sabtu (20/1).

Lembaga tersebut mengatakan bahwa mereka telah mendengar bahwa beberapa perempuan pengungsi yang tinggal di Rafah, putus asa sehingga mereka memotong sobekan kain tenda-tenda kecil yang mereka gunakan sebagai tempat berteduh dari dingin dan hujan, dan juga digunakannya sebagai pengganti pembalut menstruasi, yang berisiko tertular penyakit. 

Kurangnya air membuat hampir mustahil untuk menjaga kebersihan, dan para perempuan itu mengatakan bahwa mereka sudah berminggu-minggu tidak mandi. 

LSM tersebut mengutip pernyataan salah satu stafnya. “Tidak ada air. Saya menderita selama menstruasi. Tidak ada air yang tersedia untuk saya bersihkan selama menstruasi. Saya tidak punya pembalut untuk kebutuhan saya sendiri selama menstruasi,” katanya.

Karena Rafah saat ini menampung lebih dari satu juta pengungsi – lebih dari empat kali lipat populasi biasanya – dalam kondisi yang sangat padat, tidak ada privasi. Antrean toilet sangat panjang, UNRWA memperkirakan bahwa di tempat penampungannya di Rafah, hanya ada satu toilet untuk setiap 486 orang. 

Adara, yang mengungsi dari rumahnya bersama keempat anaknya, mengatakan: “Kami sangat menderita setiap kali kami ingin pergi ke kamar mandi. Kami antri lama sekali dan kamar mandinya jauh,” ujarnya.

Tanpa air, perempuan dan anak perempuan yang sedang menstruasi tidak dapat mencuci diri dan tetap bersih. Hal ini, ditambah dengan kurangnya sabun, dan banyaknya perempuan yang terpaksa menggunakan produk atau penggantinya berulang lebih lama dari waktu yang aman, sehingga menimbulkan risiko bagi kesehatan mereka.

Masyarakat hanya mengakses rata-rata 1,5 hingga 2 liter air per hari – yang berada di bawah 3 liter yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dasar mereka, dan jauh di bawah kebutuhan minimum 15 liter per orang setiap hari, untuk memenuhi semua kebutuhan terkait air dan sanitasi, termasuk mencuci.

Riham Jafari, Koordinator Advokasi dan Komunikasi di ActionAid Palestine mengatakan: "Bayangkan Anda harus mengatur menstruasi Anda tanpa produk menstruasi, tisu toilet atau sabun, dan tidak ada kesempatan untuk mencuci diri sendiri – sambil hidup berdampingan dengan orang lain tanpa mandi."

“Ini adalah kenyataan yang dialami ratusan ribu perempuan dan anak perempuan di Gaza saat ini. Ini bukan hanya penghinaan terhadap martabat mereka – ini juga merupakan bahaya kesehatan yang nyata,” tambahnya.

“Salah satu rekan kami di Gaza mengatakan kepada saya bahwa sudah berminggu-minggu dia tidak bisa mandi. Wanita seperti dia menunjukkan ketahanan yang luar biasa, dan menemukan cara kreatif untuk mengatur menstruasi dan kebutuhan mereka sebaik mungkin, tapi mereka seharusnya tidak melakukannya. 

“Itu merupakan hak mendasar bagi perempuan untuk dapat mengatur menstruasi mereka dengan aman dan bermartabat."

67